Tari kecak (Art Wolfe, foto dari The Edge, kredit: www.wanderlust.co.uk) |
Pernah mendengar nama tari kecak, tari pendet, dan tari legong? Kira-kira tari tradisional tersebut khas dari mana ya? Ada yang bisa menjawab? Sebagian dari kamu yang membaca ini pasti akan menyebut langsung, tapi beberapa akan mencari tahu terlebih dahulu asal tarian tersebut. Saya tidak akan memberi jawaban di sini, tapi saya akan memberi pertanyaan lain. Tari gandrung kamu tahu berasal dari mana? Banyuwangi. Ya, benar sekali. Beberapa daerah sudah memiliki tarian khas, termasuk Banyuwangi. Sampai ada Festival Gandrung setiap tahun. Banyuwangi sudah terdepan untuk unggulkan tari tradisional Jawa Timur. Bagaimana dengan tari tradisional Jawa Tengah dan tari tradisional Jawa Barat? Tanpa ba-bi-bu, kamu pasti akan dengan gamblang menyebutkan beberapa nama tariannya.
Berbeda dengan Situbondo? Begitu teman-teman menanyakan, “Apa yang khas dari Situbondo?” Biasanya saya berpikir agak lama, mencoba cari tahu, selama beberapa puluh tahun tinggal di Situbondo kira-kira yang khas apa ya? Karna tidak menemukan jawaban, biasanya saya hanya tersenyum dan menggeleng.
Memang sebagian masyarakat Situbondo sendiri apatis terhadap kekayaan yang ada di kabupaten dengan julukan “Kota Santri” itu. Situbondo dianggap tertinggal, tidak ada hal yang dibanggakan, tidak punya potensi sumber daya alam yang mumpuni, juga sumber daya manusia yang berkualitas. Pandangan yang selama bertahun-tahun mengakar dari dalam diri masyarakatnya. Sebenarnya anggapan itu tidak benar. Kenapa? Karena sebenarnya Situbondo termasuk kabupaten dengan sumber daya alam sangat kaya. Garis pantai sepanjang 150 km tentu tidak hanya akan memberikan batu karang dan pasir saja, kalau dimanfaatkan dengan baik, hasil dari laut bisa sejahterakan masyarakat sekitar. Sebagian wilayah Situbondo termasuk daerah bukit dan gunung, di mana Gunung Argopuro adalah salah satu gunung fenomenal yang biasanya dijelajahi oleh pendaki. Potensi alam lain adalah tebu, di mana di Situbondo terdapat beberapa pabrik gula. Sebenarnya masih banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan.
Berangkat dari situ, Dewan Kesenian Situbondo dan orang-orang yang memiliki kekhawatiran yang sama, berkumpul dan berembuk pada kegiatan “Temu Seniman, Budayawan, dan Sesepuh Kota Santri”. Kebetulan fokus kegiatan ini mengerucut pada seni, seni tari. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya, Bupati Situbondo, H. Dadang Wigiarto, S.H. pun hadir untuk mendukung penciptaan tari baru sebagai identitas Kabupaten Situbondo. Ikon sebuah daerah sangat perlu ditonjolkan sebagai identitas.
Sebagai informasi lain, Situbondo sebenarnya sudah dikenal dengan sebutan Kota Santri dan Bumi Salawat Nariyah. Namun, julukan itu tak lengkap jika untuk beberapa aspek lain tidak khas, seperti kuliner dan keseniannya. Melalui kegiatan perumusan tari khas Situbondo tentu akan menjadi nilai tambah lain dalam daftar kekayaan daerah. Peramuan tari baru ini mendatangkan orang-orang yang berkompeten di dalamnya, meliputi seniman, budayawan, penulis, dan media.
Sebagai dasar acuan untuk gerakan, kostum, dan instrumen pengiringnya, terciptalah beberapa benang merahnya. Beberapa hal pokok yang menjadi pegangannya, antara lain harus mencerminkan karakter, watak, perilaku masyarakat, dan geografisnya; mengambil bentuk-bentuk tari terdahulu kemudian mengombinasikannya sehingga menjadi sebuah tari baru yang kaya akan kisah; tegas, berani, dan kuat; serta mengambil nilai-nilai religi. Kemudian terbentuklah tim khusus untuk meramu bentuk tari itu, dikerjakan bersama-sama untuk satu tujuan.
Berapa lama waktu yang diperlukan? Dewan Kesenian Situbondo menargetkan semua sudah rampung dalam dua bulan. Penasaran? Kalau kamu bilang iya, berarti kita sama. Saya sudah tidak sabar dengan itu. Mungkin saya akan ada di barisan paling depan saat tari itu sudah diresmikan dan mengabarkannya kepadamu kembali. Doakan segera rampung saja ya. Aamiin. (Uwan Urwan)
Comments