Bagian 1 Bila rakyat tidak berani mengeluh itu artinya sudah gawat dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam apabila usul ditolak tanpa ditimbang suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan dituduh subversif dan mengganggu keamanan maka hanya ada satu kata: LAWAN! Itulah penggalan puisi berjudul “Peringatan” karya penyair tersohor, Wiji Thukul. Geloranya membara pada setiap kata dan puncaknya pada teriakan “LAWAN”. Bentuk perlawanan itu tak hanya dalam bentuk syair. Pengorbanan untuk masyarakat marginal-lah yang melahirkan puisi itu dari benaknya. Pria kelahiran Solo, 23 Agustus 1963 itu pun berafiliasi dengan partai yang dicap haram hingga ia mendapatkan represi dari aparat sehingga ia menjadi buronan pemerintah. Kini telah 14 tahun sosok itu menghilang (atau dihilangkan) dari peradaban. Entah, tak ada yang mengerti. Wiji Thukul (sumber : anonim) Menjadi inspirasi bagi dunia melalui karya dan aksinya, Asean Literary Festival