Skip to main content

Kenapa Tidak Aktif di Grup WhatsApp?

Tiba-tiba, suatu malam, kegelisahan muncul, kenapa ya orang-orang yang bergabung dalam suatu grup WhatsApp, yang nimbrung hanya orang itu-itu saja? Bahkan aku sendiri juga melakukannya. Sampai dikeluarkan dari beberapa grup, aku tidak merasa kehilangan sama sekali.

Uwan urwan ilustrasi


Tidak aktif di banyak grup WhatsApp buatku bukan masalah besar, apalagi begitu ada banyak pekerjaan yang menuntut konsentrasi atau sedang me time (bermain game, mengobrol dengan teman, menonton film, dan lain-lain). Toh, di lain waktu masih bisa menyimak dan meski jadi silent reader.


Lalu aku membuat poling di Twitter. Ada dua poling, yang pertama soal kenapa tidak aktif di grup (ada 92 voter). Poling kedua tentang kenapa memilih keluar grup WhatsApp tertentu. Aku akan bahas soal poling kedua di tulisan lain.


Uwan urwan


Belum puas, aku melakukan wawancara via online dengan beberapa teman dan mencoba membuat poling di Instastory. Pertanyaannya sama, tapi semua jawaban teman-teman mewakili jawabanku untuk pertanyaan-pertanyaanku sendiri. Jawaban-jawaban itu aku rinci dalam poin-poin berikut.


Admin memasukkan anggota tanpa izin

Kredit : arenaponsel.com

Pemilik akun Instagram @mr.chan16 menyatakan bahwa kadang admin juga suka menambahkan anggota tanpa bertanya kepada mereka apakah mau terlibat di dalam grup? Bisa dibayangkan tiba-tiba kamu berada di sebuah grup WhatsApp baru, dimasukkan oleh teman sendiri, tanpa pengantar, tanpa kejelasan, dan berakhir dengan ngobrol ngalur-ngidul. Mau keluar tapi tidak enak karena kenal dekat dengan yang memasukkannya ke grup. Akhirnya jadi silent reader karena tidak merasa tidak butuh informasi yang disebarkan di grup.

Terlalu banyak grup

Uwan urwan

Aku percaya tiap orang yang pakai aplikasi WhatsApp punya grup lebih dari satu, bahkan ada yang punya puluhan sampai ratusan. Memang ada beberapa grup yang ingin semua anggotanya aktif semua, tapi tiap orang berbeda-beda. Ada yang punya banyak waktu luang sehingga bisa aktif di grup mana pun, ada juga yang tidak.


“Kebayang gak sih di handphoneku mungkin ada ratusan grup WhatsApp. Kalau semua ditimbrungin, aku gak bisa ngapa-ngapain dong. Habis waktuku di depan hape,” ungkap perempuan yang mau disebut blogger cantik.


Prioritasnya beda

Setiap orang memang punya prioritas masing-masing. Bila ada yang memilih jadi silent reader di grup WhatsApp manapun, bisa jadi fokusnya di kehidupan nyata. “Sekarang sudah berbeda dengan dulu. Sebagai ibu rumah tangga dan ibu yang punya anak berkebutuhan khusus (ABK), aku harus utamakan rumah tangga dan anak, kemudian bisnis online shopku. Aku produksi, packing, urus operating system sendiri,” jawab HY, Ibu rumah tangga.


Obrolan tidak menarik/dipahami

Setelah ikut workshop xxx, aku pun dimasukkan di grup WhatsApp. Awalnya sih perkenalan yang menyenangkan, tapi lama-lama aku tidak mengerti bahasan grup. Seolah-olah mereka sedang menggunakan bahasa isyarat dan semua anggota grup dianggap paham bahasa isyarat bekerja. Semua yang tidak menarik dan tidak bisa dipahami berubah menjadi info-info yang tidak sesuai minat. “Enggak ngerti apa yang dibahas jadi nyimak aja,” kata Khun Wichan, salah satu narasumberku.


Obrolannya tidak penting, banyak ghibah, pamer diri, dan lain-lain

“Aku malas ikutan obrolan yang cenderung pamer diri,” kata Aldha, temanku yang memang jarang nimbrung grup WhatsApp. Menurutku pamer diri itu wajar ya kalau niatnya untuk memotivasi, tapi ada beberapa tipe orang yang pamer yang ingin disanjung dengan membawa-bawa “biar termotivasi”.


Selain itu, topik bahasannya gak penting jadi diem aja deh atau clear chat,” lanjut Khun Wichan. Natara, salah satu blogger yang tinggal di Jakarta pun mengaku tidak suka chat tidak penting di grup. “Jadi chat di grup ya emang yang penting doang. Contoh laporan link, kalo ada form report dan ga wajib ngelist di grup, ya gak ngelist, hehe,” imbuhnya.


Grupnya bisu

Dedy Darmawan, Ketua Komunitas Tarot Jakarta

Pernah ada di sebuah grup yang bisu? Kalau ada yang share apapun tidak ada yang respon? Senada yang dialami Dedy Darmawan, Ketua Komunitas Tarot Jakarta. Katanya, “Tidak ada respon dengan anggota lain kalau ada yang memulai percakapan berupa usulan, pertanyaan, atau permintaan saran. Buat apa ada grup intern tapi tidak ada interaksi apapun?”


HY menambahkan “Anggota WhatsApp grup biasanya ngonbrol ke mana-mana. Semakin tua, aku males scrol, lebih males debat, dan lebih males tersinggung dan sedih saat grup rame lalu tiba-tiba sepu kayak kuburan setelah aku ikutan chat. Aku kan kasihan sama diri sendiri kalau begitu.”


Obrolannya tertimbun jauh

Aku sering mengalami, buka WhatsApp, semua chat grup aktif dan masing-masing punya notif puluhan sampai ratusan chat. Antara galau mau nimbrung, baca satu-satu dan menanggapi, obrolannya sudah jauh. Ya sudah, biasanya aku clear chat. “Pas mau balas di topik tertentu eh udah jauh jarak waktunya dan udah ketiban banyak chat lain,” kata Khun Wichan. Jika pun membaca, mau menanggapi kadang pendapatnya sudah tidak diperlukan, apalagi “Ssudah rame banget dan sepertinya pendapatku sudah diwakilkan sama yang lain,” kata Imawan Anshari, pemilik menolaklupa.web.id.


Topik yang dibahas sensitif

Pornografi uwan urwan

Tidak jarang aku menemukan obrolan yang cukup sensitif, misalnya tentang politik, debat kusir tentang masalah tertentu, atau yang berbau porno. Sebenarnya pengen menegur dengan kata-kata kasar, akhirnya memilih diam karena ya buang-buang energi. Solusi paling efektif ya clear chat. Ternyata itu juga memicu Imawan untuk diam karena ia takut menyinggung pihak lain.


Tipe orang yang ingin terima beres

Aku baru sadar kalau ternyata memang ada orang yang ada di tipe ini. Pokoknya tidak mau berpendapat karena Mungkin mereka memang tergolong orang yang tidak mau ambil pusing atau ingin terima beres, kata pemilik akun Instagram @delianurisma begitu aku tanya via direct message. Tidak sedikit yang menjadi silent reader karena alasan di poin ini. Sebab tahu sendiri, bila memberi ide, admin grup akan meminta pertanggungjawaban ide tersebut. Selebihnya akan ditunjuk sebagai penanggungjawab atas ide yang kita tuang.


Kan males ya? Makanya sebagian besar orang akan menempuh jalur jadi silent reader daripada nantinya berujung repot mengurus sesuatu di komunitas/grup sementara yang lain juga ingin ambil enaknya saja.


Takut berkomentar di depan umum

Pemilik akun Instagram @delianurisma yang juga jadi admin/founder grup WhatsApp Sosial Promosi Universitas ini pun mengatakan bahwa ada orang yang takut berkomentar di depan umum. Ibaratnya WhatsApp Group adalah tempat umum karena menjadi wadah orang-orang dengan karakter berbeda. Jadi ingat saat kuliah, saat dosen meminta mahasiswanya bertanya, teman sebelahku nyeletuk pertanyaan. Kubilang saja, Ngacung aja! dia menolak dan bilang kalau takut dan malu, khawatir pertanyaannya adalah pertanyaan bodoh. Respati Putri, pemilik akun Instagram @hellorespati pun sependapat, Positif aja. Mungkin ada yang minder mau kasih pendapat dan takut penolakan.


Tidak punya tujuan jelas

Pernah tidak berada di grup dan merasa kamu tidak punya tujuan yang jelas begitu masuk WhatsApp Group? Aku pernah. Mau keluar tidak enak, akhirnya malas buka grup, kalau pun membuka itu hanya untuk menghapus semua obrolan. Deny Oey, admin/founder grup Klub Blogger & Buku (KUBBU) pun setuju dengan poin ini. Silent reader ada banyak macam. Ada yang memang malas buka grup, ada yang silent reader tapi selalu nyimak obrolan, dan ada juga yang sudah tak jelas maksud dan tujuannya di grup.


Tipe orang yang lebih suka mengobrol langsung

WhatsApp group kamu banya yang silent reader? Jangan sedih. Siapa tahu anggotamu kebanyakan termasuk tipe ini. Di WhatsApp group diam saja, tapi begitu di dunia nyata nyerocos bagai air terjun Niagara. Tidak semua orang memang suka mengobrol via tulisan dan tidak semua orang suka mengobrol langsung. 


Setelah merapikan jawaban teman-teman yang aku juga setuju dengan hal-hal di atas, jadi lega. Semoga tulisan ini menjadi jawaban atas pertanyaan yang ada di judul tulisan ini. semoga juga bisa saling mengerti bahwa kita memang tidak bisa memaksa seseorang untuk terus meramaikan grup setiap saat. Kamu yang baca, makasih. Sehat selalu ya.

Comments

Novitania said…
Tepat sekaliiiiii. Waktuku abis kalo mgurusin grup wasapp doang hehe
Natara said…
Moon maap kaka, saya belum pindah kewarganegaraan jadi warga jakarta. Masih resmi jadi orang Bekasi doong
@blogger_eksis said…
Aku bakal aktif kalau ada hal" yang menarik. Kalau gak ada, lebih baik open Twitter dan berkicau di sana ��
Imawan Anshari said…
Benar, prioritas orang beda-beda, kadang ga aktif di group karena banyak kerjaan lain juga.
Anonymous said…
Mantap kakak... mewakili suara2 hati org2 yg buka grup wa,cm klik option clear chat ����
Kok ga wawancarai gue sih? 😄. Menurut gue sih gimana memantain orang yg punya WA aja, klo gue termasuk orang yg ramenya di grup tertentu aja, di mana isinya orang2 yg sering ketemu/intens ngobrol. Selebihnya kayak WA job misalnya, ya dipakai buat kepentingan job.
Hanny Nursanty said…
Ah jd pingin curhat. Aku pernah gabung dengan satu grup wa tapi gak nyaman beda banget dengan grup yg lain, adminnya nyinyir merasa hebat tapi cara dia memotivasi (menurut aku ya) gak asik apalagi kalo ngasih job, begitu dia lihat banyak yg daftar dia bete (alasannya kalo job aja rame giliran dimintain saran atau bagi pengalaman sedikit yg nongol).
Sampai akhirnya dia membubarkan grup dengan pesan yg mau ikut grup baru harus japri.
Legaaaaa bisa kluar dan gak pingin gabung lagi. Masih banyak grup wa dengan admin dan anggota yg asik😊
Nurul Sufitri said…
Baru2 ini aku 'berpidato singkat' ucapan met puasa, maaf lahir batin sekaligus keluar dari 3 WAG hahaha. Yang 1 grup arisan ibu2 SD (aku udah ga ikutan arisan lg di mana2 😅). Trus out dari wag temen kuliah yang 6 orang doang kerjaannya hangout ajak ketemu meskipun corona. Ketiga, wag sekolah anakku yang genk emak segelintir orang. Bentar lagi aku mau out juga nih, lagi dipikir hahaha. Ada wag paling bikin gerah ketika mimin2nya serba sensitif. Alhamdulillaah dibubarkan, jadi aku ga out lah. Kerjaan ada rezeki masing2 alhamdulillaah masih banyak tawaran dari DM2, email, WA japrian dll n wag yang asik. Eh kok jadi panjang. Belum kelar iniiii 🤣🤣 Tulisan yang menarik, Uwa hihi...
Tulisan yang menarik kak.pakai riset lagi,kereen.
Aku juga sering jd silent hahahha.ada grup temen kampus yang kayaknya org sukses semua
Jd bingung mau komen apa haha
Ada pula grup blogger yang sebenarnya gak menarik,mau keluar masih mikir2 hahaha
deddyhuang.com said…
aku juga termasuk yang silent di grup.. suka sedih pas aku balas orang pada diem gitu.
Afriant Ishaq said…
Aku termasuk yang beginian Mas. Di bilang silent reader pun kaga. Hanya saja jarang sekali buka aplikasi chat WA dan sosmed lain. Kecuali Twitter.
Hanny Nursanty said…
Apakah kita di wag yg sama dengan mimin2 yy sensitif😀😀
Unknown said…
Males ngobrol yg gk brmanfaat
Aku termasuk yg jarang komen di grop, kalau ngucapin selamat lebih nyaman japri dari pada copy paste, sempat berfikir kok aku beda sama teman2...
Tapi kembali ya pribadi orang berbeda beda, gak penting dg penilaian orang
Terimakasih ulisannya
Eni Rahayu said…
Kapan hari aku juga pernah mikir dan terima kasih jawabannya sangat mewakili, hahaha. Karena di setiap WAG pasti ada yg silent rider, kecuali grup keluarga biasane rame terus karena anggotae dikit haha

Paling banyak dibaca

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr

Menggali Rasa dan Inovasi Kopi Lokal di Setiap Seruput

Dibuat menggunakan Canva Setiap seruput kopi menyimpan cerita yang tak terduga, mulai dari ladang petani hingga ke cangkir kita. Apa jadinya jika kita bisa merasakan perjalanan rasa itu dengan lebih mendalam, dari setiap proses pengolahan biji hingga teknik penyeduhan yang memikat? Sebuah Warisan yang Harus Dilestarikan Gambar pribadi (@uwansart) Indonesia memang istimewa, terutama dalam hal kopi. Di sini, dari Sabang sampai Merauke, kita punya beragam jenis kopi dengan cita rasa yang kaya dan unik. Setiap daerah, dari Aceh sampai Papua, menawarkan sensasi kopi yang berbeda-beda, masing-masing menyimpan cerita dan karakteristik yang khas. Keberagaman inilah yang membuat kopi Indonesia begitu istimewa dan kian diakui dunia internasional. Saat ini, Indonesia bahkan tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia—sebuah pencapaian yang tentunya patut dibanggakan. Dalam acara Eco Blogger Squad yang berlangsung dengan penuh semangat, meskipun aku hanya menyaksikan secara online melal

Golda Coffee dan Kopi ABC Botol, Kopi Kekinian, Kopi Murah Cuma 3000an

Kamu suka kopi hitam pekat, kopi susu, kopi kekinian, atau yang penting kopi enak di kedai kopi? Mungkin kita sering sekali nongkrong bersama teman di kedai kopi mencoba berbagai aneka ragam kopi, mahal pun tak masalah, tapi yang jadi persoalan jika sedang miskin, apakah akan tetap nongkrong? Pilihannya ya minuman murah, misalnya kopi murah dan kopi enak yang cuma 3000an ini.   Aku, Uwan Urwan, memang bukan penikmat kopi banget, tapi suka minum kopi, kadang sengaja mampir ke kedai kopi punya teman, paling sering membeli kopi Golda Coffee dan/atau Kopi ABC Botol, yang harganya hanya 3000an. Aku akan mencoba mereview empat rasa dari dua merek yang kusebut sebelumnya. Golda Coffee kutemukan di minimarket punya dua rasa, yaitu Golda Coffee Dolce Latte dan Golda Coffee Cappucino. Sementara Kopi ABC botol juga kutemukan dua rasa, chocho malt coffee dan kopi susu.   Keempat rasa kopi kekinian kemasan itu aku pikir sama karena biasanya hanya membeli, disimpan di kulkas, dan langsung ku

Bunga Telang Ungu (Clitoria ternatea) Jadi Alternatif Pengganti Indikator PP Sintetis

Makin ke sini, ketenaran bunga telang (Clitoria ternatea L.) kian meluas. Banyak riset terbit di internet, juga tak ketinggalan pecinta herbal dan tanaman obat ikut berkontribusi memperluas infromasi itu.  Bunga telang ungu, tanaman yang juga dikenal dengan nama butterfly pea itu termasuk endemik karena berasal dari Ternate, Maluku, Indonesia. Meski begitu, banyak sumber juga mengatakan bahwa bunga telang berasal dari Afrika, India, Amerika Selatan, dan Asia tropis. Banyak info simpang siur karena sumber-sumber yang aku baca pun berasal dari riset-riset orang. Nanti jika ada waktu lebih aku akan melakukan riset lebih dalam mengenai asal usulnya. Antosianin bunga telang merupakan penangkal radikal bebas Kredit : researchgate.net Bunga telang kaya akan antosianin. Antosianin adalah golongan senyawa kimia organik berupa pigmen yang larut dalam air, menghasilkan warna oranye, merah, ungu, biru, sampai hitam. Tak hanya pada bunga Clitoria ternatea, antosianin juga ada di banyak buah dan say

Bagaimana menu isi piringku yang benar?

Sering mendengar frase Isi Piringku? Hem, sebagian orang pasti tahu karena kampanye yang dimulai dari Kementerian Kesehatan ini sudah digaungkan di mana-mana, mulai dari media sosial, workshop-workshop kesehatan di daerah-daerah, dan sosialisasi ke ibu-ibu begitu ke Posyandu.  Slogan Isi Piringku menggantikan 4 Sehat 5 Sempurna Isi Piringku adalah acuan sajian sekali makan. Kampanye ini sudah diramaikan sejak tahun 2019 menggantikan kampanye 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat lima sempurna terngiang-ngiang sekali sejak kecil. Terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu adalah kombinasi sehat yang gizinya dibutuhkan tubuh, sebab mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, susu adalah penyempurnanya. Kenapa harus berganti slogan?  Slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang aku tangkap maknanya, dalam setiap makan harus ada empat komposisi dan susu. Mengenai jumlahnya, aku bisa ambil nasi lebih banyak dengan sedikit sayur atau sebaliknya, atau sebebas-bebasnya kita saja.

Energi Alternatif: Antara Ketergantungan Listrik dan Kerusakan Lingkungan

Dalam dunia yang semakin modern ini, melalui sorotan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, aku mengembara melihat perubahan perilaku rumah tangga secara menyeluruh di Indonesia. Televisi menjadi kawan setia dengan kehadiran mencapai 97,36%, diikuti oleh kulkas, mesin cuci, dan kipas angin yang melibas sekitar 96,72%, 86,62%, dan 96,13% dari rumah tangga. Di sisi lain, perabotan modern seperti kompor listrik dan setrika listrik menyentuh kehidupan 82,11% dan 93,22% rumah tangga. Ketergantungan Indonesia pada Listrik dan Dampak Negatif Lingkungan pada Perubahan Iklim Tak hanya itu, alat elektronik memainkan peran sentral dalam kehidupan sehari-hari. Laptop menjadi penguasa dengan persentase 67,45%, sementara handphone mendominasi dengan keterpaparan mencapai 99,13%. Meski komputer, tablet, kamera digital, dan perangkat lain memiliki penetrasi yang beragam, kesimpulannya tetap jelas: masyarakat Indonesia telah menggenggam era listrik dengan tangan terbuka. Persentase tinggi ini men

Alun-alun Situbondo Dulu dan Sekarang

Alun-alun ibarat pusat sebuah kota, semua orang bisa berkumpul di tempat itu untuk berbagai kegiatan, sebagai ruang publik, ruang sosial, dan ruang budaya. Alun-alun sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Umumnya alun-alun dikelilingi oleh masjid, pendopo, penjara, dan area perkantoran dan dibatasi oleh jalan. Dulunya area ini dipagari Begitu pun Alun-alun Situbondo, batas selatan adalah pendopo, batas barat adalah Masjid Agung Al-Abror, batas timur adalah penjara, dan area perkantoran ada di bagian utara. Dulu, ada pohon beringin besar di tengah-tengah alun-alun Situbondo. Aku tidak ingat betul seberapa besar tapi yang aku tahu dulu ada di tengah-tengah. Masjid Al-Abror juga sudah jauh lebih bagus sekarang Alun-alun Situbondo pernah punya pohon beringin besar Gerakan protes pada akhir masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, tahun 2001, memicu gerakan besar yang menumbangkan sekitar seratus pohon, termasuk pohon beringin di alun-alun karena dianggap sebagai simbol partai Golka

Styrofoam Aman Digunakan Kok. Siapa Bilang berbahaya?

Hasil pengujian Badan POM RI terhadap 17 jenis kemasan makanan styrofoam menunjukkan bahwa semua kemasan tersebut memenuhi syarat, artinya styrofoam aman digunakan. Sampai detik ini tidak ada satu negara pun melarang penggunaan styrofoam atas dasar pertimbangan kesehatan. Pelarangan penggunaan styrofoam, nantinya akan jadi sampah non organik, di beberapa negara biasanya berhubungan dengan pencemaran lingkungan. Padahal daur ulang styrofoam sangat mudah. Menurut JECFA-FAO/WHO monomer stiren pada wadah gabus tidak mengakibatkan gangguan kesehatan jika residunya berada di ambang batas 40-500 ppm. Kalau mencapai 5000 ppm bisa menyebabkan kanker. Bungkus makanan hangat pakai styrofoam aman kok Kemasan makanan styrofoam ternyata sebagian besar adalah udara Badan POM RI menguji 17 jenis kemasan, antara lain berupa gelas POP MIE rasa baso, gelas POP Mie Mini rasa ayam bawang, mangkuk NISSIN Newdles Mie Goreng Pedas Kriuk Bawang, mangkuk Bowl Noodle Soup Kimchi flavour Vegetal, kot

Batik Mangrove, Qorry’s Journey in Conservation & Heritage

I feel like when I wear batik, I look more elegant and even more handsome. Haha! I have to admit, there was a time when I considered batik to be old-fashioned. The designs didn't appeal to me, and I saw it as something my parents or grandparents would wear on formal occasions. But everything changed for me on October 2, 2009, when UNESCO officially recognized batik as an Intangible Cultural Heritage. Suddenly, batik wasn’t just a piece of cloth anymore; it was a symbol of identity, culture, and pride for the Indonesian people. Designers started experimenting with patterns, and batik garments became more fashionable. I found myself buying batik shirts to support our cultural heritage, and my love for batik grew deeper as I discovered the beautiful artistry behind it. Batik, with its intricate techniques, symbols, and cultural significance, has been a part of Indonesia's identity for centuries. It wasn’t long before batik from various regions, including my hometown of Situbondo,

Bukit Pecaron, Wisata Religi yang Wajib Dikunjungi

Situbondo memiliki banyak pesantren yang tersebar dari ujung barat sampai ujung timur. Pernah mengunjungi pesantren atau melihat segerombolan anak pondok (biasanya anak pondok pesantren disebut anak pondok)? Eniwei , anak pondok sangat khas cara berpakaian dan bertuturnya. Saya adalah orang yang senang berteman dengan anak pondok. Selain karena ramah dan hangat, mereka biasanya tak bermewah-mewah dalam berpakaian. Saya pun jadi nyaman karena tak harus bergaya berlebihan. Biasanya ada banyak orang datang ke pondok pesantren, bertemu kyai, melakukan doa bersama. Bukit syariah Bicara soal pesantren yang tak jauh dari keagamaan, ada salah satu dari beberapa destinasi wisata religi di Situbondo yang biasa didatangi orang dari luar kota, yaitu Bukit Pecaron. Apasih itu Bukit Pecaron? Saya sebut bukit syariah boleh ya. Bukit Pecaron adalah nama bukit kecil yang terletak di tepian pantai di Desa Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo. Sejak kecil saya cuma bisa mel