Senang sih kalau saya disebut-sebut kelahiran Situbondo. Walaupun termasuk kota kecil, tempat itu penuh sejarah. Berbagai kisah sedih, kelam, bahagia, dan bahkan biasa saja ada di sana. Lebaranpada Agustus 2013 kemarin saya pulang kekota itu.
Piuf, ternyata setiap turun dari bus, saya hampir selalu tidak mengenali jalan-jalan yang dulu saya lewati setiap hari. Saya pangling. Mungkin karena terlalu lama di negeri orang. Iya, sebelumnya saya kuliah di Malang selama beberapa tahun dan saat ini saya bekerja di Jakarta. Hiruk-pikuk kota besar membuat saya seringkali lupa daratan (ceile, istilahnya Bahasa Indonesia banget).
Setiap pulang kampung, rasanya ingin mengunjungi banyak tempat dalam satu hari. Dan itu tidak mungkin bisa dilakukan. Dan berbekal kamera 'keren' saya menyusuri lokasi yang dulu sering ingin dikunjungi. Sore hari menjelang matahari terbenam saya melajukan motor butut ke arah Dusun Locancang, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Di tepi jalan, terhampar sawah menghijau dengan tebaran kilauan emas sang matahari. Angin dingin pun menerpa wajah yang tak berhelm.
10 menit kemudian sampailah saya di depan papan bertuliskan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus/Hutan Penelitian Padekanmalang, Situbondo. Kawasan ini sudah lama sekali tidak saya kunjungi sejak lulus SMA, 6 tahun silam. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan saat pertama kali berkunjung di tempat itu. Yang sedikit berbeda hanya dulu tidak ada kerbau. Saat itu beberapa ekor kerbau sedang makan tanaman semak di lantai hutan. Saya menduga pemiliknya sedang mengistirahatkan mereka sebelum bekerja di esok harinya.
Saya tertarik dengan kerbau-kerbau itu. Sambil memasang aksi 'jeprat-jepret' kudekati perlahan agar mereka tidak merasa terganggu. Berhasil sih mendapatkan beberapa gambar mereka, tapi beberapa ekor berusaha mendekati saya. Otomatis saya sedikit terbirit-birit menjauh. Takut sih, karena saya belum pernah di kejar kerbau sebelumnya. Setelah agak jauh, mereka pun tidak peduli dengan saya.
Tak hanya kerbau-kerbau itu, saya juga mendapat beberapa gambar dari biodiversitas di hutan itu. Sebuah pohon besar kira-kira berdiameter satu meter tampak roboh. Sepertinya karena tua dan akarnya rapuh menjadi penyebab pohon itu tak kuat lagi berpijak di bumi. Saya belum tahu pasti jenis kayunya (lebih tepatnya ragu untuk menyebutkan). Yang jelas sebagian besar tanamannya tergolong famili Fabaceae. Tak dapat dipungkiri famili ini memang paling banyak terdapat di bumi.
Dan saya merasa beruntung mendapatkan banyak gambar cantik saat matahari terbenam. Yah, walaupun saya bukan fotografer handal, setidaknya bisa untuk memuaskan hobi. Bagi yang tertarik untuk meneliti, saya rasa tempat ini sesuai. Hutannya tidak cukup rumit untuk dilalui. Saya juga pernah dua kali mendaki bukit-bukit itu. Kalau ingin sekedar berjalan-jalan atau belajar mengenal hutan, silahkan datang. Tapi, tetap harus ditemani orang yang mengenal lokasi itu. Di lain waktu, saya akan meluangkan lebih banyak waktu untuk mengeksplor kota Situbondo dan akan saya tuangkan di sini. (Uwan Urwan)
Comments