Badan Ekonomi Kreatif
(Bekraf) bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri mengadakan The World
Conference on Creative Economy (WCCE) di Bali Nusa Dua Convention Center.
WCCE akan digelar pada 6—8 November 2018 mendatang.
Menurut Triawan Munaf, Kepala Bekraf, Sudah saatnya Indonesia menunjukkan pada
dunia mengenai potensi-potensi yang ada di Indonesia. Kesuksesan acara Asian
Games 2018 kemarin tentunya sudah membuka mata sebagian masyarakat dunia
tentang Indonesia. Mungkin di pikiran mereka, Indonesia hanyalah Bali, padahal
Bali adalah secuil dari kekayaan yang bangsa kita punya. United Nations
Conference on Trade and Development (UNCTD) pun mengakui bahwa WWCE termasuk
konferensi ekonomi kreatif pertama di dunia.
Tentu menjadi sebuah kebanggaan buat kita karena Bekraf
dan Kementerian Luar Negeri mampu membawa nama Indonesia dan orang-orang yang
tergerak dalam ekonomi kreatif ke kancah dunia. Harapannya, forum ini bisa
membuka jaringan di seluruh dunia antara pelaku ekonomi kreatif, baik lokal
maupun secara internasional. Ini juga demi meningkatkan nilai sumber daya alam
dan sumber daya manusia Indonesia di mata dunia. Hahh, kalimat saya
diputar-putar dari tadi ya. Ahahaha... saya bersemangat ini....
Tema yang diangkat dalam WCCE adalah Inclusively Creative yang akan
mengangkat lima isu, antara lainregulasi, pemasaran, kohesi sosial, pembiayaan
industri kreatif, dan ekosistem. Masyarakat Indonesia yang sadar akan ekonomi
kreatif sebenarnya tidak banyak. Hanya sebagian kecil. Beberapa yang saya tahu
adalah anak muda yang masih semangat-semangatnya berkarya. Nanti WCCE akan
dihadiri oleh Presiden China Film Corporation Le Kexi (Tiongkok), penulis buku
‘’Orange Economy’’ Felipe Buitrago
Restrepo (Kolombia), Wakil Presiden LEGO Peter Trilingsgraad (Denmark), CEO BAP
Production Bolanle Austen-Peters (Nigeria), Menteri Keuangan Dr. Sri Mulyani
Indrawati, CEO Buka Lapak Achmad Zaky, dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya.
Bapak Presiden kita nanti akan membuka acara WCCE di
Bali yang akan diikuti oleh 1.000 peserta baik lokal dan interlokal (kayak
telepon ya. Wkwkwk). Pesertanya pun tidak hanya dari pelaku ekonomi kreatif,
tapi juga pejabat, media, akademisi, dan harapannya sih saya diundang. Aamiin.
Bantu doa yang kenceng ya.
Kebetulan saat press conference kemarin, saya
diberitahu kalau pelaku kreatif yang akan hadir juga di acara WCCE adalah soto
dari Dapur Solo 1988, produknya adalah soto. Kebetulan soto di Indonesia sangat
variatif. Di setiap daerah sepertinya ada soto, mulai dari soto Betawi, soto mi
Bogor, soto Surabaya, soto Situbondo, soto Makassar, dan lain-lain. Soto-soto
di berbagai daerah Indonesia punya kekhasan masing-masing meski sebenarnya ada
kesamaannya juga. Nah kenapa dipilih soto dari Dapur Solo 1988? Karena jika
dibawa ke dunia internasional, bahan-bahannya mudah didapat. Sementara itu,
jika menggunakan soto jenis lain, kemungkinan di beberapa daerah kesulitan
untuk mencari bahan bakunya.
Tidak hanya itu, ada games karya anak bangsa juga yang
namanya Ghost Parade yang akan dipamerkan di sana. Games ini Indonesia banget
karena mengangkat hantu-hantu yang ada di Indonesia. Ada pocong kuntilanak,
tuyul, genderuwo, dan lain-lain. Game Ghost Parade adalah game petualangan Suri
yang sedang tersesat di hutan suaka. Suri sedang mencari jalan keluar menuju
rumah, tapi selama di perjalanan ia bertemu dengan hantu-hantu. Kemudian
hantu-hantu itu menjadi temannya. Sebagai imbalannya, Suri diminta untuk
menjaga hutan yang sudah menjadi rumah mereka.
Gamesnya lucu kok, tidak seram. Bisa dimainkan oleh
siapa saja yang suka bermain. Kebetulan permainan ini tidak hanya asal jadi. Pembuat-pembuatnya
sudah melakukan riset selama berabad-abad. Haha, jangan percaya, tapi benar
memang mereka melakukan riset terlebih dahulu. Menarik bukan?
Comments