Perjalanan memang selalu
bawa cerita baru. Bertemu teman baru, tempat baru, pelajari hal yang belum
pernah ditemui, dan meremajakan pikiran kembali. Takjub tak kunjung henti lalu
tinggalkan kenangan manis saat kembali ke rutinitas.
Gua Soekarno,
Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur adalah gua pertama yang saya singgahi
dari sekian banyak gua di Indonesia. Sebelum masuk, bayangan tentang stalaktit
dan stalagmit sudah menari-nari di kepala. Dari pintu gua terlihat beberapa
pekerja beristirahat karena seharian beraktivitas. Gua itu termasuk baru dan
belum dibuka untuk umum dan saya datang pada jam-jam istirahat siang.
Pintu gua tampak
berseni dengan bebatuan berwarna putih kecokelatan. Bentuknya pun tak
beraturan, seperti batu pada umumnya. Untuk masuk ke dalam gua, ada tangga yang
mengarahkan ke celah kecil hanya muat untuk satu orang. Celah itu adalah pintu
masuk ke dalam gua. Pada celah itu dipasangkan pintu kayu, mungkin nantinya
pintu itu akan berganti menjadi bentuk yang lebih artistik.
Masuk ke dalam
gua, ternyata ada celah di atas gua yang menjdi sumber cahaya. Beruntunglah
tidak perlu cahaya tambahan untuk mendapatkan gambar. Kalau matahari sedang
terik justru bagus untuk foto-foto. Ada beberapa ruangan di dalam gua itu.
Ruangan-ruangan itu seperti aula yang saling terhubung satu sama lain. Dan masing-masing
ruang besar terdapat celah di atas sebagai sumber.
Meski gua masih
dalam perbaikan, keindahannya sudah terbentuk secara alami. Bentuk-bentuk
dinding sudah menjadi bagian dari karya seni yang disediakan oleh alam. Pekerja meratakan dasar gua dan menutup bekas kotoran kelelawar dengan semen. Beberapa bagian gua yang punya jalan ke tempat lain pun ditutup agar pengunjung tidak tersesat, lagipula untuk memudahkan penjaga gua mengontrol pengunjung.
Sebelum dijadikan tempat wisata, ternyata gua itu ditempati oleh keluarga yang sedang mendalami Islam kejawen. Saya diajak ke sebuah ruangan di mana tempat keluarga itu beristirahat. Ada sebuah ruangan kecil yang di dalamnya terdapat ranjang dan sebuah batu yang dianggap keramat. Batu tersebut sengaja dirawat dan rutin diberi wewangian. Kalau kamu berkunjung ke sana, cobalah cium batu tersebut. Ada aroma yang tercium.
Sisanya, gua tersebut bagus untuk foto-foto. Kamu bisa memanfaatkan pancaran cahaya yang muncul dari celah di atas gua atau memanfaatkan dinding alami gua. Saya yakin beberapa bulan ke depan, Gua Soekarno akan makin cantik. Kamu harus datang ke sana kalau guanya sudah dibuka untuk umum. (Uwan Urwan)
captured by Yopie Franz |
Sebelum dijadikan tempat wisata, ternyata gua itu ditempati oleh keluarga yang sedang mendalami Islam kejawen. Saya diajak ke sebuah ruangan di mana tempat keluarga itu beristirahat. Ada sebuah ruangan kecil yang di dalamnya terdapat ranjang dan sebuah batu yang dianggap keramat. Batu tersebut sengaja dirawat dan rutin diberi wewangian. Kalau kamu berkunjung ke sana, cobalah cium batu tersebut. Ada aroma yang tercium.
Baca juga : Festival Sapi Sono', kontes sapi cantik
Sisanya, gua tersebut bagus untuk foto-foto. Kamu bisa memanfaatkan pancaran cahaya yang muncul dari celah di atas gua atau memanfaatkan dinding alami gua. Saya yakin beberapa bulan ke depan, Gua Soekarno akan makin cantik. Kamu harus datang ke sana kalau guanya sudah dibuka untuk umum. (Uwan Urwan)
Comments