Pernah merasa lemas, tidak bertenaga, pusing, sesak
napas, kulit terasa dingin terutama tangan dan kaki, serta gusi dan dasar kuku
pucat? Itu gejala anemia, tubuh kekurangan hemoglobin di dalam darah. Akibatnya
pasokan oksigen yang harusnya dialirkan ke seluruh tubuh, menipis. Anemia bisa
disembuhkan dengan mudah, dengan transfusi darah, minum suplemen, dan konsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, dll.
Kondisi
di atas bisa terjadi pada siapa saja, mereka yang kurang vitamin tertentu
(sering konsumsi makanan yang rendah zat besi, vitamin B12, dan asam folat
secara terus-menerus). Meski beberapa kasus, anemia bukan lagi penyakit biasa.
Apalagi bagi orang yang mengidap penyakit keturunan bernama talasemia.
Kekurangan hemoglobin dalam darah bisa menyebabkan kematian jika tidak
ditangani dengan serius.
Tubuh Perlu oksigen
Talasemia
adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan orang tua kepada anak-anaknya.
Kelainan darah ini menyebabkan protein di dalam sel darah merah (hemoglobin)
tidak berfungsi secara normal. Zat besi yang diperoleh tubuh dari makanan
digunakan oleh sumsum tulang belakang untuk menghasilkan hemoglobin. Sementara
itu hemoglobin yang ada di dalam sel darah merah punya fungsi mengantarkan
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Itulah mengapa penderita talasemia
punya kadar hemoglobin yang sangat rendah. Efeknya, tubuh kekurangan oksigen.
Oksigen
diambil dari udara kemudian masuk ke dalam paru-paru. Di paru-paru, oksigen
masuk ke dalam darah kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Kekurangan oksigen
bisa mengganggu kerja organ-organ tubuh, baik otak, hati, jantung, dan organ
lain. Gejala yang bisa kamu rasakan, yaitu napas lebih pendek (sesak napas)
sebagai respon paru-paru untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah, detak
jantung lebih cepat juga sebagai respon jantung untuk mengedarka oksigen ke
seluruh tubuh, nyeri dada karena jantung tidak menerima cukup oksigen, sakit
kepala, kelelahan, kebingungan, gelisan, dan lain-lain.
Paling
parah jika kondisi kekurangan oksigen terus berlanjut bisa menyebabkan fungsi
otak terganggu. Kalau kerja otak terganggu, otomatis kerja tubuh pun bisa tidak
seimbang. Jelas konsentrasi terganggu, yang seharusnya bisa fokus mengerjakan
sesuatu, otak seolah-olah memerintahkan hal lain. Atau karena kelelahan, tubuh
jadi tidak sanggup melakukan hal-hal berat. Aktivitas pun jadi semakin sedikit
dan mudah sakit-sakitan.
Penderita talasemia meningkat dari
tahun ke tahun
Penderita
talasemia biasanya sel darah merahnya gampang pecah. Karena itu mereka harus
ditransfusi untuk menutupi kekurangan sel darah merah di dalam tubuhnya.
Biasanya transfusi darah dilakukan secara teratur. Meski begitu, efek samping
dari transfusi darah, penderita bisa mengalami kelebihan zat besi yang bisa
menyebabkan penyakit komplikasi, seperti gagal ginjal, diabetes, ganguang
ginjal osteoporosis, dll.
Bagaimana
jika penderita talasemia tidak mendapatkan transfusi darah? Biasanya
menyebabkan anemia kronis, akibat paling fatal yaitu kematian. Berdasarkan
data dari Yayasan Thalasemia Indonesia, ternyata kasus thalasemia mayor di
Indonesia terus meningkat beberapa tahun terakhir ini, tahun 2012 terdapat
4.896 kasus talasemia mayor dan pada 2017 terus
meningkat menjadi 8.616 kasus. Banyaknya
masyarakat yang mengidap talasemia
berdampak pada sisi pembiayaan kesehatan untuk tatalaksana talasemia. Apalagi talasemia menempati urutan ke-5 penyakit tidak
menular yang menghabiskan banyak biaya setelah jantung, kanker, ginjal, dan
stroke, yaitu sebesar 217 milyar rupiah di tahun 2014 dan menjadi 444 milyar
rupiah di tahun 2015, lalu menjadi 485 milyar rupiah di tahun 2016, kemudian
menjadi 376 milyar rupiah sampai dengan bulan September 2017.
Beban
biaya rawat inap cukup tinggi dalam
Penyakit Tidak Menular. Bahkan, jumlah kunjungan pasien talasemia hingga September 2017 mencapai
420.393 orang. Talasemia pun ada
beberapa jenis, talasemia mayor, minor, dan pembawa sifat. Mengapa bisa begitu?
Bisa. Jadi talasemia mayor adalah talasemia yang harus mendapat perawatan
intensif, rutin transfusi darah dan cek kesehatan. Kalau talasemia minor hanya
transfusi darah sesekali saja, sementara itu kalau pembawa sifat tidak perlu
tranfusi darah.
kredit: bloodjournal.org |
Nah,
jika kedua orangtua talasemia mayor, kemungkinan besar semua anaknya menderita
talasemia mayor; jika kedua orangtua talasemia minor, kemungkinan anaknya 25%
talasemia mayor, 50% talasemia minor, dan 25% normal; jika salah satu orangtua
talasemia minor dan salah satunya normal, kemungkinan anaknya 50% normal dan
50% talasemia minor, dan jika salah satu orangtua talasemia mayor dan salah satunya
lagi normal, kemungkinan anaknya talasemia minor.
Ada baiknya untuk pasangan muda-mudi yang sedang merencanakan pernikahan
melakukan cek menyeluruh untuk tahu status kesehatan. Agar
kemungkinan-kemungkinan punya keturunan normal atau talasemia bisa diketahui
dan disiapkan sejak dini. Pesan terakhirnya sih begitu. Oh ya jangan jauhi
penderita talasemia ya. Penyakitnya tidak menular kok.
Comments