Sering mendengar frase Isi Piringku? Hem, sebagian orang pasti tahu karena kampanye yang dimulai dari Kementerian Kesehatan ini sudah digaungkan di mana-mana, mulai dari media sosial, workshop-workshop kesehatan di daerah-daerah, dan sosialisasi ke ibu-ibu begitu ke Posyandu.
Slogan Isi Piringku menggantikan 4 Sehat 5 Sempurna
Isi Piringku adalah acuan sajian sekali makan. Kampanye ini sudah diramaikan sejak tahun 2019 menggantikan kampanye 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat lima sempurna terngiang-ngiang sekali sejak kecil. Terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu adalah kombinasi sehat yang gizinya dibutuhkan tubuh, sebab mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, susu adalah penyempurnanya.
Kenapa harus berganti slogan?
Slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang aku tangkap maknanya, dalam setiap makan harus ada empat komposisi dan susu. Mengenai jumlahnya, aku bisa ambil nasi lebih banyak dengan sedikit sayur atau sebaliknya, atau sebebas-bebasnya kita saja. Seiring berkembangnya zaman, slogan itu jadi kurang relevan, sehingga bergantilah jadi Isi Piringku.
Slogan Isi Piringku mengatur komposisi keempat komponen yang ada di slogan 4 Sehat 5 Sempurna. Di dalam satu piring, sekali kita makan, itu ada sebanyak 30% makanan pokok (karbohidrat), 30% sayuran, 20% lauk-pauk, dan 20% buah-buahan. Jadi dalam setiap kita makan, bisa diatur sebanyak apa nasinya, lauknya, sayurnya, dan buahnya. Disesuaikan juga dengan sebanyak apa yang kita makan setiap hari.
Jadi sebenarnya, slogan Isi Piringku adalah perbaikan dari slogan 4 Sehat 5 Sempurna. Dengan pedoman Isi Piringku, harapannya semua orang tua baik ayah atau ibu yang memasak atau mengatur gizi keluarga sudah seharusnya mempertimbangkan dan melakukan saran dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Proporsi komposisi Isi Piringku
Seperti yang dibahas sebelumnya, dalam satu porsi makan, harus ada empat komponen, yaitu makanan pokok, sayur, lauk, dan buah. Makanan pokok yang mengandung karbohidrat persentasenya 30%, di mana sumbernya banyak sekali terdapat di tanah kita. Ada jagung, ubi, kentang, beras, sagu, dan lain-lain. Meski mayoritas orang Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok, di saat-saat tertentu, beras bisa disubtitusi dengan bahan pangan lain sebagai variasi.
Sebanyak 30% sayuran harus ada di piring kita. Sayur mengandung vitamin dan mineral, tentu sangat diperlukan tubuh. alangkah baiknya memang kalau mengonsumsi sayuran tidak hanya satu jenis agar kebutuhan vitamin dan mineral tubuh terpenuhi jika di salah satu sayuran tidak ada kandungan komponen tertentu. Kita bisa memanfaatkan menu salad yang Indonesia banget seperti gado-gado, pecel, dan karedok.
Kredit : pixabay.com/id/users/jerzygorecki-2233926/ |
Sementara itu lauk-pauk proporsinya hanya 20% di piring kita. Lauk ini adalah sumber protein bagi tubuh. manfaatkan sumber protein hewani dan nabati. Jadi lauk tidak harus berupa protein hewani, tapi bukan berarti dengan mengonsumsi protein nabati tubuh akan cukup ternutrisi. Protein hewani mengandung asam amino lebih banyak daripada protein nabati dan protein nabati mengandung isoflavon yang bagus buat tubuh.
Porsi buah juga 20%, tidak sebanyak sayur. Buah mengandung banyak vitamin dan mineral. Selain untuk memenuhi kebutuhan serat, tiap-tiap buah punya manfaat khusus, ada yang bisa mengobati penyakit. Di Indonesia ada banyak ragam buah-buahan, kita bisa pilih jenis yang mudah ditemui. Buah yang sistem perawatannya organik, manfaatnya akan lebih maksimal buat tubuh.
Memenuhi asupan gizi dengan Isi Piringku anak 4-6 tahun
Beberapa waktu lalu sempat ikut webinar Festival Isi Piringku Anak Usia 4-6 Tahun, Membangun Generasi Sehat melalui Edukasi Gizi Seimbang Sejak Dini, yang diadakan oleh Danone, bekerjasama dengan Universitas IPB dan Isi Piringku, di Channel Youtube Nutrisi Bangsa. Melalui webinar ini, harapannya bisa mengedukasi lebih banyak orang lagi tentang pemenuhan gizi pada anak untuk mencegah stunting.
Selama ini masalah gizi di Indonesia ada tiga yaitu, gizi buruk, gizi berlebih, dan defisiensi zat gizi mikro. Stunting sendiri di Indonesia menurun tahun 2019, sebanyak 27,7%, meski masih cukup tinggi di Asia Tenggara. Selama pandemi masalahnya sama, untuk kelompok balita dan ibu hamil cukup rentan karena kekurangan bahan pangan.
kredit : https://pixabay.com/id/photos/bayi-makanan-pengalaman-pertama-2423896/ |
Penyebab anak mengalami masalah gizi adala karena anak pilih-pilih makanan, susah makan, memberi susu dan selingan dekat dengan waktu makan, meniru ibu yang diet, menolak makan karena rasanya asing, bosan, suasana makan tidak menyenangkan, anak dipaksa makan karena belum lapar, anak iseng ingin mencari perhatian orang tua, anak sakit, dan lain-lain. Selain itu karena anak tidak suka sayur karena tidak ada rasa, penyajian sayur kurang menarik.
Ada piring dan tempat makan yang dilengkapi dengan stiker Isi Piringku. Piring itu bisa dipakai untuk mempermudah penyajian menu buat anak. Selain itu perlu menu yang bervariatif agar anak tidak bosan, buat suasana makan menyenangkan, sambil mengedukasi anak tentang pentingnya makan sayur kalau anak tidak doyan sayur, dikenalkan perlahan dengan jenis makanan lain, dan lain-lain.
Memenuhi asupan gizi pada anak dan keluarga sangat penting. Tujuannya agar sistem imunnya kuat, begitu ada penyakit tidak gampang sakit. Semoga kita selalu diberi kesehatan ya. Aamiin.
Comments