Kredit : Garda Satwa |
Sosok
anjing jantan itu mengenaskan, tinggal tulang berbalut kulit. Di lehernya
terikat rantai dan ditambatkan di halaman rumah. Ia tampak lelah dan tak
bertenaga. Kondisi itu dilaporkan seorang warga Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang
prihatin kepada Garda Satwa, salah satu komunitas pecinta binatang. Mendapatkan
laporan itu Garda Satwa bersama Jakarta Animal
Aid Network (JAAN) segera mengambil tindakan.
Meski
sempat bersitegang dengan perangkat desa, anjing itu pun berhasil dibawa dan
dirawat. “Gila, anjing itu ditingal pemiliknya ke luar negeri selama 7 bulan
dan menurutnya, anjing itu dititipkan kepada teman yang juga penyayang
binatang. Kalau penyayang binatang tidak mungkin kondisinya seperti ini,”
ungkap Davina Veronica Hariadi gemas, salah satu pendiri Garda Satwa. Saya
sontak terkejut saat ia menunjukkan gambar anjing saat diselamatkan. Beberapa
bulan pascaperawatan, anjing itu pun tampak sehat.
Davina Veronica Hariadi |
Kasus
lain mengharuskan model dan pemain film itu mencak-mencak. Keberadaan anjing
dan kucing liar yang tidak mendapatkan perlakuan layak, dog fighting di Bali, terlebih rumah makan yang menjual daging
anjing sebagai santapan turut menggerakkan hati Davina dan rekan. “Saya
menangis dan tidak berselera makan saat melihat video proses pembunuhan
anjing,” ujarnya. Anjing digantung, disiksa, atau ditenggelamkan sebelum diolah
bersama bumbu masak.
Untuk
itu, ia dan teman-teman Garda Satwa melakukan gerakan rescue, street feeding,
dan sterilisasi. Kegiatan sosialisasi ke sekolah-sekolah pun ia tempuh. Bila
kasus anjing yang mendapatkan perilaku tidak layak dan kerap ditingal pemilik,
berbeda dengan kucing. Jumlah kucing di kota besar membludak sehingga tidak
memungkinkan diselamatkan. Solusinya yaitu dengan sterilisasi (vasektomi dan
atau tubektomi). Setiap dua minggu Garda Satwa melibatkan setidaknya 2—3 dokter
hewan untuk kegiatan sterilisasi. Tak hanya itu, sebulan sekali Davina dan
rekan melakukan street feeding. Untuk
penyelamatan biasanya bergantung laporan.
Garda
Satwa dan JAAN tak bekerja sendiri. Komunitas serupa seperti Jakarta Flood Animal Rescue (JFAR), Animal Friend Jogja (AFJ), dan komunitas
lain baik di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali saling bekerjasama. Meski begitu,
kepedulian masyarakat terhadap binatang sangat diperlukan. “Komunitas-komunitas
itu masih belum mampu menjangkau seluruh wilayah karena keterbatasan biaya,
tenaga, dan waktu,” kata Davina. Terlebih lagi kucing liar yang jumlahnya tidak
terkendali usah mendapat bantuan dari berbagai lapisan masyarakat. Jumlah melimpah
bisa menjadi sarana penyebaran penyakit mengingat kucing liar cenderung
mendatangi tempat sampah untuk mencari makan. Solusinya dengan menangkapnya,
melakukan vaksinasi, dan sterilisasi.
Sterilisasi kucing dan anjing di Kampung Melayu (kredit: Garda Satwa) |
Davina Veronica dan Sophia Muller (kredit: Garda Satwa) |
Bersama komunitas pecinta binatang lain saat kampanye tentang dog fighting di Bali (kredit: Garda Satwa) |
Tak hanya satwa liar, peliaharaan pun termasuk kucing, juga harus mendapatkan perlakuan semestinya. Terdapat
lima kebebasan satwa (sering disebut five
freedom) yang penting. Itu meliputi
kebebaan dari lapar dan haus, ketidaknyamanan, rasa sakit dan penyakit, takut
dan penderitaan, serta bebas untuk berperilaku normal dan alami. Bila tidak
memenuhi lima kebebasan, piaraan kurang sejahtera.
“Binatang juga membutuhkan
kasih sayang sama seperti manusia karena mereka bukan satpam penjaga rumah,”
kata Davina. Kampanye untuk menyayangi dan menyelamatkan binatang akan terus
dilakukan. Harapannya, masyarakat ikut tergerak untuk peduli dan mendukung gerakan
cinta satwa. (Uwan Urwan)
Comments