Pisau dapur itu tiba-tiba menancap di atas kepala. Cep!
Darah membludak memancar kemana-mana. Lalu byuurrr... kepala pecah berhamburan seperti pasir terhembus angin. Berceceran seperti lumpur panas.
Badan tergeletak usai ledakan kejut itu.
Tapi dua bola masih utuh walaupun telah terlempar ke dua tempat berjauhan. Salah satunya berkedip dan mengungkap resah akan tubuh yang kejang-kejang. Mata yang lain tak bergerak, mati.
Langit mendung menghembuskan awan. Awan putih menjadi kelabu berubah pekat.
Pyar Pyar. Petir, sahabatku, bersorak-sorai riang gembira. Entah apa yang dia pikirkan. Hujan turun menyapu daging-daging yang berserakan. Tubuhku ikut terseret berkilo-kilometer jauhnya.
Hingga sampai di satu titik. Lautan. Di situlah aku terbuang.
Vinyet : Uwan Urwan
Puisi : Uwan Urwan
Comments