“I love drawing... I love art... I love fashion”
Begitulah jawaban Wesley Jubilant Rumuant, begitu ditanya, “Kenapa memilih menjadi desainer?” Wajar saja ia mengatakan itu, sebab kecintaannya akan dunia fashion mengantarkannya menjadi salah satu desainer yang cukup diperhitungkan di Indonesia. Kata orang, segala hal yang dicintai dan dikerjakan dengan tulus akan kembali pada diri sendiri. Banyak orang memulai karirnya dengan menggeluti hobi meski tak sedikit orang juga memilih sisihkan hobi lalu bekerja di sebuah perusahaan.
kredit : Wesley Jubilant Rumuat |
Awalnya coba-coba menjadi desainer
Pria lulusan Unika Atma Jaya itu memulai karirnya pada tahun 2008. “Awalnya coba-coba,” ujarnya. Kemudian ia menjadi asisten desainer Windy Chandra tahun 2009. Tak berhenti di situ, Wesley pun mengembangkan potensinya dengan belajar di Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo, Jakarta tahun (2009—2010). Pengalaman demi pengalaman kemudian ia jalani. Mulai dari menjadi desainer untuk Goddess House of Kebaya (2010), head designer of Etched Singapore (2013—2017), fashion stylist untuk Antony Morato (2017), dan menjadi desainer untuk brandnya sendiri, Wesley Jubilant sejak tahun 2013.
Meski tak mudah, karya pertamanya digunakan untuk kampanye salah satu brand, yang dipajang di billboard skala nasional. “Setiap melihat billboard itu rasanya ingin joget-joget,” canda pria yang saat ini tinggal di Jakarta Timur itu. Menurutnya, karya itu membuka pintu selebar-lebarnya untuk karirnya sebagai desainer. Belum lagi didukung oleh Joema Green dari Posh Management Model Agency. “Dipinjamkan model untuk test shoot, dikenalkan ke orang-orang media, dan diajarkan tentang dunia fashion,” lanjutnya. Kemudian sejak tahun 2010 event demi event, exhibition demi exhibition, ia ikuti hingga sampai sekarang ini.
Menurut Wesley, beratnya merintis karir sebagai desainer itu terletak pada modal dan marketing. Namun berkat doa dan tekad yang kuat ia bisa buktikan bahwa ia bisa membangun brand sendiri. Wesley tak sendiri. Ia dikukung sahabatnya, Samuel Humspain, yang juga desainer. “We are leo squad, tanggal lahirnya beda sehari. Saya tidak percaya punya saudara satu zodiak. Jadi meskipun bukan rekan bisnis, kami saling support,” ujar pria yang mengidolakan Alexander Mcqueen itu. Satu pakaian biasanya ia bisa selesaikan dalam rentang waktu dua minggu sampai satu bulan. Dalam sebulan pun ia tidak bisa prediksi berapa jumlah pakaian yang dihasilkan. “Tergantung mood,” katanya. Wesley pun membandrol harga per pakaiannya dimulai dari satu juta rupiah. Harga itu tentu sudah disesuaikan juga dengan lama pengerjaan dan bahan yang digunakan.
Banyak hambatan menjadi desainer
Saat memulai karirnya di dunia tata busana, ia pernah ditipu partner bisnis hingga 30juta rupiah. Saat itu ia berusia 23 tahun. Tentu itu bukan jumlah yang sedikit. Tak hanya itu, teman sekolahnya pernah memintanya untuk dibuatkan desain untuk pernikahannya. “Kemungkinan ia bermaksud meminta gratis,” ujar pria kelahiran 6 Agustus 1984 itu. Desainnya kemudian diambil dan dibuat ke penjahit di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Menurut Wesley, temannya bahagia dengan itu meski dibuat ala kadarnya. “Parahnya karya saya dijelek-jelekin ke teman-temannya,” lanjutnya.
Kasus lain, Wesley menjelaskan bahwa idenya sempat dicuri klien. Klien itu memintanya untuk dibuatkan banyak desain, tapi yang dipakai hanya satu. Sisanya dibuat di tukang jahit untuk keluarganya. Juga ada klien yang tidak membayarnya sesuai perjanjian. Padahal nilainya bisa puluhan juta. Tak hanya diambil klien, idenya pun juga pernah diambil teman sendiri. Belum lagi komentar-komentar miring dari teman-temannya di dunia fashion atau berbagai hal lain yang tidak sedap didengar.
Sekian banyak hambatan yang ia terima di dunia fashion, tapi tak menyurutkan langkahnya untuk tetap berkarya sesuai passion. Ia tetap punya tekad kuat dan terus berdoa, sebab ia sering bertemu dengan orang gila yang kreatif. Tak hanya itu, Wesley juga dapat wujudkan apa yang dibayangkan sebelumnya dengan mengeksplor alam dan kemampuan diri. (Uwan Urwan)
Comments