Hampir 800ribu orang meninggal dunia disebabkan bunuh diri setiap tahunnya dan dibalik satu kematian ada 20 percobaan bunuh diri tidak terdata. Berdasarkan data dari WHO, setiap 40 detik ada satu manusia meninggal dalam rentang usia 15-29 tahun; lebih dari 300juta orang di seluruh dunia mengalami depresi; satu dari lima manusia hidup dalam zona konflik yang cenderung mentalnya terganggu, cemas berlebihan, atau post traumatic stress disorder (PTSD); serta LGBTQ punya kecenderungan hampir lima kali lebih melakukan percobaan bunuh diri.
Bunuh diri karena depresi termasuk kurang iman?
Banyak orang bilang bunuh diri karena depresi berat dianggap kurang iman, kurang dekat kepada Tuhan. Kurang bersyukur, dan lain-lain. Katakanlah itu benar, tapi apa iya? Saya saja sempat ingin bunuh diri tapi karena memang tidak sanggup merasakan sakit fisik, akhirnya tiak jadi. Apakah saya kurang iman? Waktu itu saya bahkan masih belum baligh loh. Belum wajib salat, belum wajib bersedekah, belum wajib berhaji, dll. Apakah waktu itu saya bisa digolongkan dalam kategori kurang beriman, kurang bersyukur? Ingin rasanya bilang, BANGSAT!
Biasanya pelaku bunuh diri karena depresi berat, merasa kesepian, merasa tidak dibutuhkan sekaligus tidak berguna, mengalami kelelahan yang panjang dengan kehidupan, putus asa berlebihan, merasa tidak ada satu pun mendukung, merasa dijauhi teman, tertekan dalam jangka waktu lama, dan lain-lain.
Sudah ada banyak kasus orang bunuh diri, termasuk orang-orang terkenal, seharusnya kemungkinan untuk bunuh diri tidak ada. Sebut saja Marilyn Monroe, Robin Williams, Cory Monteith, Amy Winehouse, Jang Ja Yeon, Jonghyun SHINee, Sulli, Chester Bennington, Kurt Cobain, dan Chris Cornell. Sederet nama itu seolah membuat kita berpikir tidak mungkin untuk melakukan aksi itu. Buat apa? Terkenal, banyak uang, punya banyak fans, dan lain-lain, tapi ternyata tidak ada artinya.
Bunuh diri bukan karena kurang beriman. Banyak orang tampak tidak beriman sama sekali, suka menyakiti manusia lain, suka berkata kasar, suka menyakiti binatang, justru masih hidup sampai tua. Bunuh diri biasanya memang karena masalah-masalah tidak selalu bisa diungkapkan kepada orang lain. Ketidakmampuan membahas masalah, meminta solusi, atau bahkan hanya mendengarkan itu tidak mudah. Banyak orang gampang menilai buruk teman lain. Akibatnya ya depresi, begitu depresi ditertawakan dianggap gila.
Tanggapi serius mereka yang mungkin terdeteksi akan melakukan percobaan bunuh diri
Depresi, sakit mental, dan sejenisnya itu bisa terjadi pada siapa saja. Jalan keluarnya hanya perlu menemukan orang untuk berbagi cerita atau ke dokter jiwa. Saat ini ada beberapa aplikasi yang bisa digunakan untuk berkonsultasi dengan dokter jiwa untuk membantu masalah kita. Setidaknya meringankan beban hidup mereka dan mencegah pelaku bunuh diri.
Tunjukkan empati dan berikan ruang secara positif untuk mereka yang sedang punya tekanan hidup. Suruh bergabung dengan komunitas yang punya kegiatan-kegiatan positif. Sebenarnya mudah sih, kadang cuma tidak punya tempat cerita untuk membuang energi negatifnya. Langkah paling mudah adalah mendengarkan masalah-masalah mereka. Meski menurut kita remeh, bisa jadi buat orang lain cukup berat. Jangan perberat masalah mereka dengan ucapan seperti ini,
“Masalah kayak gitu aja ngeluh!”
“Masalah hidupku lebih berat kali!”
“Kamu kurang bersyukur, banyak-banyakin beribadah!”
Tunjukkan empati dengan mendengarkan keseluruhan cerita temanmu. Jangan dipotong, cukup dengarkan saja. Biarkan mereka meluapkan emosi-emosinya, kalau harus menangis biarkan menangis. Itu adalah hal alami yang memang setiap manusia jalani. Bukan hal yang memalukan. Dampingi mereka atau kalau memang tidak sanggup, kamu ajak dia berkumpul dengan komunitas yang sesuai passion dia atau bisa membantu masalahnya.
Menjadi pembunuh atau pelaku bunuh diri karena depresi berat
Orang yang depresi berat atau ganguan mental pun sebabnya banyak. Salah satu penyebabnya adalah perundungan. Orang-orang yang ditakdirkan untuk jadi korban perundungan (bully) kemungkinan akan tumbuh menjadi seorang pembunuh atau pelaku bunuh diri. Orang yang jadi korban perundungan akan menyimpan kesedihan atau kemarahan dalam jangka waktu lama. Emosi tersebut terus menumpuk dan pada saat tertentu akan meledak.
Menjadi pembunuh bukan berarti membunuh secara fisik saja, tapi psikis. Kalau kamu sudah menonton film Joker, pasti paham bagaimana bisa seorang yang sering dirundung menjadi pembunuh. Saat mereka merasakan kepuasan menjatuhkan mental orang lain, kegiatan itu akan terus berlanjut, ia menjadi seorang perundung karena sering dirundung. Artinya, rantai perundungan tidak akan pernah selesai karena akan selalu lahir perundung baru. Jalan satu-satunya adalah menghentikan perundungan dengan tidak merundung orang lain karena korban perundungan. Hal ini juga jadi salah satu solusi mencegah percobaan bunuh diri.
Bagaimana dengan mereka yang bunuh diri karena depresi berat? Nah, ini kebalikan dari mereka yang seorang pembunuh. Karena emosi-emosinya mengecilkan hatinya terus-menerus, mereka menganggap lemah. Jalan satu-satunya adalah dengan bunuh diri, menghentikan penderitaan yang dialaminya. Sesederhana itu memang untuk menjadi seorang pembunuh, hanya dengan ucapan dan ujaran kebencian yang dilakukan terus-menerus (perundungan). Sudahkah kita menghentikan rantai perundungan? Atau malah kita dengan sengaja menjadi pelaku perundungan?
Comments