Pagi itu, saya tiba di Bandara Ngurah Rai. Ini kali pertama kaki menyentuh tanah Bali. Tak seperti di bandara lain, Juanda, Soekarno Hatta, Yogyakarta, dan Kuala Namu, Bandara Ngurah Rai begitu berbeda. Tak heran kalau Bali menyimpan daya tarik tersendiri bagi banyak wisatawan, asing maupun lokal.
Yes di dalam bandara terasa sejuk, yaiyalah wong pake AC. Wkwkwk... Tidak, maksudnya sejuknya bukan sejuk udara, tapi suasana (gak ngerti ya? Sama. Saya pun bingung mau menjelaskan seperti apa). Begitu juga di toilet, ada rangkaian bunga hidup yang cantik duduk dengan indah.
Ketinggalan pesawat
Saya terlambat sampai Bali karena mengalami beberapa insiden waktu subuh di Jakarta. Mulai dari salah masuk taksi yang dipesan, tidak membawa uang cash, atm terselip entah ke mana, terlambat masuk bandara, sampai harus bernegosiasi dengan petugas yang akhirnya saya harus membayar Rp100.000 untuk penerbangan selanjutnya. Boleh cerita sedikit tentang poin terakhir? Bolehlah ya, itung-itung berbagi informasi kalau terlambat masuk bandara dan tidak bisa ikut terbang.
Jadi begini, sebenarnya saya sudah datang ke bandara Soekarno Hatta 30 menit sebelum tiga menit keterlambatan untuk cek in. Cuma terlambat tiga menit. Saya terlalu lama di luar karena galau ini itu. Akibatnya saya harus mengurus ke costumer service untuk memastikan saya bisa berangkat untuk penerbangan ini atau penerbangan selanjutnya dengan membayar sepersekian persen dari biaya standar. Sebelumnya saya pernah sekali terlambat cek in juga di Bandara Juanda dan harus membayar Rp500.000 untuk penerbangan selanjutnya.
Mungkin karena panik dan saya akhirnya minta tolong teman untuk transferkan uang sejumlah Rp100.000 ke atm satunya (fyi: saya punya dua atm yang satu memang buat nabung dan yang satu buat dihabisin. Kadang habis dua-duanya. Ahahah) yang ada di kantong tas paling luar dan kebetulan emang isinya hanya beberapa rupiah. Ahaha. Oke lanjut. Muka saya panik dan melas banget saat diberitahu kalau saya harus membayar 50% untuk tiket penerbangan selanjutnya.
"Duh Mbak, saya cuma punya uang Rp100.000. Gimana ya?"
Mbaknya sangat tenang sekali. Ia minta menunggu kemudian berbicara dengan petugas di sebelahnya. Tak lama ada dua perempuan tergopoh-gopoh mengalami nasib serupa. Tampaknya mereka seharusnya satu pesawat dengan saya.
"Mbak masak saya gak bisa masuk sih cuma telat beberapa menit. Pesawatnya belum berangkat lo," jelas salah satunya.
Dengan tenang petugas menjawab. Mbak itu seperti tak punya beban hidup. Kedua perempuan itu masih panik karena takut dimarahi orang tuanya lalu pergi. Entahlah pergi ke mana, yang jelas saya juga sedang kacau masih bisa terbang ke Bali atau tidak.
"Mas nanti saya mau minta tolong ke atasan. Kalau bisa free, untuk penerbangan selanjutnya Mas tidak perlu membayar lagi." Saya mengangguk. "Baik kalau begitu ikut saya."
Mbak itu masih santun lalu pergi ke sebuah ruangan. Aku membuntutinya. "Mas tunggu di sini ya."
Selang 1-2 menit perempuan itu keluar membawa tiket untuk penerbangan selanjutnya dan menyerahkan ke saya. Lalu masih dengan ramah, mbak itu meminta biaya seikhlasnya untuk itu. Tak tanggung-tanggung saya berikan saja Rp100.000 untuknya karena merasa dibantu. Sebenarnya bayar Rp5.000 juga tidak apa-apa sih. Wkwkwk.
Kalau kamu mengalami hal serupa, kalau bisa ke CS tidak belagu atau marah-marah. Negosiasi saja dengan baik atau kalau memang tidak bisa, pasang muka melas. Kalau beruntung kamu bisa dapat tiket penerbangan selanjutnya gratis (tidak gratis juga sih) atau kalau kurang beruntung bayar 50%. Daripada membeli tiket baru lagi atau pulang ke rumah? Intinya jangan panik dan terus berdoa karena selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah.
Di sebuah resort
Di Bali saya bertemu teman baik dan diantar menuju Tejaprana Resort & Spa, Ubud, Bali. Bisa dibilang seru selama perjalanan di sana, sebab saya jadi tahu bagaimana kondisi yang seperti teman-teman ceritakan saat trip ke Bali.
Ruang resepsionis berbeda sekali dengan hotel-hotel di Jakarta. Mungkin karena saya terbiasa keluar masuk hotel di Jakarta. Ya sekadar keluar masuk, menginap kalau ada event saja. Didesain dengan nuansa full kayu dan terbuka, tentu Tejaprana memiliki daya tarik khusus.
Psst, saya bisikin ya. Resort ini memang khusus untuk untuk pasangan suami istri yang sedang berbulan madu, sepasang kekasih yang sedang ingin menikmati hidup berdua tanpa gangguan, atau untuk pasangan pria-pria dan wanita-wanita. Ya begitulah. Spesialnya lagi biasanya yang menginap di sana adalah wisatawan mancanegara. Oke baiklah, saya mungkin turis lokal pertama yang menginap seorang diri tanpa pasangan (catet plis). Untung saja saya bisa mengelak dengan menyebut bahwa menginap untuk bekerja. Memang iya sih, tapi tahu kan ngenesnya sekeliling lagi kencan bersama pasangannya, bercinta sekaligus menikmati surga dunia yang Tuhan ciptakan, sementara saya bergelut dengan kertas dan pen berujung runcing. Ahaha... Abaikan bagian akhir paragraf ini.
Psst, saya bisikin ya. Resort ini memang khusus untuk untuk pasangan suami istri yang sedang berbulan madu, sepasang kekasih yang sedang ingin menikmati hidup berdua tanpa gangguan, atau untuk pasangan pria-pria dan wanita-wanita. Ya begitulah. Spesialnya lagi biasanya yang menginap di sana adalah wisatawan mancanegara. Oke baiklah, saya mungkin turis lokal pertama yang menginap seorang diri tanpa pasangan (catet plis). Untung saja saya bisa mengelak dengan menyebut bahwa menginap untuk bekerja. Memang iya sih, tapi tahu kan ngenesnya sekeliling lagi kencan bersama pasangannya, bercinta sekaligus menikmati surga dunia yang Tuhan ciptakan, sementara saya bergelut dengan kertas dan pen berujung runcing. Ahaha... Abaikan bagian akhir paragraf ini.
Konsep Tejaprana Resort & Spa memang back to nature. Itu dapat terlihat dari banyaknya unsur kayu termasuk bambu juga penggunaan atap dari daun tanaman. Saya tidak menanyakan itu daun apa, yang jelas atapnya dari tanaman. Seperti penginapan lainnya, lukisan dan berbagai macam ukiran menghias di berbagai tempat, sekaligus tempat untuk meletakkan sesajen untuk upacara mereka.
Penuh inspirasi
Sejak kecil saya memang hobi menggambar. Bukan berarti gambar saya bagus pake banget. Cuma memang saya punya karakter berbeda dengan tukang gambar lain. Karakternya tidak jelas maksudnya.
Tejaprana Resort & Spa cukup asri, rindang, dan sejuk. Apalagi lokasinya di Ubud yang jelas berbeda dengan di bagian pantai. Selain itu juga cukup sunyi. Ada banyak suara serangga karena memang berbatasan dengan hutan. Ada sungai juga. Jadi kalau berjalan-jalan di sekitar resort ada suara air-air.
Buat kita yang memang ingin bebas dari hiruk-pikuk polusi udara akibat ramainya kendaraan dan stres bekerja di gedung-gedung megah, tempat ini memang sangat dianjurkan. Pun kalau kamu tidak punya pasangan tapi ingin menikmati hidup, menginaplah di situ. Konsep restoran yang cukup membuat saya berkata, "Serius ini restorannya?" itu baguss banget. Viewnya langsung ke alam terbuka, kolam renang besar, hutan, dan juga tata letak ornamennya membuat saya betah.
Makanannya pun lezat, porsinya cukup besar buat saya dan kamu yang punya perut manja. Mungkin untuk pasangan yang sedang memadu kasih, porsi itu sesuai. Kalikkk.
Makanannya pun lezat, porsinya cukup besar buat saya dan kamu yang punya perut manja. Mungkin untuk pasangan yang sedang memadu kasih, porsi itu sesuai. Kalikkk.
Untuk cari inspirasi jelas Tejaprana Resort & Spa menjadi pilihan yang tepat. Kita bisa duduk di mana saja untuk mendapatkan inspirasi. Ada banyak tanaman di sana. Motif-motif tembok dan desain membuat kita jadi lebih cepat mendapatkan inspirasi dan fokus pada gambar atau tulisan kita.
Bikin betah
Selama saya berada di sana, pelayananya bagus dan ramah. Saya selalu disapa oleh karyawan di sana. Mereka juga selalu menebarkan senyum. Jika selesai makan, mereka akan bertanya, "Bagaimana menunya Pak?" Hal yang buat saya agak bikin blank. Jadi beberapa kali saya jawab sekenanya. Ahahah...
Soal makan, Tejaprana Resort & Spa menjadwalkan sarapan, makan siang, tea time, dan makan malam. Saya itu paling terkesan saat sarapan. Rotinya enak banget. Bisa dibilang saya pilih-pilih untuk makan roti. Tidak semua roti saya suka, kecuali lapar. Tapi tidak pada saat itu. Malah saya menyesal tidak mencoba roti lain. Eh malah bahas roti. Haha...
Spesialnya lagi setiap kamar punya private pool. Kita bisa telanjang sesuka kita tanpa harus ragu karena tertutup dan tidak langsung mengarah ke jalan. Beberapa kamar viewnya langsung ke hutan. Private poolnya pun tak sedalam lautan. Kurang lebih 1,5 m-lah ya. Buat kamu yang membawa pasangan bisa bermesraan di mana pun yang kamu suka.
Setiap sore akan ada petugas yang mengantarkan secarik kertas bertuliskan cerita rakyat Bali berbahasa Inggris. Juga akan dinyalakan obat nyamuk di serambi. Tahun ini sih rencananya bukan cerita rakyat lagi yang diberikan kepada tamu, tetapi gambar saya. Halah.
Ada juga jadwal untuk yoga setiap minggu. Jadi semua tamu bisa ikut melenturkan otot sambil membuang keringat setelah bermalas-malasan. Kalau ingin berjalan-jalan melihat Bali atau untuk beli oleh-oleh, ada juga bus yang siap mengantarkan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Tak lengkap dong jika resort ini tak ada spa-nya. Untuk relaksasi juga bisa melakukan spa di sana, berdua bersama kekasih. Tamu akan dimanjakan dengan baik.
Untuk harga, kamu bisa cek sendiri di websitenya atau juga bisa cek di tripadvisor. Hm, kalau kamu mau sendirian mau menginap di sana, bolehlah ajak saya ya. (Uwan Urwan)
Comments