Kekeraan seksual seolah teralihkan, pada kenyataannya tindakan keji smacam ini ada di sekitar kita.
Saya jadi ingat beberapa tahun silam saat dua sahabat terbaik saya mengaku, "Saya diperkosa?" Tanpa diminta ia menceritakan kronologis yang membuat perasaan-entahlah-tidak bisa didefinisikan. Cukup menyedihkan buat saya, sebab hal iu terjadi pada orang yang dekat sekali dengan saya. Pertama, AA (sebutlah dia begitu) seorang perempuan baik-baik, rajin salat, pandai, dan tak neko-neko. Waktu itu dia dijebak GY (pacarnya sendiri) pada saat GY ulang tahun. AA memang sangat bodoh menurut saya, sebab dia percaya perkataan GY. Entah apa yang GY katakan hinga pada akhirnya ia diperkosa di kos-kosan GY. Usai diperkosa, darah sudah berceceran di kasur. Secara biologis, saat perempuan tidak rileks, alat reproduksi perempuan tidak akan menghasilkan lubrikan untuk mengurangi gesekan dan sakit saat alat kelamin pria melakukan penetrasi.
Banyak
kasus pelecehan semacam ini menjadi seolah legal bagi masyarakat dan
aib seumur hidup bagi korban. Cerminnya sih pada kasus-kasus yang
baru-baru ini marak, yaitu atas meninggalnya YY setelah diperkosa
beramai-ramai. Tak hanya itu, kasus-kasus lain pun sedang dipejuangkan
oleh masyarakat dan negara. Tepat pada malam 11 Mei 2016 di Tugu
Proklamasi, Jakarta, sebanyak 143 komunitas tergabung untuk melakukan
Aksi Malam Solidaritas untuk Korban Kekerasan Seksual Peringatan 40 Hari
Kematian YY.
Tingginya
kasus pemerkosaan dan kekerasan seksual mengundang keprihatinan banyak
pihak, termasuk saya untuk tergerak. Tampak Rosiana Silalahi sebagai
presenter, Anis Baswedan (Menteri Pendidikan), Boy Rafli Amar (Kepala
Divisi Humas Polisi Repblik Indonesia), Lukman Hakim Syaifuddin (Menter
Agama), Yuniyanti Chuzaifah (Wakil Komnas Perempuan), dan Eva Kusuma
Sundari (Komnas Perempuan DPRI) meramaikan aksi ini sebagai wujud
keprihatinan terhadap kasus-kasus kekerasan yang menimpa masyarakat
Indonesia.
Comments