"Saya rasa Jakarta bukan tempat yang cocok untuk anak manja, suka mengeluh, gampang bosan, dan tidak tangguh seperti saya," kata Gilang Masterchef 3 melalui surat elektronik.
Saya mengenal Gilang cukup lama. Terhitung sejak tahun 2004, saat kami satu organisasi dalam ekstrakurikuler di salah satu sekolah terkemuka di Situbondo. Sosok bertubuh kecil, warna kulit sawo matang, dan suara cempreng membuatnya mudah dikenali. Awalnya saya tidak aware dengan keberadaannya, tapi tiba-tiba apa yang saya lihat berubah. Itu terjadi sejak dia berhasil menang juara tiga lomba puisi tingkat regional dan mewakili SMA Negeri 1 Situbondo sebagai siswa kebanggaan. Padahal waktu itu saya dan teman-teman lain juga berpartisipasi. Saya yang notabene 'suka menulis' merasa tertampar. Terlebih, puisi yang berhasil lolos dibukukan. Saya tidak termasuk dalam daftar salah satu penulis buku itu.
Gelombang iri selanjutnya datang saat mendengar kabar ia lolos dalam kontes memasak terbesar se-Indonesia, Masterchef 3. Sebenarnya bukan cita-cita saya memasak atau menjadi artis televisi, tapi pencapaiannya hingga titik itu yang membuat saya membara. Saya sempat mengungkapkan kedengkian saya lewat pesan singkat, "Saya ingin nyakar-nyakar kamu." Dia hanya membalas, "Kamu gila ya?"
Perjalanan Gilang terhenti pada peringkat 10 besar. Kemudian pria berusia 26 tahun itu bekerja di sebuah perusahaan kuliner di Jakarta. Saya beberapa kali bertemu dengannya, berbagi cerita tentang pekerjaan masing-masing, tentang pencapaiannya semasa di Masterchef, berkaraoke untuk melepas penat, atau hanya menikmati kudapan di sebuah restoran untuk pamer. Hehe...
Meski iri, saya tahu perjuangannya tidak mudah. Ada banyak hal yang kemudian saya pelajari darinya. Ia gigih untuk maju. Namun, mendadak ia mengatakan ingin keluar dari pekerjaannya dan kembali ke kampung halaman. Saya sih sok-sok menasehati untuk bersabar dulu, tapi nampaknya keputusannya sudah hampir meletus. Akhirnya dia pulang dan saya kembali menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan saya.
Lama-lama mendengar kabar kalau dia sudah membuka kursus memasak untuk ibu-ibu dan anak-anak. Beberapa kali juga mendengar cerita kalau dia diundang untuk menjadi pembicara pada acara yang diadakan Pemerintah Daerah Situbondo. Ada banyak cerita sebenarnya. Tulisan ini akan jadi pengantar secuil kisah tentangnya. Intinya, saat ini dia sedang menggeluti hobinya, merintis usaha kecilnya, dan mencoba mengembangkan kota kecilnya dengan apa yang dia punya. (Uwan Urwan)
Comments