Pemuda Situbondo begitu gigih perjuangkan nasib mereka dan kota tempat tinggalnya. Terbukti dengan gagasan singkat Gerakan Situbondo Membaca (GSM) dan Komunitas Penulis Muda Situbondo (KPMS) terciptalah Pekan Literasik Situbondo (saya singkat PLS saja ya biar gampang). Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 15-17 Maret 2017.
Dengan berbagai macam rangkaian, meliputi bedah buku Musem Ibu karya Gusti Trisno yang dibedah Ahmad Yusuf, dosen Unars Situbondo; diskusi buku Dangdut Madura karya Panakajaya Hidayatullah, dibahas Wahyu Aves, seniman musik Situbondo; Diskusi dunia buku bersama Ahmad Nur dan Irwan Kurniadi; diskusi membuat novel bersama Ahmad Sufiatur Rahman, penulis novel nasional; diskusi sastra daerah tapal kuda bersama Hat Pujiati, penulis buku Spritualitas dan Muhammad Mukhlis; serta bedah buku puisi dan pentas seni dengan pembacaan puisi dari KPMS dengan diiringi seniman Ali Gardy di aula Dinas Perpustakaan dan Kerasipan Situbondo.
Acara berlangsung meriah dengan dihadiri perwakilan siswa-siswi dari beberapa sekolah, komunitas lain di Situbondo, wartawan, penulis, santri, budayawan, musisi, dan guru. Tema yang diusung adalah "Meretas Gerakan Literasi di Situbondo" tentu bukan main-main. Rendahnya minat baca di Indonesia terutama di Situbondo menjadi pemicu acara ini. Kegiatan ini merupakan hasil swadaya antaranggota sampai bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah Situbondo dan toko buku Togamas. Bazar buku berlangsung di depan gedung perpustakaan.
Saya juga ikut meriahkan dengan baca puisi (dua foto terakhir kredit: Imam Sofyan) |
Kegiatan ini justru menjadi pioner kegiatan literasi yang berlangsung di Situbondo. Jika banyak orang bilang di Situbondo tidak ada apa-apanya, mereka salah. Situbondo punya banyak pemuda tangguh, pemusik yang sudah go intermasional, artis, penyanyi nasional, penulis, dan lain-lain. Hanya saja belum terekspos. Serunya sih, Situbondo mulai bermekaran dengan kegiatan-kegiatan semacam ini. Ingin kegiatan yang lebih seru? Yuk adakan bersama-sama. (Uwan Urwan)
Comments