Hanya karena jumlah followers akun
Instagram saya lebih dari 10K, teman-teman menganggap saya selebgram.
Sayangnya
mereka tidak tahu kehidupan saya di dunia nyata bagaimana, mungkin tidak
sekeren yang orang-orang bilang. Haha. Sama seperti manusia lain pada umumnya,
saya pun makan di warteg, senang berburu barang diskonan, bahagia kalau ada
promo makan cashback 50%, dan rela
antri berjam-jam hanya untuk mendapatkan barang murah.
Hanya
saja saya lebih beruntung di angka followers Instagram yang sudah lebih dari
10.000 akun pengikut, selebihnya biasa saja. Asal kamu tahu, followers saya sebanyak itu bukan karena
saya terkenal, tapi karena saya selalu setia follow orang.
Rajin follow orang
Sekitar awal tahun 2017, saya jadi rajin mengikuti akun teman sekolah, teman kampus, orang yang pernah dikenal, orang-orang yang punya hobi sama, orang-orang satu komunitas, dan orang-orang dengan ketertarikan mirip. Percayalah, dengan follow-follow orang-orang yang saya sebutkan di atas, kemungkinan untuk difollow back lebih besar ketimbang yang sama sekali tidak kita kenal. Kenapa harus follow? Saya ingin jumlah followers bertambah dengan cara organik. Saya juga ingin menjalin pertemanan dengan orang-orang baru. Tidak salah bukan? Lagipula alasan lain, sayang duit sih kalau harus digunakan untuk beli followers.
Saya
pernah bercerita bagaimana cara mendapatkan followers
di Instagram tahun 2017. Beberapa hal masih bisa diaplikasikan, beberapa hal
mungkin efeknya ke engagement tidak
bagus. Kamu bisa baca artikelnya di situ karena saya bercerita panjang lebar
tentang Instagram.
Baca di sini, Cara Mendapatkan Followers Instagram
Terhitung
sekitar enam bulan, followers
Instagram saya berjumlah 10K. Prestasi? SUDAH JELAS IYA. Sayangnya jumlah following saya pun bertambah dan terus bertambah. Yang orang lihat adalah jumlah followers saya. Kemudian beberapa dari mereka menyebut saya
“selebgram”. Selebgram? Cukup berlebihan! Tentu saja bukan. Saya sama seperti
kalian yang jumlah followersnya di
bawah 10K. Bedanya saya sudah mencapai target.
Asal
kamu tahu, dalam jangka waktu enam bulan, nyaris setiap hari saya follow lebih dari 1.000 akun, dan lebih
dari 10 kali aktivitas saya dibekukan oleh pihak Instagram. Paling lama tiga
minggu saya tidak bisa follow atau unfolow. Setiap jam saya harus unfollow mereka yang tidak follow back.
Teman-teman
sampai sekarang masih bertanya, “Bagaimana cara mendapatkan followers sebanyak itu?” Saya jawab,
“Rajin follow orang.” Beberapa dari mereka sampai saya ceritakan detail bagaimana
susahnya mendapatkan 10% dari jumlah akun yang saya follow. Hitung saja, kalau saya follow
1000 akun, yang follow back adalah
100 akun. Bisa membayangkan bagaimana keritingnya tangan saya.
Saya
sadar saya bukan siapa-siapa dan tidak mungkin difollow orang begitu saja. Saya juga tidak bisa terus-terusan
posting lebih dari lima foto dalam sehari dengan 30 hastag. Cukup melelahkan kalau saya harus posting sebanyak itu.
Jadi, agar followers saya banyak, saya harus follow orang-orang, termasuk yang
tidak dikenal.
Orang-orang tidak kenal, unfollow
Jangan
sedih kalau diunfollow. Kita harus
sadar diri, kita itu siapa? Bahkan artis-artis pun juga sudah tak terhitung
berapa ratus kali diunfollow. Tidak
usah baper! Memangnya orang-orang kalau tidak suka dengan postinganmu harus
tetap mengikutimu? Ya tidak dong! Banyak akun-akun yang berteman lama dengan
saya, begitu dicek pakai aplikasi, ternyata unfollow.
Ya tidak apa-apa, kalau baper, tinggal unfollow
juga.
Hampir
setiap hari jumlah followers
berkurang terus, selalu saya imbangi dengan follow
kembali orang-orang. Ada beberapa yang follow
back. Tidak hanya itu saya juga rajin berkunjung ke akun-akun teman, saling
komentar, saling beli like. Kadang
lelah juga harus selalu mantengin Instagram, biasanya beralih ke Twitter atau
nonton film di laptop. Kadang juga seharian Indtagram tidak tersentuh saking
sibuknya. Impression dan engagement turun kemudian. Bahkan
pengunjung Instastories saya tidak
banyak. Ya karena saya bukan selebgram. Saya punya banyak followers juga karena hasil follow
back dari orang-orang.
Impression dan engagement
bulan ke bulan makin kecil, begitu saya cek, followers saya sudah tidak aktif sejak tahun 2015 sampai 2017.
Sedih rasanya, begitu tahu ada banyak akun yang tidak aktif memenuhi jumlah followers saya. Lalu saya sadar harus
tetap beri like-like ke banyak akun dan beri komentar juga. Kadang kalau
postingan iklan, yang like tidak
sampai 100 dan tidak ada yang berkomentar, saya bantu dengan Instagram walking ke grup-grup Whatsapp.
Sering
berkomentar dan beri like di postingan orang juga membantu saya mendapatkan
komentar secara organik tanpa harus diminta. Sampai di sini kamu masih mau
bilang kalau saya selebgram? Hah?
Saya bukan selebgram!
Saya
mendapatkan uang dari media sosial. Kalau kamu menganggap saya populer, pasti
salah satunya karena jumlah followers
Instagram. Postingan-postingan di Instagram saya pun tidak serapi teman-teman
kok.
Saya
masih posting suka-suka. Beberapa bulan terakhir saya jadi sering posting diri
sendiri ketimbang landscape, macro, dan lain-lain. Yang jelas sih
postingan di akun saya masih tidak jauh-jauh dari puisi dan curhat. Jadi masih
tidak jauh-jauh dengan kehidupan saya juga. Kalau dulu sih suka curhat
suka-suka, lebih ke nyindir, sekarang lebih ke instrospeksi diri dan lebih
jarang posting. Dulu sih bisa posting 10 foto dalam sehari. Lebih sayang saja
kalau posting banyak. Like-nya bisa
jadi pecah. Hahaha...
Usaha
saya bukan hanya hal-hal di atas, tapi juga menggunakan banyak hastag. Ya, kalau saya selebgram, tidak
perlu sekeras itu usahanya bukan? Orang-orang akan dengan mudah memberi like dan berkomentar di lapak saya.
Jadi
kalau kamu mau punya banyak followers,
ya usaha! Jangan hanya terus bertanya, kok followers
saya tidak bertambah, malah berkurang? Kok dia bisa likenya banyak ya? Kok bisa
teman saya engagementnya tinggi?
Kenapa? Kalau tidak mau usaha follow-follow
orang, ya tinggal beli followers
saja. Tinggal bayar. Oh ya, kalau beli followers
jangan lupa rutin beli like, kalau
mau mengelabuhi orang harus totalitas. Jangan setengah-setengah! Terus kalau
diomongin orang bagaimana? Hih, kamu itu kebanyakan tanya. Ya bodoh amatlah! Memangnya
mereka yang bayar?
Kalau
tidak mau beli followers, masih ada
cara lain. Ya kolaborasi dengan teman untuk mengadakan kuis atau giveaway secara rutin, diiklankan, dan
lain-lain. Yang jelas, introspeksi juga, tingkatkan kualitas postingan dan
foto. Langkah selanjutnya, ya mempertahankan jumlah followers, engagement,
dan lain-lain.
Kalau
kamu menganggap saya itu selebgram, saya hanya bisa mengaminkan. Tidak ada niat
apapun kecuali berbagi kesedihan, berbagi informasi, berbagi gosip, berbagi
hal-hal yang sedikit bermanfaat, juga hal-hal yang amat sangat tidak berfaedah.
Target saya tahun ini sih punya followers
100.000 agar kalau saya sedang kampanye hal-hal baik bisa lebih banyak orang
tahu. Atau kalau saya ingin berbagi sedikit rezeki melalui giveaway, kamu kebagian.(Uwan Urwan)
Comments