Ini seperti kecanduan. Saya menganalogikan hobi-hobi nomaden saya seperti
merokok sambil minum kopi. Apa sih sebenarnya tujuan merokok? Bagi yang
antirokok tentu jawaban-jawaban yang diberikan oleh yang kecanduan rokok tak memuaskan.
Berapa batang rokok yang bias dihabiskan seseorang sehari? Sebatang? Dua
batang? Tiga atau lebih dari sebungkus? Semua jawaban bisa saja dilontarkan
oleh orang yang berbeda, bergantung tingkat kecanduannya.
Saya menemukan beberapa
jawaban yang biasa dilontarkan di situs kaskus dan terselubung.in, seperti
karena pengaruh lingkungan sosial, agar terlihat macho, stres, istirahat di jam
kerja atau saat di rumah, untuk memperbaiki mood,
dan mungkin ada beribu alasan lagi mengapa orang-orang merokok. Beberapa orang
juga akan menjawab “untuk kesenangan dan
menghabiskan waktu”. |
Saya pun begitu, kenapa
saya menulis, mencorat-coret, berdeklamasi, atau kegiatan kurang penting
lainnya? Jawabannya ya untuk bersenang-senang dan meluangkan waktu. Dan
bayangkan betapa bangganya saya mengerjakan hal-hal tidak penting tersebut.
Luas biasa menyenangkan. Begitu Anda sudah memiliki hobi, saya yakin akan mengalami hal yang sama, tak akan ada yang bisa menghalangi keinginan untuk menjalankannya.
Yang ini saya ceritakan di
sini yaitu hasil karya maha dahsyat terpana halilintar merobek angkasa (bolehlah
alay. Wkwk ). Itu berawal dari kunjungan saya ke kosan teman dan betapa
takjubnya saya karena terdapat hal-hal unik, walpaper berbahan kertas kado,
origami dari kertas lipat, tempelan kata-kata motivasi, beragam foto, dan
hiasan lain memenuhi kamar beristirahatnya. Saya cemburu dan ingin melakukan
hal yang sama, tapi bukan dengan menghias dinding dengan origami. Hehe… Saya punya
ide lain.
Setiba di kamar, saya mulai
mengobrak-abrik dan menemukan kertas linen hitam yang telah setahun lebih
mendekam tanpa tersentuh. Dengan bantuan double tip, berkibarlah kertas itu di
dinding. Cat air, aneka kuas, spidol putih dan palet dadakan (dari tutup tempat
makanan) mulai menari-nari dengan bantuan tangan. Ujung kuas tercelup, menyapu,
menggores, dan mewarnai bagian hitam. Pelan-pelan meski saya tak mengerti apa
yang saya gambar, kertas itu full bergambar abstrak, berupa garis, lengkungan, dan
entahlah saya kalau sudah begitu saya seperti kerasukan bahkan kadang ngiler tanpa sadar.
Begitu selesai, saya puas.
Tampaknya gejolak hati saya berpindah tempat menjadi karya abstrak. Tidak
menyangka sama sekali jika kertas yang setia menunggu untuk dijamah, dapat
termanfaatkan dengan baik. Kini lukisan itu melekat di dinding dekat kamar
mandi.
Anda bisa mengatakan ini tidak
penting karena memang bukan hal pokok. Namun, semua hal penting di dunia ini dipelajari
dari hal tidak penting. Hehe… (Uwan
Urwan)
Comments