Hamparan padi dan berbagai tanaman hortikultura di
lahan seluas 25 ha membuat saya berdecak kagum. Kondisi itu jauh berbeda ketimbang
5 tahun lalu yang tak terawat dan kumuh. Pagi itu masih bulan Mei 2014, langit
membiru dan awan-awan putih menggeliat satu per satu. Kedatangan saya di
kampung halaman, Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso,
Provinsi Jawa Timur, disambut nuansa hijau.
sumber : portalkbr.com |
Rasa sejuk itu bukan tanpa sebab, berdasarkan
informasi yang baru saya dapatkan ternyata desa saya telah dinobatkan sebagai desa
organik. Tanpa menunggu matahari hingga di atas ubun-ubun saya mengunjungi
titik yang dimaksud. Selain perasaan bangga saya juga takjub dengan sambutan
ramah Baidhowi, perintis desa organik. “Dua puluh lima ha telah disertifikasi
oleh Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lessos),” katanya menegaskan. Ia
menggunakan pupuk dan pestisida berbahan alam. Untuk mengendalikan hama walang
sangit ia menggunakan daun pandan wangi yang disemprot ke lahan, pupuknya dengan
daun sirsak, dan pestisida berbahan daun sambiloto. Selain lahan pertanian, di
lokasi itu pun terdapat 35 kolam ikan air tawar. Sistem perikanan juga
organik karena pakan ia buat dari dedaunan.
Baidhowi bersama pemuda-pemuda binaannya pada 2013
mengajak warga mengubah sistem konvensional menjadi organik. Meski menemui
beberapa penolakan, semua warga akhirnya berpartisipasi. “Tak hanya sehat,
dampaknya cukup besar bagi desa kami,” kata pria berusia 45 tahun itu. Tak
heran bila Desa Lombok Kulon menjadi salah satu tujuan wisata unggulan di
Kabupaten Bondowoso. Selain melihat sistem pertanian dan perikanan organik,
wisatawan juga dapat langsung memetik sayur dan memancing ikan. Kemudian diolah
dan disantap di lokasi.
Mengubah desa kumuh menjadi perkampungan terkonsep dan
sehat bukan hal mudah bagi Baidhowi. Pasalnya pada 2007 ia melakukan pendekatan
kepada pemuda-pemuda yang lebih suka menghabiskan waktu di alun-alun kota
sepanjang malam. Beberapa kali ia mendekat dan berdiskusi ringan hingga pada akhirnya
melakukan studi banding ke desa wisata berkonsep organik di Yogyakarta dan Jawa
Tengah. “Dari situ mereka tergerak untuk menyulap kampung menjadi desa wisata,”
kata Baidhowi.
Sumber : http://desawisatabondowoso.blogspot.com |
Tujuan Baidhowi mengarahkan pemuda pada kegiatan
positif pun terlaksana. Tercatat saat ini terdapat greenhouse dan mesin penggilingan padi organik. Di samping itu, display produk organik juga ditempatkan
di rumah khusus. Pengembangan produk dan area akan terus dilakukan demi
memanjakan pengunjung.
Selama beberapa jam saya hanya bisa terkagum-kagum.
Saya mendapakan banyak ilmu dan kesempatan berharga meski yang tertuang di sini
hanya sebagian kecil. Hijrah ke kampung halaman pun menjadi lebih berarti.
Dalam hati kecil saya juga malu, bahkan lulusan sarjana seperti saya tidak sempat
berpikir untuk menyulap kampung menjadi lebih permai. Semangat, kerja keras,
dan kontinuitas Baidhowi beserta pemuda-pemuda Desa Lombok Kulonlah yang
mengubahnya. Selain sebagai objek wisata, saya kira mahasiswa dari perguruan
tinggi juga bisa melakukan studi banding, praktek kerja lapang, penelitian di
sana. (Hilmiyyah Yulianti)
Comments