Makin ke sini, makin muda orang-orang yang terkena penyakit degeneratif (sekitar usia 20-an), mulai dari diabetes, kolesterol, sampai ke jantung. Berbeda dengan dulu, kebanyakan orang yang berusia di atas 40 tahun baru terdeteksi penyakit-penyakit tersebut. Belum lagi isu stunting yang gencar digaungkan, masih jadi masalah yang belum selesai.
Kredit : sehatnegeriku.kemkes.go.id. |
Remaja, generasi penerus bangsa harus sehat
Aku coba flashback ke masa-masa remaja dulu. Aku bukan orang yang suka sarapan sebelum berangkat sekolah. Saat jam istirahat pun hanya jajan saja tanpa memperhatikan pemenuhan gizi, sebagai pengganti sarapan. Seringnya menahan lapar saat pelajaran berlangsung, kadang juga rasa lapar terabaikan karena terlalu fokus mengerjakan tugas. Aku baru makan siang di rumah usai pulang sekolah.
Pola hidup seperti ini berlangsung terus bahkan sampai aku bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Tidak terbiasa sarapan membuat berat badanku stabil di angka yang tidak seharusnya. Badanku bisa dibilang kurus. Apalagi begitu kuliah, pasokan dana dari orang tua terbatas dan aku harus menghemat pengeluaran.
Soal asupan gizi saat remaja, aku juga cukup menyesalinya. Menyesal karena aku belum bisa berbuat baik pada tubuh sendiri, tapi di sisi lain aku belum punya dana yang cukup untuk memenuhinya. Memang harus ada harga yang dibayar untuk memenuhinya. Meski dibilang terlambat, di usia yang terbilang tidak semuda dulu, aku berusaha mencukupi menu isi piringku.
Aku harap sih generasi sekarang tidak berada di pengalaman yang sama denganku. Sebab kalau masa remaja sudah kurang paham soal pemenuhan gizi dan abai, apa jadinya kalau sudah dewasa? Pemenuhan gizi harian yang tidak mencukupi bisa bikin cepat lelah, mengantuk, tidak bisa konsetrasi, dan lain-lain. Apalagi data menyebutkan bahwa satu dari empat remaja mengalami stunting, satu dari 7 remaja mengalami obesitas, kekurangan zat besi berdampak pada anemia. Nah ini yang sering kualami, anemia.
GESID (Generasi Sehat Indonesia) bantu edukasi remaja
Melihat masalah itu, Danone Indonesia bersama Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, meluncurkan GESID, di mana memang untuk edukasi remaja soal gizi dan kesehatan. Peluncuran GESID dilakukan secara online tanggal 14 Desember 2020. Ada tiga pilar yang dalam buku panduan GESID, yaitu
Aku peduli. Remaja diharapkan bisa mengenali tubuhnya, mulai dari apa itu pubertas, ciri-cirinya, bagaimana cara merawat kesehatan reproduksi baik pada laki-laki dan perempuan, dan informasi tentang 1000 hari pertama kehidupan. Informasi 1000 hari pertama kehidupan memang diberikan agar mereka tahu info soal kehamilan lebih awal
Aku sehat. Informasi yang diberikan berupa peran gizi dan kesehatan, sepenting itukah gizi, apa masalah-masalah gizi, dan bagaimana pedoman gizi seimbang. Selain itu pada pilar ini juga dijelaskan soal permasalahn gizi pada remaja yang sering terjadi dan remaja diminta untuk kenali status gizi masing-masing. Hal terakhir adalah informasi tentang anemia yang juga sering terjadi pada remaja putri
Kredit : malangvoice.com |
Aku bertanggungjawab. Meski kasusnya tidak banyak, pernikahan saat remaja itu terjadi. Remana diminta untuk mengerti masalah-masakah yang akan terjadi saat pernikahan dini terjadi. Selain itu dalam pilar ini remaja diminta untuk memahami soal pembentukan karakter sebagai persiapan untuk dewasa kelak.
Mengangkat anak remaja sebagai Duta GESID
Program GESID aku rasa tidak main-main ya. Tidak hanya meluncurkan buku panduan, tapi juga memilih duta yang remaja. Ada 60 siswa yang ditunjuk menjadi Duta GESID di mana tetap didampingi oleh 20 guru. Selain itu buku panduan GESID sudah diuji keterbacaannya di 10 sekolah menengah akhir.
Tujuan dipilihnya remaja sebagai Duta GESID, agar pesan dalam program GESID tersampaikan dengan baik. Kenapa? Ya karena hanya antar remaja yang lebih paham bagaimana cara berkomunikasi satu sama lain. Kalau orang dewasa yang coba ikut campur dalam urusan remaja biasanya sulit didengar.
Sharla Martiza (Kredit : celebrity.okezone.com) |
Salah satu Duta GESID yang hadir dalam webinar adalah Sharla Martiza, juara The Voice Kids 2017. Masalah-masalah remaja saat ini memang jadi unik ya. Tak dipungkiri tiap orang punya idola, tapi ada beberapa remaja yang mengidolakan berlebihan. Ada yang sampai diet berlebihan agar postur tubuhnya mirip dengan idolanya. Tak sedikit juga yang pria terlalu ingin dilihat sporty sampai berolahraga berlebihan agar badannya sixpack.
Sebenarnya kalau caranya benar tak masalah, tapi jika berlebihan dan tidak memperhatikan kesehatan tubuh sendiri, malah jadi bahaya. Makanya duta-duta GESID akan berusaha maksimal agar remaja-remaja seusia mereka teredukasi dengan baik.
Comments