Data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015 sebutkan bahwa ada 52 juta pelaku UKM dan 60% dijalankan oleh perempuan. Bisnis yang dijalankan biasanya seputar makanan, kerajinan, dan pakaian.
Data selanjutnya dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tahun 2016 oleh OJK mengatakan bahwa kurang dari 30% orang Indonesia yang melek keuangan. Artinya, tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap berbagai produk dan jasa keuangan masih cukup rendah. Namun, sedihnya tingkat literasi keuangan perempuan hanya 25,5%, jauh lebih rendah dibandingkan pria yang sudah 33,2%.
Angka tersebut termasuk meningkat jika dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya. Tahun 2013, pemahaman keuangan perempuan hanya sebesar 18,84% dan laki-laki sebesar 24,87%. Namun untuk penggunaan uang secara tepat, perempuan dinilai lebih bisa paham ketimbang laki-laki. Sedangkan dari sisi pemahaman produk perbankan, laki-laki lebih banyak paham tentang itu dibandingkan laki-laki.
Jika dibandingkan dengan negara lain, tingkat melek finansial perempuan Indonesia masih terbilang rendah. Tingkat melek finansial perempuan di Singapura dianggap sejajar dengan negara maju di Asia, seperti Korea Selatan, Jepang, Hongkong, dan Australia.
Pelatihan literasi keuangan
Prudential Indonesia prihatin dengan keadaan tersebut sehingga mengadakan pelatihan literasi keuangan kepada 2.500 perempuan di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan agar perempuan Indonesia mampu mengelola keuangan keluarga dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Perempuan akan menjadi seorang ibu dan nantinya akan menjadi bendahara keluarga. Hehe... Lagipula program itu memang menjadi fokus utama program unggulan Community Investment Prudential Indonesia di bidang edukasi.
Kembali lagi pada masalah di atas, perempuan berisiko terdampak dari berbagai isu sosial, seperti kejutan finansial tak terduga serta kesenjangan sosial. Apalagi pemegang bisnis UMKM biasanya dipegang oleh perempuan, tentunya potensi perempuan-perempuan di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia jangka panjang.
Dari situlah kemudian pelatihan literasi keuangan difokuskan pada perempuan. Pria kebanyakan tidak punya waktu untuk mengurus hal lain di luar pekerjaannya, apalagi untuk datang ke pelatihan semacam ini kalau bukan urusan kantor. Perempuan, terutama yang ibu rumah tangga, lebih banyak waktu untuk mengurus keluarga. Strategi pemerintah juga menempatkan perempuan sebagai salah satu prioritas utama dalam berbagai peningkatan literasi keuangan di Indonesia.
Menjangkau lebih dari 27.000 orang
Kredit : Timo |
Jadi kemarin, eh bukan kemarin juga sih, tanggal 11 Desember 2018, di Gedung Darma Wanita Pusat, Kuningan, Jakarta Selatan, Prudential Indonesia mengadakan pelatihan tersebut. Kegiatan yang dilakukan sejak tahun 2009 itu sudah berhasil menjangkau lebih dari 27.000 peserta di berbagai kota. Sebagai bentuk komitmen bersama untuk meningkatkan pengetahuan perempuan itu juga sudah sesuai dengan peraturan OJK No. 76/2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia (revisit 2017), Peraturan Presiden No. 82/2016 tentang Strategi Nasional Keuangan inklusif (SNKI), dan berbagai program dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Lebih banyak perempuan yang lebih mandiri dari segi finansial akan mempersiapkan masa depan keluarga jauh lebih baik. Itu juga dilakukan dengan tanpa mengganggu perannya sebagai ibu rumah tangga. Rangkaian program pelatihan tahun ini dimulai pada Oktober di Manado, berlanjut ke Ambon, Sorong, Malang, dan ditutup di Jakarta kemarin. Sudah saya sebutkan di paragraf di atas kalau dari kelima kota tersebut, lebih dari 2.500 perempuan dari berbagai kalangan dan latar belakang, khususnya untuk perempuan di kalangan menengah ke bawah, yang berpartisipasi dalam rangkaian pelatihan tersebut. Pemilihan kota-kota itu juga didasarkan atas indeks literasi di bawah rata-rata nasional (29,66%), seperti Manado (Sulawesi Utara dengan indeks 28,7%), Ambon (Maluku dengan indeks 26,2%), Sorong (Papua Barat dengan indeks 19,3%).
Yang jelas dari tahun ke tahun, tingkat literasi keuangan masyarakat semakin meningkat. Dengan adanya kegiatan pelatihan semacam ini dan dilakukan rutin, tentu akan terus naik grafiknya. Beberapa tahun ke depan, perempuan-perempuan Indonesia makin siap menghadapi ekonomi global. Bisnis-bisnis yang dijalankan oleh perempuan pun akan berkembang lebih baik karena perencanaan keuangannya tertata lebih bagus.
Comments