Skip to main content

Tiga Hari Seseruan Jelajahi Semarang

Pagi itu saya sudah melayang-layang di udara. Langit terang, tampaknya matahari sedang bahagia. Beberapa kumpulan awan bersenda gurau dengan sesamanya. Saya lihat ke bawah, hamparan sawah berpetak-petak, ada sungai panjang. Genangan-genangan air pantulkan sinar.

Kemudian pemandangan berganti menjadi sekumpulan atap-atap rumah berwarna cokelat-jingga, ada bangunan masjid, pabrik, dan lapangan.


Pesawat kecil membawa saya terbang rendah menuju Bandara Ahmad Yani, Semarang. Beberapa kali berpapasan dengan awan-awan kecil serupa kapas. Kenangan tentang gunting dan cutter yang terpaksa ditinggalkan di Bandara Juanda, telah lenyap. Saya lupa menitipkannya ke bagasi. Terciduk di mesin deteksi, petugas meminta saya untuk meninggalkan benda berharga tersebut.

Untuk kedua kalinya saya mengunjungi Semarang, kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Kota dengan sedikit kenangan buat saya itu ternyata menyimpan banyak sejarah dan surga kuliner bagi pecinta kudapan. Selain itu Semarang mendapatkan predikat kota metropolitan paling  layak huni. Sejajar dengan posisi Denpasar dan Palembang. Melalui prestasi tersebut, tentu ada kebanggaan bisa berkunjung kembali ke kota yang dikenal dengan lumpianya itu.

Bertemu Rombongan

Di bandara, saya bergabung dengan rombongan Jelajah Gizi 2018 dari Jakarta. Melalui sebuah kompetisi yang diadakan di Instagram, saya lolos dan masuk 10 besar. Sebagai penghargaannya, seluruh peserta diminta ikut dalam kegiatan tersebut di Semarang selama tiga hari. Tentu saja, kesempatan ini tidak akan saya abaikan. Apalagi kegiatan ini diadakan oleh Nutricia Sarihusada. 


Jelajah gizi di Semarang termasuk kegiatan keenam setelah sebelumnya sempat mendarat di Gunung Kidul (Jawa Tengah), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Denpasar (Bali), Manado (Sulawesi Utara), dan Malang (Jawa Timur). Saya yakin, pemilihan kota di Provinsi Jawa Tengan ini sudah diperhitungkan baik-baik. 

Jelajah gizi merupakan wadah untuk media dan komunitas penggiat media sosial (blogger) untuk membahas tentang gizi dan pangan lokal. Tujuannya memang untuk sebarkan potensi pangan lokal ke masyarakat luas. Program ini sudah berlangsung sejak tahun 2012. Tak hanya untuk tahu pangan lokal di daerah tersebut, tapi juga mengulik sejarah dan kandungan gizi di dalamnya.

Nutricia dan Sarihusada punya komitmen untuk pastikan kehidupan manusia lebih baik di generasi kini dan kemudian. Salah satunya dengan pemenuhan nutrisi pada tahap awal kehidupan. Kedua perusahaan itu percaya bahwa pemenuhan nutrisi sehat selama 1.000 hari pertama sejak di dalam kandungan hingga tahun ke-2 dampaknya akan panjang. Selain itu, mereka juga bekerja sana dengan dokter, ibu, dan praktisi kesehatan untuk beri edukasi, memberi dukungan konseling, dan beri program pengembangan anak

Terhitung tahun 1954 Sarihusada hadir di Indonesia, kemudian disusul Nutricia tahun 1987. Kedua perusahaan tersebut bagian dari keluarga Danone Early Life Nutrition. Danone sendiri adalah salah satu perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia yang punya misi memberi kesehatan kepada mamsyarakat luas. Danone beroperasi di 160 negara dengan jumlah karyawan lebih dari 100.000 jiwa di seluruh dunia.

Kegiatan jelajah gizi itu berupa rangkaian wisata kuliner dari satu tempat ke tempat lain, mendapat inspirasi dari kisah hidup pendirinya, mengetahui sejarahnya, mengetahui kandungan gizi di dalamnya, pelajari cara membuat dan cara mengolah, sekaligus menyebarkannya kepada masyarakat luas di media masing-masing. Berlangsung selama tiga hari (20-22 April 2018), seluruh peserta juga dihimbau untuk sosialisasikan konsep pangan berkelanjutan seluas-luasnya.

Untuk cerita lengkap wisata kuliner selama tiga hari, kamu bisa baca ini

Berkeliling Semarang

Tak hanya eksplorasi pangan lokal, saya dan teman-teman juga melakukan kunjungan wisata ke beberapa tempat. Sekalian ada di Semarang, tidak mungkin sepanjang hari selama tiga hari saya makan saja, bukan? Kalau kamu mencari informasi seputar tempat wisata di Semarang, tentu yang akan muncul banyak, mulai dari yang bernuansa alam, museum, sampai bangunan instagramable. Boleh saya sebutkan beberapa? Boleh? Asyik. Baiklah, beberapa tempat wisata di Semarang yang sangat ingin saya kunjungi, antara lain Old City 3D Trick Art Museum, Setiya Aji Flower Farm, Puri Maerokoco, Bantir Hills, Lereng Kelir, Masjid Agung Jawa Tengah, Hutan Pinus Kayon, Museum Kereta Ambarawa, Benteng Pendem Ambarawa, Umhil Sidomukti, dan Curug Lawe. Ah, kebanyakan wisata alam ya? Iya. Saya termasuk salah satu orang yang lebih suka berwisata alam, tapi bukan berarti tidak suka bermain-main di tempat wisata non-alam. Saya juga suka berkunjung ke museum dan tempat-tempat dengan arsitektur menawan.

Untuk mempermudah saya bercerita, seperti kisah tentang wisata kuliner sebelumnya, saya akan buat poin per poin.

Masjid Raya Baiturrahman

Terletak di pusat kota, masjid ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 15 Desember 1974. Kali kedua ke Semarang akhirnya bisa merasakan salat di sana. Kebetulan hari pertama Jelajah Gizi 2018 jatuh pada hari Jumat, pria muslim yang ikut serta, salat jumat di sana. Masjid berbentuk limas berdiri di atas lahan seluas 11.765 m2. 


Masjid Raya Baiturrahman termasuk masjid terbesar di Kota Semarang. Dengan kapasitas ribuan jamaah, masjid ini bergaya arsitektur Jawa. Kubahnya di dalam berbahan kayu. Nuansa hijau terasa kental jika dilihat dari luar, sebab pagar dan gerbang dicat warna hijau dengan ornamen dan kaligrafi hijau. Tempat wudlu memiliki banyak sekali kran, sehingga tidak membutuhkan lama antri. Di dalam masjid terasa sejuk dan saya takjub dengan kaligrafi besar yang menempet di bagian depan. 

Simpang Lima

Kredit: @dadangtriippo

Simpang Lima sudah saya ceritakan sebagian di tulisan sebelumnya. Kebetulan memang suasana di Simpang Lima sangat mendukung untuk berkumpul bersama teman-teman atau mengadakan kegiatan bersama. Selain, terdapat pujasera yang mengelilingi Lapangan Pancasila, ada beberapa wahana yang tidak bisa dilewatkan begitu saja, misalnya naik sepeda atau naik kendaraan dengan lammpu-lampu kecil sebagai hiasannya. Menyenangkan? Tentu saja akan menyenangkan jika dilakukan bersama teman-teman. Jika bosan, kamu bisa pergi ke pusat perbelanjaan yang juga ada di sana. 

Kawasan Kota Lama

Setiap kota saya yakin ada kawasan bersejarahnya. Zaman dahulu kala, Indonesia pernah dijajah bangsa asing selama beratus-ratus tahun. Jadi wajar jika bangunan-bangunan peninggalan penjajah bertahan. Hanya saja, tidak setiap kota punya bangunan bersejarah yang banyak, di Situbondo saja bangunan lama letaknya terpisah dan tidak semegah di Jakarta atau Semarang. Kalau kamu pernah ke Jakarta atau tinggal di Jakarta dan sekitarnya kemungkinan besar pernah ke kawasan kota lama. Semarang pun punya dan sudah menjadi kawasan wisata untuk turis lokal maupun mancanegara. 


Sebenarnya saya dan teman-teman tidak benar-benar berjalan di kawasan Kota Lama. Kebetulan waktu itu sedang ada kegiatan di dalam dan waktu sudah menunjukkan jam-jam istirahat, akhirnya diputuskanlah kembali ke hotel. Namun, tidak sesedih itu juga sih, bus masih bisa berkeliling di kawasan Kota Lama dengan dipandu guide lokal.

Lawang Sewu

Lawang Sewu termasuk ikon Kota Semarang. Ada cerita seram di balik bangunan tersebut karena memang pada zaman dahulu beberapa bagiannya digunakan sebagai penjara bawah tanah. Dua kali ke Lawang Sewu, dua kali pula dipandu. Lawang Sewu merupakan bangunan bekas kantor perusahaan kereta api swasta pada masa Hindia-Belanda.


Nama asli Lawang Sewu adalah Indische Spoorweg Maatscappij. Perusahaan ini yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia yang menghubungkan Semarang dengan Surakarta dan Yogyakarta. Setelah kemerdekaan, Lawang Sewu digunakan sebagai Perusahaan Kereta Api, lalu diambil alih oleh militer. Bahagianya, Lawang Sewu saat ini kembali ke tangan PT. KAI dan sempat dipugar dan dikelola museum pada 2011.


Cukup menyenangkan saat menyusuri bagian dalam Lawang Sewu. Saya bisa menemukan benda-benda bersejarah, foto-foto zaman lampau, dan cerita-cerita. Lawang Sewu tak benar-benar berpintu seribu, jumlah yang benar diperkirakan 429 pintu. Beberapa teman yang punya kemampuan merasakan dan melihat makhluk selain manusia, pasti merasakan aura tersebut. Namun, untuk saya yang tidak punya kelebihan tersebut, menyusuri bagian dalam bangunan sangat mengesankan. Apalagi saya termasuk yang suka berkunjung ke bangunan bersejarah. Oh ya, ada area-area yang tidak bisa saya kunjungi karena ditutup untuk umum.

Kampoeng Kopi Banaran

Sudah puas berkeliling ke bangunan terbaik di Semarang, kini saatnya saya ajak kemu berkeliling di Kampoeng Kopi Banaran. Selama perjalanan menuju lokasi, saya sempat tertidur di dalam bus. Lokasinya memang agak jauh dari pusat kota, kebetulan tempat wisata ini termasuk wisata alam. 


Kampoeng Kopi Banaran bisa dibilang paket lengkap, karena termasuk salah satu wisata agro di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara IX. Letaknya di area Perkebunan Kopi Kebun Getas Afdeling Assinan, Jalan Raya SemarangSolo KM 35. Saya betah di sana, kenapa? Udaranya sejuk, biasanya berkisar antara 23-27 derajat Celcius. Wajar, ketinggian areanya berkisar 480-600 mdpl. Tak hanya itu, ada banyak pepohonan di sana termasuk kebun kopi, bangunan untuk menikmati kopi Banaran, area bermain anak-anak, corporate gathering, coffe walk, out bound, kolam renang, gazebo, hotel, lapangan tenis, taman buah, gedung pertemuan, musala, meeting room, dan Griya Robusta. Total luas areanya 420 hektar.


Karena waktu hanya sampai usai makan siang, tidak mungkin juga saya menikmati semua fasilitas yang ada. Pilihannya ya, naik kereta berkeliling kebun kopi. Ada pemandu lapang sekaligus supir kereta yang siap dicerca jutaan pertanyaan. Tanaman kopi di sana tinggi maksimal hanya 120 cm. Itu bertujuan agar tanaman kopi tidak tumbuh menjulang dan percabangannya cukup banyak dan dapat dijangkau saat panen.


Jenis kopi yang ditanam adalah robusta. Jika ditanya apa kekhasan kopi Banaran? "Kopinya tidak berampas dan aman buat lambung," kata Jati Nugroho, pemandu kami. Kopi sudah berusia sekitar 15 tahun dan kira-kira saat usia 43-45 tahun, tanaman kopi akan diganti dengan tanaman baru. Panen biasanya tiap bulan Juni, Juli, dan Agustus dan menghasilkan sekitar 700 ton kopi per tahun. Kabar baiknya, 75% hasilnya diekpor. Artinya, kopi di Banaran cukup diperhitungkan di luar negeri dan berkualitas. Saya juga sarankan untuk kamu yang berkunjung ke tempat ini, sewa kereta agar bisa menikmati kesejukan kebun kopi dan melihat pemandangan Rawa Pening dari ketingian. Untuk menyewa kereta sekaligus pemandunya, kamu cukup mengeluarkan uang Rp75.000 saja.

Kelenteng Gedung Batu Sam Poo Kong

Hai teman-teman, saya perlu memberi sambutan sedikit kenapa saya senang terpilih di Jelajah Gizi 2018 ini. Karena... karena... karena... untuk pertama kalinya masuk ke kelenteng (salah satunya). Kelentengnya pun tidak kecil. Sudah lama sekali saya idam-idamkan berkunjung ke Klenteng dan melihat kesibukan apa yang ada di dalamnya. Alhamdulillah, terwujud setelah lima ribu purnama. Haha...


Kelenteng Sam Poo Kong adalah petilasan Laksamana Tiongkok Zheng He (Cheng Ho). Tempat ini dijadikan sebagai tempat peringatan, pemujaan (sembahyang), dan untuk berziarah. Konon katanya, beberapa awak kapal memilih untuk tinggal di Semarang karena telah menikah dengan penduduk setempat dan punya keturunan. Tak heran jika di Semarang penduduk keturunan Tionghoa-nya cukup banyak.

Captured by @ariefpokto

Luas Kelenteng Sam Poo Kong 3,5 hektar. Luas itu hampir menyerupai luas kerajaan Cina. Tempat ini pun dibangun untuk mengenang Laksamana Ceng Ho karena membantu perdamaian dan menyebarkan toleransi terhadap agama apapun. 


Oh ya saat Minggu, akan ramai pengunjung. Saya kira kalau hari-hari biasa tidak seramai itu. Karena ramai, biasanya ada barongsai untuk menghibur pengunjung. Juga, area-area di kelenteng dibatasi. Area untuk wisata dan sembahyang berbeda. Untuk masuk ke area sembahyang, pengunjung harus membeli peralatan sembahyang dan tidak boleh berfoto sembarangan.


Perjalanan selama di Semarang cukup menyenangkan. Saya tidak hanya bertemu teman baru, belajar hal baru, makan-makanan baru, tapi juga pergi ke tempat-tempat baru. Akhirnya menjadi tulisan ini. Di antara keseruang-keseruan itu, saya dan teman-teman harus berpisah juga, kembali ke kehidupan masing-masing, berjuang hidup kembali. Saya terbukti dapat pulang dengan selamat ke Situbondo, meski harus melalui beberapa tragedi delay nyaris empat jam dan terjebak di Bandara Juanda sampai pukul tiga pagi. Kenangan-kenangan itu masih ada, tersimpan rapi, termasuk kenangan tentang kamu, senyum kamu, perhatian kamu, dan genggaman tanganmu (eh, gimana?). Saya sudah kembali ke dunia nyata setelah usai berkisah dalam tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat. (Uwan Urwan)

Referensi 
Tribunnews.com
Anekawisata.com
Seputarsemarang.com
Alamatmasedy.com
Kampoengkopibanaran.co.id

Comments

Paling banyak dibaca

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr...

Bunga Telang Ungu (Clitoria ternatea) Jadi Alternatif Pengganti Indikator PP Sintetis

Makin ke sini, ketenaran bunga telang (Clitoria ternatea L.) kian meluas. Banyak riset terbit di internet, juga tak ketinggalan pecinta herbal dan tanaman obat ikut berkontribusi memperluas infromasi itu.  Bunga telang ungu, tanaman yang juga dikenal dengan nama butterfly pea itu termasuk endemik karena berasal dari Ternate, Maluku, Indonesia. Meski begitu, banyak sumber juga mengatakan bahwa bunga telang berasal dari Afrika, India, Amerika Selatan, dan Asia tropis. Banyak info simpang siur karena sumber-sumber yang aku baca pun berasal dari riset-riset orang. Nanti jika ada waktu lebih aku akan melakukan riset lebih dalam mengenai asal usulnya. Antosianin bunga telang merupakan penangkal radikal bebas Kredit : researchgate.net Bunga telang kaya akan antosianin. Antosianin adalah golongan senyawa kimia organik berupa pigmen yang larut dalam air, menghasilkan warna oranye, merah, ungu, biru, sampai hitam. Tak hanya pada bunga Clitoria ternatea, antosianin juga ada di banyak buah dan...

Blogger Situbondo dan Peranannya dalam Mempromosikan Kota Santri

Situbondo, sebuah kabupaten di pesisir utara Jawa Timur, menyimpan pesona yang belum banyak terungkap. Dibandingkan dengan Banyuwangi yang sibuk dengan wisata kelas dunia dan Jember yang dikenal dengan festival budayanya, Situbondo seolah masih berada dalam bayang-bayang. Padahal, kabupaten ini memiliki daya tarik luar biasa, dari wisata alam, budaya, hingga kuliner khas yang unik. Tantangan utamanya adalah bagaimana cerita tentang Situbondo bisa menjangkau lebih banyak orang. Di sinilah peran blogger menjadi sangat penting—merekalah yang bisa membawa nama Situbondo ke dunia digital, menyebarkan pengalaman, opini, serta keindahan daerah ini dalam bentuk narasi yang menarik dan inspiratif. Blogger Situbondo Menjadi Wajah Baru Jurnalisme Digital Dulu, informasi tentang suatu daerah hanya bisa ditemukan melalui media cetak atau berita resmi. Namun, di era digital seperti sekarang, blog menjadi salah satu sumber informasi yang lebih fleksibel, dekat dengan masyarakat, dan mudah diakses. Bl...

Empat Alasan Tidak Memakai Pasir Pantai untuk Kucing

  Gara-gara pasir kucing habis dan uang pas-pasan, akhirnya aku putar otak, bagaimana cara kucing bisa pup. Ketemu jawabannya, “pasir pantai”. Kebetulan rumahku bisa dibilang tida terlalu jauh dengan pantai, naik motor setengah jam, sampai.   Itu juga karena aku mendapat inspirasi dari video Tiktok yang rutin mengambil pasir pantai sebagai penganti pasir kucing. Dan setelah mencoba pakai selama dua hari, hasilnya, aku atas nama pribadi, Uwan Urwan, TIDAK DIREKOMENDASIKAN . Kenapa? Pasir pantai lebih berat dibandingkan pasir khusus kucing Pasir pantai tidak jauh berbeda dengan pasir yang dipakai untuk bahan bangunan, berat. Warna pasir pantai beragam, mulai dari hitam seperti batu sampai krem. Ukuran pun beragam, mulai dari yang sangat halus sampai ke pasir ukuran normal. Yan paling au soroti adalah warnanya, ternyata setelah diletakkan di dalam bak, jadi tidak bagus. apalagi kalau sudah ada gundukan pup dan kencing yang seperti menyebar. Berbeda dengan pasir khusus ...

Bagaimana menu isi piringku yang benar?

Sering mendengar frase Isi Piringku? Hem, sebagian orang pasti tahu karena kampanye yang dimulai dari Kementerian Kesehatan ini sudah digaungkan di mana-mana, mulai dari media sosial, workshop-workshop kesehatan di daerah-daerah, dan sosialisasi ke ibu-ibu begitu ke Posyandu.  Slogan Isi Piringku menggantikan 4 Sehat 5 Sempurna Isi Piringku adalah acuan sajian sekali makan. Kampanye ini sudah diramaikan sejak tahun 2019 menggantikan kampanye 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat lima sempurna terngiang-ngiang sekali sejak kecil. Terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu adalah kombinasi sehat yang gizinya dibutuhkan tubuh, sebab mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, susu adalah penyempurnanya. Kenapa harus berganti slogan?  Slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang aku tangkap maknanya, dalam setiap makan harus ada empat komposisi dan susu. Mengenai jumlahnya, aku bisa ambil nasi lebih banyak dengan sedikit sayur atau sebaliknya, atau sebebas-bebasnya ki...

Golda Coffee dan Kopi ABC Botol, Kopi Kekinian, Kopi Murah Cuma 3000an

Kamu suka kopi hitam pekat, kopi susu, kopi kekinian, atau yang penting kopi enak di kedai kopi? Mungkin kita sering sekali nongkrong bersama teman di kedai kopi mencoba berbagai aneka ragam kopi, mahal pun tak masalah, tapi yang jadi persoalan jika sedang miskin, apakah akan tetap nongkrong? Pilihannya ya minuman murah, misalnya kopi murah dan kopi enak yang cuma 3000an ini.   Aku, Uwan Urwan, memang bukan penikmat kopi banget, tapi suka minum kopi, kadang sengaja mampir ke kedai kopi punya teman, paling sering membeli kopi Golda Coffee dan/atau Kopi ABC Botol, yang harganya hanya 3000an. Aku akan mencoba mereview empat rasa dari dua merek yang kusebut sebelumnya. Golda Coffee kutemukan di minimarket punya dua rasa, yaitu Golda Coffee Dolce Latte dan Golda Coffee Cappucino. Sementara Kopi ABC botol juga kutemukan dua rasa, chocho malt coffee dan kopi susu.   Keempat rasa kopi kekinian kemasan itu aku pikir sama karena biasanya hanya membeli, disimpan di kulkas, dan la...

Fauzi, Sosok di Balik Gerakan Pemuda dan Musik Situbondo

Ahmad Fauzi berdiri di tengah kebunnya Aku tak menyangka akan menemukan sesuatu yang begitu luar biasa di sudut kecil Situbondo ini. Sebuah lahan hijau yang tertata rapi, penuh dengan kehidupan dan harapan. Greenhouse sederhana berdiri kokoh, dikelilingi jaring halus sebagai tempat pembibitan. Di sekitarnya, deretan tanaman sayur tumbuh subur—terong, cabai, kacang panjang, kelor, sawi, serai, pepaya, hingga okra.  Tak jauh dari situ, ada kolam ikan yang airnya berkilauan di bawah sinar matahari. Area lain dipenuhi tanaman obat, masing-masing telah diberi papan nama, seolah memberi isyarat bahwa tempat ini bukan sekadar kebun, melainkan sumber ilmu dan kehidupan. Di tengah lahan, toren biru mencolok berdiri tinggi, menjadi sumber pengairan utama. Pemandangan ini semakin kontras karena lahan ini dihimpit oleh sawah dan rumah penduduk.  Toren biru ini bukan sekadar tempat penyimpanan air, tapi sumber kehidupan bagi tanaman sayur yang tumbuh hijau di sekitarnya. Ketika aku sibuk m...

Perjalanan Lukisan Uwan’s Art, Dari Kanvas ke Tiga Komunitas

Di sudut meja yang mulai berdebu, aku menarik laci yang hampir terlupakan. Tube-tube kecil cat akrilik berbaris di dalamnya, beberapa masih tertutup rapat, sementara yang lain sudah mulai mengering di tepinya. Ada rasa rindu yang tiba-tiba menyeruak. Sudah lama aku tidak menyentuh kuas dan kanvas. Kesempatan itu datang dari sebuah ajakan—kolaborasi dengan tiga komunitas besar di Jakarta untuk sebuah acara seni dan edukasi di bawah naungan Kompasiana, yaitu Ketapels, KOMiK, dan Ladiesiana.  Kredit: KOMiK Aku, seorang pelukis amatir dari Situbondo, ditawarkan untuk menjadi sponsor sebagai bentuk dukungan untuk acara "Tur Museum sambil Belajar Nulis Naskah Film". Tentu saja, aku tidak bisa menolak. Setelah berpikir, aku memutuskan untuk mendukung dalam bentuk lukisan kanvas. Bagiku, seni bukan hanya tentang menciptakan sesuatu yang indah, tapi juga tentang berbagi makna dan emosi dengan orang lain. Menyentuh Kembali Kanvas yang Terlupakan Aku menuangkan sedikit demi sedikit cat ...

Imron, Penggerak Literasi dari Desa Trebungan, Situbondo

Moh. Imron adalah bukti nyata bahwa semangat, kerja keras, dan cinta pada ilmu bisa membawa perubahan nyata bagi komunitas. (Kredit foto: Moh. Imron) Di sebuah sudut kecil Situbondo, ada seorang pria yang menjalani hidupnya dengan kesederhanaan, namun penuh mimpi besar. Namanya Moh. Imron, sosok yang kini dikenal sebagai direktur takanta, sebuah komunitas literasi yang menjadi rumah bagi banyak penulis terutama di Situbondo. Meski begitu, Imron bukanlah seseorang yang langsung dilahirkan sebagai penggerak. Masa kecil hingga remajanya lebih sering diwarnai rasa minder daripada percaya diri. Dari Anak Pemalu Menjadi Sosok Berani Ilustrasi dibuat menggunakan Canva Dulu, Imron adalah remaja yang merasa tertinggal. Saat teman-temannya sibuk dengan ponsel dan berbagai aktivitas, ia bahkan tidak memiliki telepon genggam. Pelajaran TIK di sekolah menjadi momok karena ia tak pernah menyentuh komputer sebelumnya. Tapi rasa minder itu justru menjadi titik awal perjalanan perubahan. Imron memutusk...

Pengalaman Pakai Pasir Pantai sebagai Pengganti Pasir Kucing

Sudah punya kucing sejak kecil. Biasa atas keberadaan kucing membuatku tak pernah berhenti untuk punya kucing. Kucing liar yang sering mampir ke rumah biasanya aku juga beri makan dan yang mau mendekat aku pelihara. Punya kucing sebelumnya dibiarkan pup di luar. Repot kalau anak-anak kucing sudah mulai makan selain air susu induknya, pasti akan kencing dan pup di kasur karena induknya pasti lebih nyaman meletakkan anak-anaknya di kasurku. Dulu harus melatih mereka terlebih dahulu selama beberapa waktu sebelum bisa pup di luar   Setiap hari harus mencuci sprei dan menjemur kasur. Begitu tahu bahwa kasur bukanlah tempat pup dan pipis, mereka akan buang hajat di luar. Tentu saja akan mencari pasir atau tanah yang cukup gembur sebagai tempat merahasiakan hasil buangan. Kadang tanah tetangga jadi sasaran dan harus menerima omelan mereka.   Sejak awal tahun 2022, kembali dari ibukota, kucing melahirkan, dan sudah mulai makan selain air susu induknya, aku siapkan pasir buat mer...