Skip to main content

Pantai Pathek, Pantai dengan Pesona Tak Habis-habis

Situbondo apa sih tempat wisata yang terkenal? Pantai Pathek. Saya percaya kamu yang tinggal di Situbondo akan setuju dengan itu. Meski Pantai Pathek bukan satu-satunya pantai yang banyak dikunjungi wisatawan lokal, pantai yang di tepiannya banyak batu karang tajam itu punya pesona tersendiri. Setiap weekend selalu dipenuhi pengunjung. Tak hanya waktu libur, hari biasa pun didatangi orang meski jumlahnya tidak sebanyak waktu libur sekolah.

Kalau sedang beruntung, saat surut, sepanjang mata melihat akan disambut permadani hijau.


Menikmati Pantai Pathek itu Gratis

Siapa sih yang tidak suka wisata gratis? Jangan sok-sok-an bilang tidak kamu! Belum pernah dilempari batu karang ya?

Sudah sejak kecil pantai ini tersohor. Saat masih duduk di bangku SMA, sepulang sekolah kadang kencan dengan pacar monyet di tepiannya. Halah. Uap air laut terasa berbeda aromanya dengan di pegunungan, pun embusan anginnya. Biasanya saat malam minggu saya coba melintas. Ada saja sekumpulan anak muda dari ujung ke ujung penuhi tepiannya. Beberapa pacaran sambil bergelap-gelap ria, beberapa memang anak-anak nongkrong bersama teman segeng. Memang saat malam di sana redup, remang-remang, dan temaram (apa bedanya?). kalau tidak punya tempat bermesraan, Pantai Pathek salah satu pilihannya, eh. Cuma sejak sepuluh tahun terakhir, saya tidak pernah lagi ke sana saat malam. Mungkin lampu-lampunya sudah mulai banyak.

Kalau ingin berfoto-foto, Pantai Pathek masih bisa dibilang bagus untuk abadikan momen. Batas barat pantai ada lokasi penghijauan dengan bakau. Beberapa penghijauan bisa dibilang sukses karena bakau-bakaunya mulai lebat dan tinggi. Bakau memang salah satu komponen alam yang cukup penting untuk kelangsungan hidup berbagai makhluk hidup. Pastikan kalau ke sana pakai kendaraan pribadi ya. Belum ada transportasi umum menuju lokasi. Sebenarnya ojek online sudah ada si, hanya saja armadanya masih sedikit. Ke depan, kamu bisa ke Pantai Pathek dengan ojek online.
Area penghijauan. Bisa dibayangkan lima tahun ke depan area ini akan dipenuhi bakau, tempat hidup beragam organisme

Setelah puas menikmati batas barat, kamu bisa ke timur (timur laut sih sepertinya ya. Heuheu). Kamu akan melewati rumah-rumah penduduk. Memasuki pantai utama, kamu akan disambut warung-warung yang sudah berjejer di pinggir sepanjang pantai. Ada pula tempat duduk yang sengaja dibuat untuk manjakan pengunjung. Ups, dengan syarat, kamu harus membeli sesuatu dari warung yang kamu duduki. Beberapa pemilik warung mungkin akan abai, tapi beberapa yang lain biasanya akan mengomel karena hanya menumpang duduk dan tidak beli sesuatu. Saya pernah mengalami itu. Duduk bersama teman, sengaja membawa bekal camilan. Saat berbincang seru tiba-tiba ada ibu-ibu mengomel.  Akhirnya kami pindah lokasi. Hehe..

Wilayah paling utara adalah yang favorit. Ada dermaga batu di sana. Entahlah nanti akan dibuat apa. Yang jelas saat ini dipakai untuk tempat nongkrong, foto-foto, dan memancing. Saat weekend biasanya beberapa keluarga akan piknik, bakar-bakar ikan atau sekadar berkumpul bersama anggota keluarga. Anak-anak biasanya lebih memilih untuk mandi dan orang tua tentu mendampingi.

Airnya dangkal
Beberapa waktu lalu saya ke Pantai Pathek dan temukan kenyataan bahwa ombak-ombak cukup ganas hantam batu karang. Kebetulan anginnya sedang kencang. Tak heran jika batu karang yang terkikis hingga dekati batas jalan. Seingat saya dulu batas pantai agak lebar dari jalan. Saya sudah bilang belum kalau Pantai Pathek berbatu karang? Sepertinya sudah ya. 
Saat angin kencang, ombak-ombak cukup ganas, tapi tentu saja tidak seganas pantai di area Selatan Pulau Jawa

Pantai Pathek dalam kondisi normal, airnya cukup dangkal. Bisa dibilang tidak berbahaya kalau mau ceburkan diri dengan asinnya laut. Beberapa area terdapat batu karang tajam sehingga jangan sedih kalau usai bersihkan diri, kaki cukup perih karena tanpa sengaja tersayat-sayat kenangan pahit, eh, batu karang tajam. Tidak masalah, luka-luka itu akan lekas sembuh. Berbeda dengan luka di hati, yang belum tentu terobati, meskipun oleh waktu.

Pantai Pathek memang termasuk bagian dari Laut Jawa. Warna pasirnya gelap, bahkan di dasar pantainya masih ada yang berupa tanah sehingga setiap saat kita bisa merasakan lumpur. Ya bisa dibilang tidak sejernih Pantai Pasir Putih, yang ada di Situbondo juga. Nanti saya coba ceritakan tentang Pantai Pasir Putih.
Pasirnya hitam, tak apalah. Masih bagus kok

Ada apa lagi di Pantai Pathek sih selain batu karang? Saat weekend ada penyewaan pelampung lo. Ya buat kamu yang ingin terombang-ambing di atas air dan tidak bisa berenang, bisa pakai pelampung. Oh ya juga bisa leboh ke tengah dengan kapal kecil loh. Kalau mau, bisa sewa untuk beberapa orang dan kita ke agak ke tengah. Tentu saja tidak sampai ke pertengahan antara Pulau Jawa dan Pulau Madura. Terakhir saya naik perahu itu bersama teman-teman sekitar 11 tahun lalu. Oke jangan terlalu fokus dengan tahun ya. Nanti kamu akan tahu usia saya sebenarnya yang tidak muda lagi.

Perlu Pengembangan

Sebenarnya untuk disebut sebagai wisata gratis, tempat ini memang sangat saya rekomendasikan untuk dikunjungi. Hanya saja, ya seperti yang orang-orang bilang, ada harga ada rupa. Jika memang ingin dikembangkan dan menarik wisatawan luar (tidak hanya wisatawan lokal), perlu dibenahi cukup serius. Mulai dari mana? Saya rasa pemerintah sudah memulainya ya dari penanaman bakau yang saya ceritakan di atas. Langkah bagus itu.

Setiap pulang kampung, Pantai Pathek selalu jadi tempat yang paling dirindukan (Captured by Zaidi)

Lalu bagaimana selanjutnya? Mungkin perlu penertiban warung-warung di tepian jalan itu ya. Diperbaiki lagi agar tidak terkesan semrawut. Konsepnya kudu dimatangkan. Mungkin area yang dipakai masyarakat setempat adalah tanah mereka sendiri jadi mereka pun berhak memakainya untuk apa. Hanya saja, menurut saya kalau seperti itu, saya masuk ke warung satu dan warung lain tak ada bedanya. Saya malah membayangkan ada mall tak jauh dari Pantai Pathek, lalu ada wahana-wahana menarik yang ekonomis untuk pengunjung. Hem, saya membayangkan ada mercusuar setinggi 5—10 m yang bisa dinaiki. Untuk naik, pengunjung dikenakan tiket dengan tarif tertentu. Di dalam mercusuar itu dibuat seolah-olah seperti museum yang disertai cerita singkat tentang Situbondo, awetan tanaman khas Situbondo, foto-foto masa lampau, atau foto-foto pemuda berprestasi Situbondo pada setiap lantainya.
Salah satu warung yang terbengkalai

Saya pun membayangkan ada area-area instagramable dengan tugu, tulisan, taman, tempat nongkrong, atau wahana-wahana mini yang memberi wawasan kepada pengunjung. Juga kalau bisa lampu-lampu jauh lebih terang. Jalan menuju lokasi dipasang lampu agar tidak rawan begal. Untuk membangun kembali tentu perlu banyak dana dan waktu yang tak sebentar sih. Ini kan hanya angan-angan saya toh. Boleh dong? Heuheu. Oh ya satu lagi, pengunjung kalau bisa menjaga keindahan. Tidak merusak tatanan yang ada, tidak membuan sampah anorganik sembarangan apalagi ke laut. Juga perlu gencarkan promosi Pantai Pathek di media sosial agar makin banyak orang yang berkunjung. (Uwan Urwan)

Comments

Paling banyak dibaca

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr...

Bunga Telang Ungu (Clitoria ternatea) Jadi Alternatif Pengganti Indikator PP Sintetis

Makin ke sini, ketenaran bunga telang (Clitoria ternatea L.) kian meluas. Banyak riset terbit di internet, juga tak ketinggalan pecinta herbal dan tanaman obat ikut berkontribusi memperluas infromasi itu.  Bunga telang ungu, tanaman yang juga dikenal dengan nama butterfly pea itu termasuk endemik karena berasal dari Ternate, Maluku, Indonesia. Meski begitu, banyak sumber juga mengatakan bahwa bunga telang berasal dari Afrika, India, Amerika Selatan, dan Asia tropis. Banyak info simpang siur karena sumber-sumber yang aku baca pun berasal dari riset-riset orang. Nanti jika ada waktu lebih aku akan melakukan riset lebih dalam mengenai asal usulnya. Antosianin bunga telang merupakan penangkal radikal bebas Kredit : researchgate.net Bunga telang kaya akan antosianin. Antosianin adalah golongan senyawa kimia organik berupa pigmen yang larut dalam air, menghasilkan warna oranye, merah, ungu, biru, sampai hitam. Tak hanya pada bunga Clitoria ternatea, antosianin juga ada di banyak buah dan...

Blogger Situbondo dan Peranannya dalam Mempromosikan Kota Santri

Situbondo, sebuah kabupaten di pesisir utara Jawa Timur, menyimpan pesona yang belum banyak terungkap. Dibandingkan dengan Banyuwangi yang sibuk dengan wisata kelas dunia dan Jember yang dikenal dengan festival budayanya, Situbondo seolah masih berada dalam bayang-bayang. Padahal, kabupaten ini memiliki daya tarik luar biasa, dari wisata alam, budaya, hingga kuliner khas yang unik. Tantangan utamanya adalah bagaimana cerita tentang Situbondo bisa menjangkau lebih banyak orang. Di sinilah peran blogger menjadi sangat penting—merekalah yang bisa membawa nama Situbondo ke dunia digital, menyebarkan pengalaman, opini, serta keindahan daerah ini dalam bentuk narasi yang menarik dan inspiratif. Blogger Situbondo Menjadi Wajah Baru Jurnalisme Digital Dulu, informasi tentang suatu daerah hanya bisa ditemukan melalui media cetak atau berita resmi. Namun, di era digital seperti sekarang, blog menjadi salah satu sumber informasi yang lebih fleksibel, dekat dengan masyarakat, dan mudah diakses. Bl...

Empat Alasan Tidak Memakai Pasir Pantai untuk Kucing

  Gara-gara pasir kucing habis dan uang pas-pasan, akhirnya aku putar otak, bagaimana cara kucing bisa pup. Ketemu jawabannya, “pasir pantai”. Kebetulan rumahku bisa dibilang tida terlalu jauh dengan pantai, naik motor setengah jam, sampai.   Itu juga karena aku mendapat inspirasi dari video Tiktok yang rutin mengambil pasir pantai sebagai penganti pasir kucing. Dan setelah mencoba pakai selama dua hari, hasilnya, aku atas nama pribadi, Uwan Urwan, TIDAK DIREKOMENDASIKAN . Kenapa? Pasir pantai lebih berat dibandingkan pasir khusus kucing Pasir pantai tidak jauh berbeda dengan pasir yang dipakai untuk bahan bangunan, berat. Warna pasir pantai beragam, mulai dari hitam seperti batu sampai krem. Ukuran pun beragam, mulai dari yang sangat halus sampai ke pasir ukuran normal. Yan paling au soroti adalah warnanya, ternyata setelah diletakkan di dalam bak, jadi tidak bagus. apalagi kalau sudah ada gundukan pup dan kencing yang seperti menyebar. Berbeda dengan pasir khusus ...

Bagaimana menu isi piringku yang benar?

Sering mendengar frase Isi Piringku? Hem, sebagian orang pasti tahu karena kampanye yang dimulai dari Kementerian Kesehatan ini sudah digaungkan di mana-mana, mulai dari media sosial, workshop-workshop kesehatan di daerah-daerah, dan sosialisasi ke ibu-ibu begitu ke Posyandu.  Slogan Isi Piringku menggantikan 4 Sehat 5 Sempurna Isi Piringku adalah acuan sajian sekali makan. Kampanye ini sudah diramaikan sejak tahun 2019 menggantikan kampanye 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat lima sempurna terngiang-ngiang sekali sejak kecil. Terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu adalah kombinasi sehat yang gizinya dibutuhkan tubuh, sebab mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, susu adalah penyempurnanya. Kenapa harus berganti slogan?  Slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang aku tangkap maknanya, dalam setiap makan harus ada empat komposisi dan susu. Mengenai jumlahnya, aku bisa ambil nasi lebih banyak dengan sedikit sayur atau sebaliknya, atau sebebas-bebasnya ki...

Golda Coffee dan Kopi ABC Botol, Kopi Kekinian, Kopi Murah Cuma 3000an

Kamu suka kopi hitam pekat, kopi susu, kopi kekinian, atau yang penting kopi enak di kedai kopi? Mungkin kita sering sekali nongkrong bersama teman di kedai kopi mencoba berbagai aneka ragam kopi, mahal pun tak masalah, tapi yang jadi persoalan jika sedang miskin, apakah akan tetap nongkrong? Pilihannya ya minuman murah, misalnya kopi murah dan kopi enak yang cuma 3000an ini.   Aku, Uwan Urwan, memang bukan penikmat kopi banget, tapi suka minum kopi, kadang sengaja mampir ke kedai kopi punya teman, paling sering membeli kopi Golda Coffee dan/atau Kopi ABC Botol, yang harganya hanya 3000an. Aku akan mencoba mereview empat rasa dari dua merek yang kusebut sebelumnya. Golda Coffee kutemukan di minimarket punya dua rasa, yaitu Golda Coffee Dolce Latte dan Golda Coffee Cappucino. Sementara Kopi ABC botol juga kutemukan dua rasa, chocho malt coffee dan kopi susu.   Keempat rasa kopi kekinian kemasan itu aku pikir sama karena biasanya hanya membeli, disimpan di kulkas, dan la...

Fauzi, Sosok di Balik Gerakan Pemuda dan Musik Situbondo

Ahmad Fauzi berdiri di tengah kebunnya Aku tak menyangka akan menemukan sesuatu yang begitu luar biasa di sudut kecil Situbondo ini. Sebuah lahan hijau yang tertata rapi, penuh dengan kehidupan dan harapan. Greenhouse sederhana berdiri kokoh, dikelilingi jaring halus sebagai tempat pembibitan. Di sekitarnya, deretan tanaman sayur tumbuh subur—terong, cabai, kacang panjang, kelor, sawi, serai, pepaya, hingga okra.  Tak jauh dari situ, ada kolam ikan yang airnya berkilauan di bawah sinar matahari. Area lain dipenuhi tanaman obat, masing-masing telah diberi papan nama, seolah memberi isyarat bahwa tempat ini bukan sekadar kebun, melainkan sumber ilmu dan kehidupan. Di tengah lahan, toren biru mencolok berdiri tinggi, menjadi sumber pengairan utama. Pemandangan ini semakin kontras karena lahan ini dihimpit oleh sawah dan rumah penduduk.  Toren biru ini bukan sekadar tempat penyimpanan air, tapi sumber kehidupan bagi tanaman sayur yang tumbuh hijau di sekitarnya. Ketika aku sibuk m...

Perjalanan Lukisan Uwan’s Art, Dari Kanvas ke Tiga Komunitas

Di sudut meja yang mulai berdebu, aku menarik laci yang hampir terlupakan. Tube-tube kecil cat akrilik berbaris di dalamnya, beberapa masih tertutup rapat, sementara yang lain sudah mulai mengering di tepinya. Ada rasa rindu yang tiba-tiba menyeruak. Sudah lama aku tidak menyentuh kuas dan kanvas. Kesempatan itu datang dari sebuah ajakan—kolaborasi dengan tiga komunitas besar di Jakarta untuk sebuah acara seni dan edukasi di bawah naungan Kompasiana, yaitu Ketapels, KOMiK, dan Ladiesiana.  Kredit: KOMiK Aku, seorang pelukis amatir dari Situbondo, ditawarkan untuk menjadi sponsor sebagai bentuk dukungan untuk acara "Tur Museum sambil Belajar Nulis Naskah Film". Tentu saja, aku tidak bisa menolak. Setelah berpikir, aku memutuskan untuk mendukung dalam bentuk lukisan kanvas. Bagiku, seni bukan hanya tentang menciptakan sesuatu yang indah, tapi juga tentang berbagi makna dan emosi dengan orang lain. Menyentuh Kembali Kanvas yang Terlupakan Aku menuangkan sedikit demi sedikit cat ...

Imron, Penggerak Literasi dari Desa Trebungan, Situbondo

Moh. Imron adalah bukti nyata bahwa semangat, kerja keras, dan cinta pada ilmu bisa membawa perubahan nyata bagi komunitas. (Kredit foto: Moh. Imron) Di sebuah sudut kecil Situbondo, ada seorang pria yang menjalani hidupnya dengan kesederhanaan, namun penuh mimpi besar. Namanya Moh. Imron, sosok yang kini dikenal sebagai direktur takanta, sebuah komunitas literasi yang menjadi rumah bagi banyak penulis terutama di Situbondo. Meski begitu, Imron bukanlah seseorang yang langsung dilahirkan sebagai penggerak. Masa kecil hingga remajanya lebih sering diwarnai rasa minder daripada percaya diri. Dari Anak Pemalu Menjadi Sosok Berani Ilustrasi dibuat menggunakan Canva Dulu, Imron adalah remaja yang merasa tertinggal. Saat teman-temannya sibuk dengan ponsel dan berbagai aktivitas, ia bahkan tidak memiliki telepon genggam. Pelajaran TIK di sekolah menjadi momok karena ia tak pernah menyentuh komputer sebelumnya. Tapi rasa minder itu justru menjadi titik awal perjalanan perubahan. Imron memutusk...

Pengalaman Pakai Pasir Pantai sebagai Pengganti Pasir Kucing

Sudah punya kucing sejak kecil. Biasa atas keberadaan kucing membuatku tak pernah berhenti untuk punya kucing. Kucing liar yang sering mampir ke rumah biasanya aku juga beri makan dan yang mau mendekat aku pelihara. Punya kucing sebelumnya dibiarkan pup di luar. Repot kalau anak-anak kucing sudah mulai makan selain air susu induknya, pasti akan kencing dan pup di kasur karena induknya pasti lebih nyaman meletakkan anak-anaknya di kasurku. Dulu harus melatih mereka terlebih dahulu selama beberapa waktu sebelum bisa pup di luar   Setiap hari harus mencuci sprei dan menjemur kasur. Begitu tahu bahwa kasur bukanlah tempat pup dan pipis, mereka akan buang hajat di luar. Tentu saja akan mencari pasir atau tanah yang cukup gembur sebagai tempat merahasiakan hasil buangan. Kadang tanah tetangga jadi sasaran dan harus menerima omelan mereka.   Sejak awal tahun 2022, kembali dari ibukota, kucing melahirkan, dan sudah mulai makan selain air susu induknya, aku siapkan pasir buat mer...