Tak ada
yang salah dengan mimpi, yang salah adalah punya cita-cita tapi tidak melakukan
apa pun untuk meraihnya.
Hal di atas sejalan dengan mimpi-mimpi kita yang
selalu ingin segalanya terlihat baik-baik saja, udara bersih, tidak macet,
tidak ada polusi, sumber daya selalu ada, punya karir yang bagus, bahan makanan
selalu sehat, tubuh prima sepanjang hari, dan lain-lain. Dari sebagian besar
mimpi yang kita inginkan jika tidak ada pergerakan, kehidupan kita akan
biasa-biasa saja, berjalan seperti biasanya, mungkin akan tetap melarat dan
dikelilingi oleh pencemaran.
Slogan-slogan di papan pengumuman sampai di media
sosial dielu-elukan, “Jangan buang sampah sembarangan!”, “”Hemat energi!”,
“Hentikan eksploitasi hutan!”, “Bahan bakar fosil tingkatkan emisi gas rumah
kaca!”, dan lain-lain. Memang banyak orang yang lantang suarakan kepedulian
terhadap lingkungan, tapi tidak semua dari mereka mau bergerak lebih keras lagi
untuk menciptakan itu semua (termasuk saya). Sebagian memilih untuk tetap sibuk
dengan rutinitas, bekerja, mengasuh anak, atau bahkan masih sibuk berlama-lama
menghidupkan televisi sementara kita sedang asyik main game di smartphone.
Energi terbarukan, segarkan bumi
Meski kondisinya begitu, tapi tidak bagi Viktor Wirawan, Chief Executive Officer
(CEO) PT Aldebaran Rekasaya Cipta, perusahaan yang fokusnya pada pengelolaan
energi terbarukan. Viktor paham betul kalau sumber dari bahan bakar fosil
terbatas dan meracuni udara. Saat ini Indonesia dan dunia masih tergantung pada
bahan bakar fosil, meski banyak perusahaan di banyak negara sudah berupaya
mengatasi masalah tersebut.
Baca juga : Bioenergi, Solusi Manis Tanpa Menangis
Menurut laporan
Global Carbon Report tahun 2017, jumlah emisi gas karbondioksida global
menyentuh angka 37 miliar ton. Di Cina, emisi yang dihasilkan sebesar 10,5
miliar ton, menyumbang hampir 26% dari output karbondioksida dunia. Akibatnya,
curah hujan menurun tahun 2017 dan pembangkit listrik tenaga air tidak
berfungsi maksimal sesuai yang ditargetkan. Tentunya emisi yang menumpuk di
atmosfer sebabkan efek rumah kaca kian bertambah.
Dua sumber
energi terbarukan yang menonjol adalah angin dan matahari. Oleh sebab itu,
infrastruktur untuk menangkan energi angin dan matahari sedang digenjot di
beberapa negara maju. Meski begitu, energi matahari dan angin sulit diprediksi
karena kondisi alam bisa sebabkan keduanya tidak menghasilkan energi listrik,
misalnya karena hujan dalam waktu tidak sebentar dan cuaca tidak berangin.
Beruntunglah
Viktor tinggal di Indonesia, di mana semua sumber daya alam termasuk manusianya
selalu ada sepanjang tahun. Kalau pun musim hujan, mendung tidak selalu
berlangsung setiap hari dan setiap waktu. “Saya ingin berkontribusi untuk
Indonesia di bidang energi terbarukan,” ungkapnya.
Victor adalah Elon Musknya Indonesia
Viktor menerapkan
teknologi solar panel dengan mengubah tenaga surya menjadi energi listrik. Ia
mengadopsi teknologi yang dibuat Elon Musk. Elon Musk adalah tokoh bisnis,
penemu, dan industrialis Amerika Serikat. Ia merupakan pendiri dan CEO SpaceX.
Setelah mengikuti kuliah perdagangan di Queen's
School of Business selama dua tahun, Musk mendapatkan gelar sarjana ekonomi
dari the Wharton School of the University of Pennsylvania dan sarjana
fisika. Ia mendirikan SpaceX, Tesla Motors, dan ikut mendirikan PayPal.
Melalui
teknologi SpaceX dan Tesla, hanya dibutuhkan 100 Gigafactory untuk mengganti
seluruh energi fosil yang digunakan dunia saat ini. Sebagai pendiri pabrik
solusi energi, Gigafactory adalah pabrik milik Tesla yang produksi baterai
lithium ion yang hemat biaya. Baterai ion yang dipakai bisa digunakan sebagai
pembangit listrik di beberapa kota dengan memanfaatkan energi matahari.
“Beberapa orang
menyebut saya sebagai Elon Musknya Indonesia,” canda Victor di sela-sela
kesempatannya saat temu blogger di BSD City, Tangerang, Jawa Barat. Tak hanya
mengadopsi teknologi yang dilakukan oleh Elon Musk, harapannya bisa membuka
lapangan kerja baru, juga membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Victor
menambahkan bahwa melalui teknologi yang dia adopsi bisa menghidupi pemukiman,
alat transportasi (mobil), sampai ke industri. Wujud teknologinya ada tiga,
yaitu Baran Power, Baran EV, dan Baran Cube. Tentunya itu semua produk asli Indonesia.
Baca juga : Baran Power, Sumber Energi Listrik Masa Depan
Viktor adalah
pebisnis yang juga punya visi ke depan untuk menjadikan Indonesia ke arah yang
lebih baik. Salah satunya dengan berkotribusi menghadirkan teknologi energi
terbarukan itu. Ia senang sekali berpenampilan muda dan memang digambarkan sebagai anak muda yang suka pakai kaos oblong, senang pakai jeans, dan tidak formal. Kadang terkesan tengil dan tak sungkan untuk duduk
bersebelahan dengan orang menikmati makanan di kaki lima.
Victor ingin
mendorong masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan, salah satunya dengan
menggunakan energi terbarukan seperti yang ia kembangkan saat ini. Visi dan
misi Victor tak berbeda jauh dengan Elon Musk yang ingin menjadikan bumi lebih
baik, bebas polusi, hemat, dan memanfaatkan energi alam untuk dimanfaatkan oleh
manusia. Perjalanan pria kelahiran 23 November 1983 itu tak selalu mulus.
Banyak kesulitan juga yang dialami dan mau tidak mau ia harus bangkit dari
keterpurukan itu.
Viktor bukanlah
orang yang menempuh pendidikan tinggi. Ia hanya lulusan SMP, tapi ia tergolong cerdas, inovatif, dan bergairah. Saat di sekolah
dulu ia sempat berjualan, salah satunya ikan cupang. Kemudian ia mendirikan
perusahaan sebelum berusia 20 tahun. Mendirikan perusahaan tidak segampang
membalikkan telur ceplok di wajan, ternyata ia diakali oleh teman sendiri.
Meski begitu, ia tak putus harapan. Dengan modal nekat, ia berangkat ke Amerika
Serikat untuk mencari tahu tentang energi terbarukan. Ia belajar tentang
teknologi yang diusung Elon Musk untuk diadaptasi di Indonesia. Hingga akhirnya
ia mendirikan Baran Energy di bawah naungan PT Aldebaran Rekayasa Cipta yang merupakan produk asli Indonesia.
Setelah
mendirikan perusahaan itu dan mengaplikasikan ilmu yang ia dapat, Baran Energy
pun tak selalu berjalan mulus. Ia dianggap mau menyaingi Perusahan Listrik
Negara (PLN) dan diangap meniru teknologi yang diusung Elon Musk. “Saya malah
bangga disamakan dengan Elon Musk,” kata Victor. Baginya tidak masalah selama
bisa membuat kehidupan masyarakat lebih baik dan bumi lebih sehat. (Uwan Urwan)
Comments