"Kalau pengen berusaha dan mimpinya terwujud, harus buka peluang. Jangan mau orang yang dateng ke kita tapi kitanya diem aja,” ungkap Yopi Saputra, stylist yang merangkap sebagai konten kreator.
Sebagai fashion stylist dan wardrobe, Yopi sudah pernah bekerjasama dengan beberapa fashion brands dan desainer Indonesia, salah satunya, yaitu Elzatta Hijab. Pada awal Maret-April 2021 lalu, ia bersama #Markamarie, agregator modest fashion Asia Tenggara yang berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Indonesia di Ankara, Turki mengerjakan proyek fashion show bertajuk “Introducing Indonesia”, di mana dalam acara itu menampilkan tujuh brand lokal modest dan non modest meliputi Elzatta, Wearing Klamby, Jawhara Syari, Tethuna, Medina Zein, Restu Pratiwi, dan Hwan Eco Ethnic.
Hasil karya Yopi Saputra bekerjasama dengan Elzata |
Tak hanya itu, Pria kelahiran Pariaman, 19 Oktober 1993 itu juga menjadi fashion stylist untuk acara Jakarta Sweet Ramadan yang diadakan oleh Bitersweet by Najla dan #Markamarie di Kalibata (30 April 2021) dan Modest Fashion Founder Fund (ModestFFFUND) di Pelataran Hutan Kota Senayan, Jakarta (5 Mei 2021). Itu hanya beberapa dari banyak kerjasama yang dia lakukan sejak tahun 2016.
Membuka jalan dengan mencari peluang dan kesibukan
Hasil Karya Yopi Saputra bekerjasama dengan Wearing Klamby |
Yopi bukanlah tipe orang yang diam di rumah saat libur akhir pekan. Ia harus memanfaatkan Sabtu dan Minggu untuk melakukan sesuatu. Usai resmi jadi sarjana Teknik Informatika, Universitas Nasional Pasim Bandung, kemudian ia bekerja di kota metropolitan terbesar di Jawa Barat.
Selama tiga tahun lebih ia sudah pernah gonta-ganti profesi, mulai dari Programmer, Quality Assurance, hingga Project Administrator di salah satu perusahaan IT di Bandung. Ingin melebarkan sayap, ia putuskan pindah ke Ibu Kota dan bekerja di sebuah perusahaan IT dengan profesi yang jauh berbeda dari profesi sebelumnya, yaitu sebagai content writer dan content writer multimedia.
Tersebab Yopi senang bergelut di dunia fashion, pekerjaannya di Jakarta tak jauh-jauh dari kesenangannya, ia tak sepenuhnya berkutat di dalam bilik kantor. Ia harus mencari talent untuk kebutuhan syuting, menjadi fashion stylist dan tim wardrobe.
Awal 2016, di sela-sela waktu libur, ia beranikan diri untuk datang ke Indonesia Fashion Week (IFW) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. “Waktu itu aku belum tahu liputan itu apa, di buku tamu ngaku-ngaku aja penulis dan mencantumkan email. Dari situlah emailku disebar oleh panitia dan diundang-undang ke acara fashion show lagi sebagai peliput,” ungkapnya.
Selain datang ke acara fashion show, Yopi juga mulai bergabung ke komunitas bloger karena memang sudah punya blog dan hobi menulis. Selama mengisi waktu akhir pekan, ia senang menjalaninya. karena bertemu teman baru, relasi baru, kemudian tanpa sadar kegiatan itu berlangsung terus-menerus dan membuka jalan masuk bertemu dan bekerja sama dengan desainer-desainer terkemuka di Jakarta.
Baca juga : Wesley Jubilant Rumuat : Jadi Desainer Awalnya Coba-coba
Mulanya ia meliput kegiatan pertunjukan fashion sebagai hal yang menyenangkan dan ia tulis di blog. Akhirnya setiap ada kegiatan pamer busana dari desainer-desainer, ia diundang. Ia pun tak sungkan mengirimkan pesan lewat Instagram kepada desainer-desainer agar diikutsertakan ketika ada kegiatan atau proyek.
Karena saking seringnya liputan, begitu diundang lagi Yopi kadang menerima bingkisan sebagai ucapan terimakasih dari desainer atau brand yang mengundang. “Kalau ngasih uang tergantung, tapi kalau desainer yang sudah dikenal biasanya kirim hampers ke rumah. Ada juga yang minta tulisan eksklusif dengan mengirimkan baju untuk direview. Padahal blogku masih blogspot loh, tapi mereka percaya sama aku,” ungkapnya berapi-api.
Tities Sapoetra adalah salah satu desainer yang Yopi suka, karena ia pernah mengirimkan baju barter datang ke acara fashion show-nya. Danjyo Hiyoji, fashion brand pria dan wanita yang didirikan oleh Dana Maulana dan Liza Masitha, pun jika kirim undangan berupa scarf, pun brand Mandja Hijab dari Ivan Gunawan suka kirim undangan fashion show-nya. Sementara itu untuk brand Wardah Cosmetics pernah memberikan produknya, “Kalau ditotal bisa sejutaan,” ungkapnya.
Suka duka menjadi fashion stylist dan wardrobe
Hasil karya Yopi Saputra untuk acara Jakarta Sweet Ramadan |
Pandemi memang jadi tantangan besar bagi banyak orang di berbagai belahan dunia termasuk Yopi. Perusahaannya terancam bangkrut karena terdampak pagebluk. Sebagian karyawan terpaksa harus diberhentikan, ia pun memilih mundur dari pekerjaannya. Beruntung ia sudah membuka jalan sebagai fashion stylist dan wardrobe dengan membangun relasi sebelumnya.
Yopi bersyukur dikenal banyak orang termasuk yang bekerja di majalah. Tanpa disadari teman-temannya membantu promosikan dirinya ke calon klien barunya. “Mending kamu pake anak baru aja, meski bayarannya murah, hasilnya bagus kok,” kata Yopi mengulang perkataan temannya. Dari situ kepercayaan orang padanya pun bertambah.
Baca juga : Laras Anggraini Tak Menyangka Omzetnya Naik Enam Kali Lipat
Sambil mencari pekerjaan baru yang sesuai, ia masih bisa hidup dengan proyek-proyek yang terus berdatangan. Sebagai junior stylist dan assistant stylist ia mendapatkan upah sejumlah 500ribu sampai sejuta untuk setiap proyeknya, belum termasuk dari sponsor. Dalam sebulan maksimal ia memegang tiga pekerjaan, saat masih bekerja di perusahaan IT, ia bisa mendapatkan lebih dari lima proyek.
Untuk keperluan pemotretan dan acara biasanya ia menentukan bagaimana mood, make up, bentuk acara, apa yang mau di-highlight, pinjam baju ke desainer sekaligus mengembalikannya seperti keadaan saat dipinjam, dan bagaimana menjelaskan keinginan desainer ke fotografer. “Ada desainer yang hanya mau ngelaundry di tempat mahal lho. Sekali cuci ada yang 500ribu sampai satu juta karena menggunakan bahan kimia khusus,” ungkapnya.
"Saat ini paling banyak menghasilkan uang ya dari profesi fashion stylist dan networking. Uang bagi aku butuh, tapi networking bagi aku yang masih junior itu lebih penting. Aku percaya uang bakalan ngikutin,” kata Yopi Saputra.
Yopi mengaku bahagia bekerja di dunia fashion karena dikenal brand, bila ada hajatan diutamakan, bahkan ia diberi tempat duduk di barisan depan, sejajar dengan artis dan orang terkenal lain. Belum lagi saat karyanya dihargai, ada nama-nama yang di-mention sehingga menambah ketenaran dan portofolio.
Selain itu, Yopi pun puas ketika bekerjasama dengan beberapa brand modest salah satunya, yaitu #Markamarie. Mereka adalah orang-orang yang sepenuhnya percaya. Setiap yang ia kerjakan langsung disetujui. “Berbeda dengan brand atau desainer lain yang kadang agak rewel,” lanjutnya. Selain itu, ia merasa bangga bisa bekerjasama dengan para model yang biasa wara-wiri di panggung fashion week.
Meski begitu, Yopi juga mengalami beberapa duka saat menjalani profesi itu. Menurutnya ada brand dan klien yang permintaannya sangat banyak, ingin terlihat ‘wah’, tapi tidak mengerti yang dimaksud ‘wah’ itu seperti apa. Begitu diberi saran, klien keras kepala atas permintaannya yang tidak dimengerti. Pengalaman lain, saat pinjam aksesori ke desainer terkenal untuk keperluan syuting, ada bagian yang hampir lepas. “Kebayang kalo rusak harus ganti, dicicil karena harganya sangat mahal,” ungkapnya.
Belum lagi jika Yopi harus meminjam baju ke desainer tertentu. Ia sudah mengirimkan email dan diminta datang ke toko. Begitu tiba dipersulit. Menurutnya, stylist baru sering dipandang sebelah mata, karena penampilannya kurang bergaya. Begitu atasannya bertindak langsung, peminjaman baju pun langsung diproses.
Suka duka ia jalani profesi fashion stylist dan wardrobe dengan baik. Di sisi lain ia juga masih mencari pekerjaan kantoran karena ia tak mau menyisakan hari kosong tidak melakukan kegiatan apapun. (Kredit foto : Yopi Saputra)
Comments
Kereen deh! Si inspiring ❣️