Sepanjang jalan PB. Sudirman lengang pukul 12.30 siang itu.
Palang-palang polisi meminta pengendara baik sepeda motor hingga yang berbadan
besar untuk beralih ke jalan lain. Sementara itu di pusat kota, alun-alun
Situbondo telah penuh sesak dengan manusia (pedagang asongan, anak kecil, orang
tua, pagar-pagar, dan aneka busana berkilau. Hari itu, 21 November 2016, memang
menjadi hari paling panas sekaligus ditunggu-tunggu oleh banyak orang.
Yes, Best Situbondo Carnival telah menyedot perhatian saya
dan banyak orang untuk berkerumun. Penasaran setelah sejak beberapa hari yang
lalu foto-foto kostum sudah berseliweran di media sosial. Pernah tahu JemberFashion Carnival (JFC)? Pasti tahu. JFC sudah menjadi sorotan dunia dan selalu
dihadiri ribuan wisatawan dan ratusan media lokal sekaligus internasional.
Berangkat dari kepopuleran JFC, kostum-kostumnya menginspirasi banyak kota di
Indonesia, Malang, Jakarta, Solo, termasuk Situbondo, dan kota lain dengan tema
dan konsep disesuaikan. BSC 2016 kali ini termasuk yang ketiga setelah sukses
tahun lalu menghebohkan dunia
persilatan.
Jika ditelusuri dari BSC pertama tahun 2014 dan dibandingkan
dengan kini, tentu jauh berbeda. BSC 2015 apalagi tahun 2016 jelas memegang kendali
penuh. Dan sebal jika sudah teroganisir seperti ini. Penonton yang tidak punya
ID Card hanya bisa mengintip dari balik pagar. Apa yang spesial dari BSC 2016?
BSC mengangkat “The Only Islamic Fashion
“ sebagai tema besar dan membaginya menjadi enam, yaitu Ancak Agung, Ketupat,
Wayang Kulit, Istana Kesultanan Sumatra, Istana Kesultanan Aceh, dan Guardian
of Kota Santri.
Sebanyak 126 peserta unjuk busana, memamerkan kilauan pesona
diri tanpa mengurangi ikon Kota Situbondo dengan “kota santri”-nya. Konsep
pakaian yang dipamerkan juga dilombakan, disesuaikan dengan tema besar. Beruntungnya,
saya juga sempat melihat proses pembuatan kostumnya. Meski Situbondo mayoritas
bersuku madura, peserta yang berpartisipasi berbeda suku, mulai dari jawa
hingga tionghoa, juga beragam agama.
Eh, kostum-kostum di BSC 2016 tak hanya dipamerkan lo,
tetapi juga dilombakan. Kamu bisa lihat pemenangnya di sini. Jika saya menjadi
juri, pasti sebagain besar saya beri hadiah, mengingat perjuangan membuat
kostum seperti itu tak mudah dan tak murah, apalagi kostum yang mengharuskan
didorong menggunakan kereta. Untung tidak ada yang pakai kuda ya. Hehe… (Uwan
Urwan)
Comments