Skip to main content

Travelling ke Lampung, Makannya di Cikwo

Lampung. Hm... kira-kira apa yang pertama kali melintas di benakmu saat mendengar kata Lampung? Iya, provinsi yang terletak paling selatan di Pulau Sumatra itu lo. Apa? Penghasil begal berkualitas? Betul. Eh, ahahah. Tidak, saya kali ini tak akan membahas tentang begal. Begal itu terlalu mengerikan untuk dibahas. Semakin dibahas akan semakin bahagia mereka. Ya, begitulah. Kian menyebarnya gosip tentang begal akan membuat begal semakin berjaya di muka bumi. Pertama kali menginjakkan Provinsi Lampung, nuasanya tak berbeda jauh dengan Jakarta. Tidak berbeda jauh sih, meski banyak sekali bedanya. wkwk.


Provinsi Lampung resmi terbentuk pada 18 Maret 1964. Tahu tidak jika sebelumnya, Lampung itu satu karesidenan dengan Provinsi Sumatera Selatan. Dengan Ibukota Bandar Lampung, ikonnya memiliki banyak potensi alam dan objek wisata yang patut kita tahu. Begitu kapal feri mendarat di Pelabuhan Bakaheuni, Menara Siger yang berwarna kuning keemasan dengan ornamen merah terlihat dengan jelas. Sayang saya tidak sempat mengunjungi Menara Siger untuk menelisik apa sih yang tersimpan di dalamnya.


Nah, Siger sebenarnya adalah topi adat pengantin wanita di Lampung. Menara Siger dijadikan titik nol Sumatra bagian selatan. Artiteknya siapa sih? Ir Hi Anshori Djausal M.T. Ngomong-ngomong, saya sudah membahas tentang Menara Siger sedikit di sini. Lampung dulunya merupakan daerah yang sangat luas wilayahnya, tapi semenjak ada boyongan massal penduduk Pulau Jawa ke Lampung, kini Lampung ditinggali oleh orang-orang dari berbagai suku, adat, dan agama. Mirip seperti Jakarta akhirnya ya. Hanay saja, budaya di tempat itu sangat khas. Di mana-mana kalau kita berjalan, ada banyak sekali motif-motif khas Lampung menghiasi. Entah itu di dinding, trotoar, pagar, atau bangunan bagian depan kantor. Kalau kamu berkunjung ke sana, akan ada siger bertengger di setiap bangunan pemerintah dan pertokoan. Wajib hukumnya meletakkan ikon itu di depan rumah.


Kebetulan saya juga berkunjung ke Tugu Adipura. Biasanya tugu ini memang menjadi favorit dikunjungi wisatawan. Tugu Adipura dihiasi payung khas Lampung dengan dikelilingi air mancur dan patung gajah. Sebenarnya bagus, hanya saja waktu itu saya sudah kelelahan dan benar-benar tidak enak badan. Jadi, meski yang lain heboh berfoto dan bercanda karena sedang ada proses pembulian dengan jodoh-menjodohkan si dia dan si dia, saya kurang konsentrasi. Intinya harus pulang dan segera beristirahat agar besoknya bisa bersenang-senang kembali. Ada lagi sih yang paling hits di Lampung. Ya, Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Tahu tidak kalau TNWK ditetapkan sebagai kawasan Taman Warisan ASEAN ke-4 di Indonesia atau ke-36 ASEAN? TNWK sebagai tempat perlindungan gajah memang layak untuk mendapatkan penghargaan di atas. Juga sebagai upaya melestarikan keanekaragaman hayati dengan nilai ekosistem tinggi. Tapi sayang sekali sih, saya belum sempat ke TNWK. Waktunya kurang..... Harusnya dua minggu menjelajah di Provinsi Lampung, baru saya bisa menikmati setiap tempat yang ditawarkan. Lain kali saya harus ke sana!


Hmmm... Kira-kira ada yang kurang tidak? Sepertinya sejak tadi saya membahas tempat wisata, ikon Lampung, dan keluhan. Lalu kapan makannya? Itu poinnya. Ke Lampung tanpa makan makanan khas Lampung? Atau masih saja makan fastfood? Haelah, basi. Lalu ngapain ke Lampung? Nih saya bisikin. Kalau mau kafe dan tempat makan khas Lampung, datang saja ke Cikwo Resto & Coffee. Terletak di Jl Jalan Nusa Indah 3 No 1, Pakis Kawat - Sumur Batu, Bandar Lampung, Cikwo (begitu saya menyebutnya) memberi kesan baru. Lah, resto ini pasti dulunya berupa rumah tinggal yang kemudian difungsikan sebagai tempat yang wajib didatangi. Lampu-lampu hias menerangi halaman Cikwo. Bagus untuk muda mudi yang hanya sekadar ingin berkumpul bersama orang terkasih atau teman-teman. 


Cikwo itu unik. Konsepnya semimodern dan saya yakin kalau kamu suatu saat datang ke Lampung dan ke tempat ini, perasaannya akan sama dan ingin kembali lagi ke tempat ini. Begitu masuk, semua hidangan khas Lampung sudah tersedia di meja. Ada beberapa makanan yanh sekilas bisa ditemui di tempat lain. Eits, jangan salah. Coba dulu. Secara umum, masakan lampung di Cikwo rasanya pas. Tidak terlalu asin, tidak terlalu manis, tidak terlalu kecut, dan bisa dibilang tidak terlalu pedas. Begitu mencicipi satu jenis makanan, tidak meninggalkan rasa dan bau di lidah, tapi bikin nagih. Hmmm bagaimana ya cara menjelaskannya. Ya gitu... Ahahah... Pernah ngunyah makanan yang meninggalkan rasa di lidah? Enak sih, tapi kalau begitu biasanya suka bikin eneg atau kurang nyaman begitu usai minum air. 

Serunya lagi, mas Indra, guide saya dan teman-teman, menjelaskan ada tradisi unik yang biasa dilakukan oleh setiap keluarga di rumah. Nyeruit. Apa sih nyeruit? Nyeruit itu tradisi makan di Lampung, nama makanannya seruit. Seruit adalah campuran dari sambal, tempoyak, terong, lauk-pauk berupa ikan. Kemudian diaduk menggunakan tangan. Biasanya yang mengaduk adalah anggota keluarga paling tua. Kalau pun tidak dilakukan di keluarga, biasanya dilakukan oleh orang yang derajatnya lebih tinggi, misalnya ketua adat. Tempoyak? Pernah mendengar nama tempoyak? Tempoyak adalah hasuil fermentasi dari daging buah durian. Begitu selesai diaduk, bisa dimakan dengan nasi. Rasanya bagaimana? NJuansa baru. Pertama kali nyeruit saya langsung tergoda. Ada rasa asam, gurih, manis, dan asin yang terasa pas di lidah. Tidak meninggalkan rasa di tenggorokan. Nah, itu yang saya temui di Cikwo. Entah bagaimana mereka meramu, makanan di sana enak dan ingin lagi, ingin lagi. Kata Mas Indra, kalau sudah nyeruit sudah sah jadi orang Lampung. Hehe...


Tradisi nyeruiit memang sudah mendarah daging di Lampung. Konon katanya, jika ada anggota keluarga sakit dan makan seruit, akan segera sehat. Entah itu mittos atau apa, penuturan Mas Indra begitu dan beliau mengalaminya sendiri. Bisa dibilang itu seperti stimulus dan doa dari orang paling tua. Eh, di Lampung tak hanya seruit lo. Ada banyak sekali makanan khasnya. Saya kasih foto-fotonya ya biar makin ngiler. Sebelumnya saya mau kasih beberapa contoh makanannya, yaitu sate ikan blue marlin, kerita sambol, pepes ikan baung, taboh iwa tuhuk, retak berulang, dan pastinya masih ada tapi saya lupa namanya. :p





Tak hanya bisa menikmati kudapan khas Lampung. Saya juga masih punya waktu nongkrong dan ngopi-ngopi ganteng di halaman yang sednu dengan lampu-lampu. Ada banyak jenis kopi yang ditawarkan. Tak ada kopi kemasan di Cikwo, adanya kopi langsung digiling dan langsung dinikmati saat panas. Jadi, memang Cikwo adalah pilihan hits buat kamu yang benar-benar ingin menikmati sensasi berbeda di Lampung, tentu pada kulinernya. Seru kan? (Uwan Urwan)


http://www.kemendagri.go.id 
http://jafarcintalampung.blogspot.co.id
https://nationalgeographic.co.id

Comments

Paling banyak dibaca

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr...

Bunga Telang Ungu (Clitoria ternatea) Jadi Alternatif Pengganti Indikator PP Sintetis

Makin ke sini, ketenaran bunga telang (Clitoria ternatea L.) kian meluas. Banyak riset terbit di internet, juga tak ketinggalan pecinta herbal dan tanaman obat ikut berkontribusi memperluas infromasi itu.  Bunga telang ungu, tanaman yang juga dikenal dengan nama butterfly pea itu termasuk endemik karena berasal dari Ternate, Maluku, Indonesia. Meski begitu, banyak sumber juga mengatakan bahwa bunga telang berasal dari Afrika, India, Amerika Selatan, dan Asia tropis. Banyak info simpang siur karena sumber-sumber yang aku baca pun berasal dari riset-riset orang. Nanti jika ada waktu lebih aku akan melakukan riset lebih dalam mengenai asal usulnya. Antosianin bunga telang merupakan penangkal radikal bebas Kredit : researchgate.net Bunga telang kaya akan antosianin. Antosianin adalah golongan senyawa kimia organik berupa pigmen yang larut dalam air, menghasilkan warna oranye, merah, ungu, biru, sampai hitam. Tak hanya pada bunga Clitoria ternatea, antosianin juga ada di banyak buah dan...

Blogger Situbondo dan Peranannya dalam Mempromosikan Kota Santri

Situbondo, sebuah kabupaten di pesisir utara Jawa Timur, menyimpan pesona yang belum banyak terungkap. Dibandingkan dengan Banyuwangi yang sibuk dengan wisata kelas dunia dan Jember yang dikenal dengan festival budayanya, Situbondo seolah masih berada dalam bayang-bayang. Padahal, kabupaten ini memiliki daya tarik luar biasa, dari wisata alam, budaya, hingga kuliner khas yang unik. Tantangan utamanya adalah bagaimana cerita tentang Situbondo bisa menjangkau lebih banyak orang. Di sinilah peran blogger menjadi sangat penting—merekalah yang bisa membawa nama Situbondo ke dunia digital, menyebarkan pengalaman, opini, serta keindahan daerah ini dalam bentuk narasi yang menarik dan inspiratif. Blogger Situbondo Menjadi Wajah Baru Jurnalisme Digital Dulu, informasi tentang suatu daerah hanya bisa ditemukan melalui media cetak atau berita resmi. Namun, di era digital seperti sekarang, blog menjadi salah satu sumber informasi yang lebih fleksibel, dekat dengan masyarakat, dan mudah diakses. Bl...

Empat Alasan Tidak Memakai Pasir Pantai untuk Kucing

  Gara-gara pasir kucing habis dan uang pas-pasan, akhirnya aku putar otak, bagaimana cara kucing bisa pup. Ketemu jawabannya, “pasir pantai”. Kebetulan rumahku bisa dibilang tida terlalu jauh dengan pantai, naik motor setengah jam, sampai.   Itu juga karena aku mendapat inspirasi dari video Tiktok yang rutin mengambil pasir pantai sebagai penganti pasir kucing. Dan setelah mencoba pakai selama dua hari, hasilnya, aku atas nama pribadi, Uwan Urwan, TIDAK DIREKOMENDASIKAN . Kenapa? Pasir pantai lebih berat dibandingkan pasir khusus kucing Pasir pantai tidak jauh berbeda dengan pasir yang dipakai untuk bahan bangunan, berat. Warna pasir pantai beragam, mulai dari hitam seperti batu sampai krem. Ukuran pun beragam, mulai dari yang sangat halus sampai ke pasir ukuran normal. Yan paling au soroti adalah warnanya, ternyata setelah diletakkan di dalam bak, jadi tidak bagus. apalagi kalau sudah ada gundukan pup dan kencing yang seperti menyebar. Berbeda dengan pasir khusus ...

Bagaimana menu isi piringku yang benar?

Sering mendengar frase Isi Piringku? Hem, sebagian orang pasti tahu karena kampanye yang dimulai dari Kementerian Kesehatan ini sudah digaungkan di mana-mana, mulai dari media sosial, workshop-workshop kesehatan di daerah-daerah, dan sosialisasi ke ibu-ibu begitu ke Posyandu.  Slogan Isi Piringku menggantikan 4 Sehat 5 Sempurna Isi Piringku adalah acuan sajian sekali makan. Kampanye ini sudah diramaikan sejak tahun 2019 menggantikan kampanye 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat lima sempurna terngiang-ngiang sekali sejak kecil. Terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu adalah kombinasi sehat yang gizinya dibutuhkan tubuh, sebab mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, susu adalah penyempurnanya. Kenapa harus berganti slogan?  Slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang aku tangkap maknanya, dalam setiap makan harus ada empat komposisi dan susu. Mengenai jumlahnya, aku bisa ambil nasi lebih banyak dengan sedikit sayur atau sebaliknya, atau sebebas-bebasnya ki...

Golda Coffee dan Kopi ABC Botol, Kopi Kekinian, Kopi Murah Cuma 3000an

Kamu suka kopi hitam pekat, kopi susu, kopi kekinian, atau yang penting kopi enak di kedai kopi? Mungkin kita sering sekali nongkrong bersama teman di kedai kopi mencoba berbagai aneka ragam kopi, mahal pun tak masalah, tapi yang jadi persoalan jika sedang miskin, apakah akan tetap nongkrong? Pilihannya ya minuman murah, misalnya kopi murah dan kopi enak yang cuma 3000an ini.   Aku, Uwan Urwan, memang bukan penikmat kopi banget, tapi suka minum kopi, kadang sengaja mampir ke kedai kopi punya teman, paling sering membeli kopi Golda Coffee dan/atau Kopi ABC Botol, yang harganya hanya 3000an. Aku akan mencoba mereview empat rasa dari dua merek yang kusebut sebelumnya. Golda Coffee kutemukan di minimarket punya dua rasa, yaitu Golda Coffee Dolce Latte dan Golda Coffee Cappucino. Sementara Kopi ABC botol juga kutemukan dua rasa, chocho malt coffee dan kopi susu.   Keempat rasa kopi kekinian kemasan itu aku pikir sama karena biasanya hanya membeli, disimpan di kulkas, dan la...

Fauzi, Sosok di Balik Gerakan Pemuda dan Musik Situbondo

Ahmad Fauzi berdiri di tengah kebunnya Aku tak menyangka akan menemukan sesuatu yang begitu luar biasa di sudut kecil Situbondo ini. Sebuah lahan hijau yang tertata rapi, penuh dengan kehidupan dan harapan. Greenhouse sederhana berdiri kokoh, dikelilingi jaring halus sebagai tempat pembibitan. Di sekitarnya, deretan tanaman sayur tumbuh subur—terong, cabai, kacang panjang, kelor, sawi, serai, pepaya, hingga okra.  Tak jauh dari situ, ada kolam ikan yang airnya berkilauan di bawah sinar matahari. Area lain dipenuhi tanaman obat, masing-masing telah diberi papan nama, seolah memberi isyarat bahwa tempat ini bukan sekadar kebun, melainkan sumber ilmu dan kehidupan. Di tengah lahan, toren biru mencolok berdiri tinggi, menjadi sumber pengairan utama. Pemandangan ini semakin kontras karena lahan ini dihimpit oleh sawah dan rumah penduduk.  Toren biru ini bukan sekadar tempat penyimpanan air, tapi sumber kehidupan bagi tanaman sayur yang tumbuh hijau di sekitarnya. Ketika aku sibuk m...

Perjalanan Lukisan Uwan’s Art, Dari Kanvas ke Tiga Komunitas

Di sudut meja yang mulai berdebu, aku menarik laci yang hampir terlupakan. Tube-tube kecil cat akrilik berbaris di dalamnya, beberapa masih tertutup rapat, sementara yang lain sudah mulai mengering di tepinya. Ada rasa rindu yang tiba-tiba menyeruak. Sudah lama aku tidak menyentuh kuas dan kanvas. Kesempatan itu datang dari sebuah ajakan—kolaborasi dengan tiga komunitas besar di Jakarta untuk sebuah acara seni dan edukasi di bawah naungan Kompasiana, yaitu Ketapels, KOMiK, dan Ladiesiana.  Kredit: KOMiK Aku, seorang pelukis amatir dari Situbondo, ditawarkan untuk menjadi sponsor sebagai bentuk dukungan untuk acara "Tur Museum sambil Belajar Nulis Naskah Film". Tentu saja, aku tidak bisa menolak. Setelah berpikir, aku memutuskan untuk mendukung dalam bentuk lukisan kanvas. Bagiku, seni bukan hanya tentang menciptakan sesuatu yang indah, tapi juga tentang berbagi makna dan emosi dengan orang lain. Menyentuh Kembali Kanvas yang Terlupakan Aku menuangkan sedikit demi sedikit cat ...

Imron, Penggerak Literasi dari Desa Trebungan, Situbondo

Moh. Imron adalah bukti nyata bahwa semangat, kerja keras, dan cinta pada ilmu bisa membawa perubahan nyata bagi komunitas. (Kredit foto: Moh. Imron) Di sebuah sudut kecil Situbondo, ada seorang pria yang menjalani hidupnya dengan kesederhanaan, namun penuh mimpi besar. Namanya Moh. Imron, sosok yang kini dikenal sebagai direktur takanta, sebuah komunitas literasi yang menjadi rumah bagi banyak penulis terutama di Situbondo. Meski begitu, Imron bukanlah seseorang yang langsung dilahirkan sebagai penggerak. Masa kecil hingga remajanya lebih sering diwarnai rasa minder daripada percaya diri. Dari Anak Pemalu Menjadi Sosok Berani Ilustrasi dibuat menggunakan Canva Dulu, Imron adalah remaja yang merasa tertinggal. Saat teman-temannya sibuk dengan ponsel dan berbagai aktivitas, ia bahkan tidak memiliki telepon genggam. Pelajaran TIK di sekolah menjadi momok karena ia tak pernah menyentuh komputer sebelumnya. Tapi rasa minder itu justru menjadi titik awal perjalanan perubahan. Imron memutusk...

Pengalaman Pakai Pasir Pantai sebagai Pengganti Pasir Kucing

Sudah punya kucing sejak kecil. Biasa atas keberadaan kucing membuatku tak pernah berhenti untuk punya kucing. Kucing liar yang sering mampir ke rumah biasanya aku juga beri makan dan yang mau mendekat aku pelihara. Punya kucing sebelumnya dibiarkan pup di luar. Repot kalau anak-anak kucing sudah mulai makan selain air susu induknya, pasti akan kencing dan pup di kasur karena induknya pasti lebih nyaman meletakkan anak-anaknya di kasurku. Dulu harus melatih mereka terlebih dahulu selama beberapa waktu sebelum bisa pup di luar   Setiap hari harus mencuci sprei dan menjemur kasur. Begitu tahu bahwa kasur bukanlah tempat pup dan pipis, mereka akan buang hajat di luar. Tentu saja akan mencari pasir atau tanah yang cukup gembur sebagai tempat merahasiakan hasil buangan. Kadang tanah tetangga jadi sasaran dan harus menerima omelan mereka.   Sejak awal tahun 2022, kembali dari ibukota, kucing melahirkan, dan sudah mulai makan selain air susu induknya, aku siapkan pasir buat mer...