Saat darah tumpah, ada perjuangan yang dinobatkan.
Saat memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama, saya sangat tertarik pada ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR). Ketertarikan itu tanpa sebab, seolah saya harus berjalan ke arah itu. Meski keanggotaan saya dalam organisasi tersebut hanya seumur Amaranthus sp., rasanya ada kesenangan tersendiri saat itu.
Palang Merah Remaja sebagai bagian dari Palang Merah Indonesia tergolong wadah yang menjunjung kemanusiaan. Tanpa terencana, saya diundang dalam pelatihan "Manajemen Stres" bagi corporate volunteer (Selasa, 290316) di kantor PMI Jakarta barat. Ternyata pemaparan narasumber membangkitkan kembali jiwa sosial saya.
Saya bertemu beberapa volunteer yang sudah pernah ikut mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya untuk membantu orang banyak, seperti saat bencana gunung meletus di Yogyakarta, tsunami di Aceh, banjir di Jakarta, dan lain-lain. Kemudian saya sadar betapa terkurungnya hidup saya, tanpa melihat dunia luar. Yang saya amati hanya layar kaca baik televisi mau pun gadget. Begitu sempit ruang gerak saya, hingga saya seolah memiliki masalah paling besar di dunia.
Untuk menjadi sukarelawan PMI ternyata tidak harus turun ke lapangan saat terjadi bencana. Untuk yang punya keahlian sesuai bidangnya pun dapat disebut sukarelawan. Terdapat empat kategori sukarelawan PMI, yaitu PMR yang hanya ada di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA); korps sukarela (KSR) di mana anggota harus ada pelatihan minimal 120 jam; tenaga sukarela (TSR) yang harus ikut pelatihan minimal delapan jam, anggotanya bisa berupa tenaga ahli, komunitas, dan dari perusahaan; serta donor darah sukarela.
Saya dapat mendaftarkan diri sebagai TSR jika tidak mampu menjadi KSR, sebab saya dapat menyalurkan ilmu untuk orang banyak sekaligus belajar. Boleh kan?
Sejarah Panjang
Terbentuknya Palang Merah Indonesia bukanlah semudah organisasi zaman sekarang. Cukup pelik dan itu sudah terjadi sejak sebelum Indonesia merdeka. Tahun 1873, nama PMI masih Palang Merah Belanda Cabang Hindia. Belanda sempat menolak terbentuknya organisasi sukarelawan pribumi sampai pada era penjajahan Jepang, Pemerintah Jepang tidak mengizinkan organisasi Palang Merah berdiri.
Pascaberkumandangnya "proklamasi", Ir. Soekarno mendesak Menteri Kesehatan untuk membentuk Palang Merah. Pada 17 September 1945 akhirnya PMI resmi terbentuk dan diakui dunia tahun 1950. Hingga saat ini PMI bergerak ke seluruh pelosok negeri mdnanggulangi bencana, membantu korban, hingga pascabencana.
Nurmala Sari, anggota sukarelawan PMI Jakarta Barat, mengatakan bahwa pascabencana biasanya korban-korban mengalami stres. Untuk itu Malla (panggilan Nurmala Sari), melakukan pertolongan pertama psikologis (PFA) dengan membiarkan korban bercerita sampai tingkat stres berkurang. Kemudian, jika memungkinkan Mala melakukan beberapa stimulasi, misalnya relaksasi dengan mendengarkan musik. Dengan begitu, korban-korban memiliki semangat untuk kembali berjuang dalam kehidupan.
Sebenarnya banyak hal yang dapat dipelajari saat menjadi sukarelawan PMI. Rasa syukur yang megah akan selalu terangkat ke atas. Tak hanya itu, jiwa-jiwanya akan selalu terlimpahi doa dan berkah saat pengorbanan tanpa lelah dilakukan. Pun dapat tanggap jika pada suatu hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (Uwan Urwan)
Comments