Pertama kali menjejakkan kaki ke Jakarta |
Begitu naik angkutan umum, penumpang memenuhi setiap sudut,
hingga saya terjepit. Jam-jam pulang sekolah, siswa-siswi tampaknya tak peduli
apakah kopaja sudah penuh atau tidak, yang penting bisa pulang. Badan saya
berkeringat deras, ditambah panas siang hari membakar, tidak dapat tempat
duduk, dan bau matahari anak-anak sekolahan itu menambah kesan buruk Kota
Jakarta. Apalagi sang supir ugal-ugalan.
Tak hanya menikmati kopaja, TransJakarta (Tj) pun jadi
sasaran. Waktu itu Tj menggunakan karcis. “Beli tiket Rp3.500 di loket dan kamu
bisa keliling Jakarta,” kata salah satu sahabat yang pernah mengunjungi Jakarta
lebih dulu. Saya pun mengikuti instruksinya. Ada banyak gedung tinggi sepanjang
perjalanan sampai saya mencatat setiap gedung-gedung unik yang saya lalui.
Kembali
Jakarta buat saya jadi tempat bermain |
Mungkin ini yang dinamakan kutukan. Februari 2013 justru
saya kembali ke Jakarta tersebab diterima bekerja di sebuah perusahaan. Lalu
saya mencoba menarik perkataan tahun 2010, justru saya ingin bekerja di
Jakarta. Jakarta ternyata memang memesona. Tj menjadi transportasi utama kini.
Dari tempat kediaman, cukup berjalan 15 menit untuk tiba di Shelter Busway
Pancoran Barat atau Duren Tiga.
Jika semula menggunakan karcis, untuk menghemat penggunaan
kertas, transportasi umum ini beralih menggunakan kartu yang dikeluarkan dari
berbagai bank dan bisa diisi ulang layaknya kartu atm. Lebih praktis juga bisa
digunakan untuk berbelanja di toko modern. Sudah tahu Jakarta macet, Pemerintah
melakukan banyak inovasi, Tj salah satunya. Tj memang menjadi salah
transportasi yang bisa digunakan untuk menghindari macet. Apa dengan naik Tj
macet akan terkendali? Seharusnya sih iya. Sebab ada jalur khusus yang bernama
busway, di mana hanya Tj yang bisa pakai.
Busway Steril
Tapi sayang sekali, kesadaran masyarakat masih belum
terbangkitkan penuh. Mobil dan motor yang tidak sabar lebih memilih untuk
menerobos masuk jalur busway. Akibatnya kemacetan pun tetap bertahan. Terhitung
tiga tahun saya menjadi penikmat Tj. Cukup aktifnya penilangan oleh anggota
kepolisian dan menutup jalur busway dengan palang saat Tj tidak melintas jadi
salah satu cara busway bebas hambatan.
Transjakarta, transportasi penting di Jakarta |
Saat ini saya betah di Jakarta. Lupakan macet untuk
sementara waktu jika sudah berkumpul bersama teman-teman, terlebih blogger yang
selalu ada tempat untuk berbagi. Dan
seru lo kalau naik Tj, ada banyak kisah-kisah yang bisa kita dapatkan untuk
kita bagikan kembali kepada banyak orang. Juga untuk menghidari macet. Jika
benar-benar tidak urgent, pakai mobil
membuat jalanan di Jakarta makin sesak. Mending naik transportasi umum. (Uwan Urwan)
Comments