Ada teman A tiba-tiba bahas soal beda gaji karyawan perempuan dan laki-laki. Menurutnya gaji perempuan jauh lebih sedikit ketimbang laki-laki meski karyawan perempuan usahanya sudah maksimal. Sampai ke pembahasan, “Kalo gak salah, temenu gajinya di atas 10juta per bulan,” teman B berargumen. “Temenmu cowok?” tanya teman A. B menjawab iya.
Meski tidak semua
karyawan perempuan mendapatkan gaji lebih kecil daripada karyawan laki-laki,
bukan berarti keluhan teman A bukan fakta, terlebih lagi dia sudah bekerja di
di beberapa perusahaan dan sempat mendapatkan fakta bahwa peraturan perusahaan
tertentu menerapkan gaji lebih rendah untuk karyawan perempuan dibanding
laki-laki.
Sistem patriarki masih sering dijumpai di kota besar
Patriarki itu sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam berbagai peran, baik politik, moral, sosial, dan penguasaan properti. Sistem patriarki sudah dari zaman dulu, mengakar, membudaya, sehingga tidak mudah dihilangkan begitu saja, tapi diubah pelan-pelan.
Kebetulan aku ikut webinar Ideatalk bertema “More Than Woman: How These Female Leaders Make a Change”. Yang jadi sorotanku adalah pembicaranya tidak jauh-jauh dari kesetaraan gender. Ada Hannah Al Rashid, aktir dan aktivis, yang mana film terakhir yang aku tonton, Aruna dan Lidahnya, ada beliau. Pembicara lain adalah Dewi Muliaty, Presiden Directur Prodia, dan Vera Galuh Sugijanto, VP General Secretary of Sarihusada.
Menanggapi soal gaji, Hannah pun mengaku bahwa artis perempuan lebih banyak dibayar lebih karena marketable, biasanya durasi dalam film/sinetron/acara tertentu lebih lama, tapi jarang yang dibayar karena gendernya. Mungkin ada, tapi bukan berarti perusahaan di perfilman atau sejenisnya lebih fokus pada gendernya.
Fakta lain yang disampaikan Hannah adalah, begitu ia punya pemikiran yang sama dengan laki-laki, pendapat si pria yang lebih didengar. Dalam kegiatan sehari-hari pun, kalau ada suami yang membantu pekerjaan perempuan dibilang hebat, padahal semua perempuan bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Kalau sudah begitu orang-orang akan bilang,” Ya itu tugas perempuan!” selain itu, ia juga kaget begitu pulang ke Indonesia, lowongan kerja selalu mencantumkan “berpenampila menarik, cantik,” padahal di luar negeri tempat dia belajar tidak ada.
Laki-laki dan perempuan punya kesempatan yang sama dalam banyak aspek
Sementara itu, Dewi yang saat ini mengepalai 152 cabang di 34 provinsi, mengaku bahwa orang-orang memang menyangsikan, “Kok bisa ya perempuan memimpin? Biasanya kan laki-laki.” Menurutnya perempuan multitasking, Laki-laki banyak tertolong dengan kemampuan itu. Kalau diberi kesempatan memimpin pasti bisa.
Lagipula perempuan jangan menganggap dirinya lemah dan selalu harus ditolong. Dalam kesempatan apapun, perempuan juga bisa menolong, termasuk yang berbeda gender. Yang terpenting fokus mengembangkan potensi yang dimiliki dan kembangkan agar tidak dilecehkan.
Keseteraan gender bukan isapan jempol
Meski sistem patriarki masih bertahan, beberapa perusahaan dan organisasi tidak begitu. Terbukti dengan munculnya sosok-sosok pemimpin baik di lingkungan kecil sampai ke kepala negara. Contoh paling kecil adalah seorang ibu tanpa suami. Kemudian pemimpin organisasi, pendiri UMKM, pemimpin perusahaan, sampai ke presiden. Di Indonesia sebut saja Megawati Soekarnoputri yang resmi jadi ibu negara hingga tahun 2004.
Bukti lain bahwa perempuan mulai diperhitungkan adalah dengan adanya tiga pemateri yang kusebutkan di atas. Aturan-aturan pun sudah condong pada kesetaraan gender. Di Sarihusada, perusahaan yang berfokus pada produk nutrisi, perempuan bisa cuti hamil selama 6 bulan karena mereka melihat penting ASI eksklusif diberikan untuk bayinya. Nutrisi buat anak sangat penting apalagi pasca melahirkan. Selain itu Sarihusada juga memberdayakan komunitas dan perempuan dalam berbagai aspek, salah satunya program Warung Anak Sehat yang melakukan pelatihan untuk ibu-ibu agar bisa memenuhi nutrisi untuk produk-produk yang mereka jual, Rumah Bunda Sehat da Rumah Tempe di Yogyakarta. Sarihusada merangkul komunitas karena tanpa komunitas perusahaan tidak berarti apa-apa.
Baca juga : Danone SN Beri Pelatihan pada Ibu Warung Anak Sehat
Meski di Indonesia tidak gampang mengubah pola pikir sistem patriarki, tapi belum terlambat kok. Kuncinya hanya di dialog, komunikasi, mengobrol dengan teman-teman sebaya, pacar, suami, menyampaikan pendapat dengan baik dan yang jelas tidak perlu ngotot. Harus ada pemahaman bersama tentang peran masing-masing, kapan butuh bantuan. Meski begitu Vera berpesan agar perempuan yang menuntut kesetaraan gender harus gaspol. Masing-masing punya prioritas dan berbeda.
Kenapa harus setara? Sebab laki-laki dan perempuan punya kesempatan yang sama soal pendidikan, kesempatan, dan lain-lain. Bahkan Vera menyarankan agar pemerintah memberikan cuti 10 hari untuk pria saat istrinya melahirkan. Ia berpendapat agar suami juga mengerti kondisi sulit sang istri pascapersalinan. “Ya pria juga punya peran untuk melepas sistem patriarki itu,” kata Hannah.
Comments