Melalui sebuah pameran tunggal di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sahat Simatupang membuat saya tergelitik untuk menyelidiki hasil karyanya. Sahat seorang pelukis abstrak kelahiran Jakarta, 8 April 1964. Saya tak ingin melewatkan hal sepenting itu demi waktu bersantai. Waktu berjalan cepat dan saya mujur sebab hanya saya pengunjung yang tersisa begitu tiba di lokasi. Memang waktu itu, 14 Maret 2014 menjadi malam penutup pameran di Gedung Galeri Cipta II itu. Memasuki pintu sebuah ruangan saya disambut seorang pria paruh baya. Ia tersenyum sambil menyodorkan buku tamu. “Terakhir, Mas,” katanya. Begitu akan memasuki galeri itu, saya disuguhi lukisan berkaki tiga sebagai tanda ucapan selamat datang. Lukisan tak berjudul dengan kombinasi kertas perca dan tanda tangan Sahat tampak molek. Itu mengingatkan saya tentang karya I Made Wianta, pelukis rupa di provinsi yang terkenal dengan tari Kecak. Made mendobrak aturan seni dengan mengabungkan seni rupa, seni lukis