Sore itu Situbondo masih memasuki musim hujan yang sendu. Aku yang selalu merasa kesepian sejak memutuskan pulang ke kampung akhir Agustus 2021 lalu, makin merasa sunyi. Hal yang utama karena aku belum siap untuk pulang dan menetap kembali di sini. Kepulanganku ibaratnya sebuah keharusan meski hati punya banyak mimpi yang masih ingin dikerjakan, tapi terhalang pandemi.
Daripada galau, akhirnya kuputuskan untuk eksplorasi daerah terdekat dari rumah untuk menghilangkan bosan. Berbekal Google Maps cari "Tempat Wisata Situbondo", muncullah nama Air Terjun Banyu Urip. Cari yang terdekat sebab sudah sekitar pukul tiga sore.
Salah satu tempat wisata Situbondo yang wajib didatangi sih
Air terjun itu terletak di Alassumur, Balung, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Perjalanan menggunakan motor kira-kira hanya 25 menit, sejauh 14 km. Sepanjang perjalanan, au berpapasan dengan banyak orang yang tidak kukenal. Aku bernyanyi saat melewati jalan sepi. Angin-angin menghiburku dengan membelai pipiku yang penuh dengan rambut. Sesekali pemandangan sawah yang luas menggodaku.
Baca juga: Distribusi penjual tajin palappa bisa kamu temui di sini
Tak sulit untuk sampai ke lokasi tempat wisata Situbondo itu yang ditunjuk peta. Aku tiba di sebuah jalan buntu, ada jembatan kayu dengan sungai yang airnya jernih. Di peta tampak titik-titik yang membentuk garis, artinya aku harus parkir motor dan berjalan kaki. Udara kian sejuk, karena datarannya mulai meninggi. Cukup takjub karena au pikir di Situbondo semua wilayahnya panas dan gerah, ternyata ada juga yang sesejuk ini, seperti sedang berada di Jember atau Malang.
Setelah melewati jembatan, ada kawasan pekuburan yang membutuhkan pijakan kakiku. Jalan setapak dengan pepohonan dan semak-semak mengingatkanku saat mendaki gunung Argopuro saat masih jadi anak SMA dan beberapa kali naik ke Gunung Agung. Udara berisi uap air sejuk menemani perjalananku mendaki daratan yang kian meninggi perlahan. Kesejukan itu meski menghilangkan kesedihanku sejenak, tapi tak mampu mengabaikan keringat yang mengucur deras dibantu dengan napas ngos-ngosan karena tidak pernah berjalan kaki jauh. Harap mahfum, kegiatanku sepanjang hari lebih banyak duduk, entah duduk di kursi, kasur, lantai, atau pun di atas motor.
Air Terjun Banyu Urip, Makin gelap dan makin ngeri
Aku mengira karena lokasi salah satu tempat wisata Situbondo itu dekat dengan pemukiman, akan ada orang lalu lalang dan setidaknya ada beberapa orang, nyatanya tidak. Aku hanya berpapasan dengan seorang ibu yang menggotong setumpuk kayu di kepalanya dan menemukan seorang bapak yang bekerja di ladangnya. Kepada keduanya, aku bertanya, “Air terjun masih jauhkah?” Mereka pun kompak menjawab, “Sudah dekat”. Aku diminta tetap berjalan ikut jalan setapak. Memang tak jauh sih sebenarnya, tapi buat aku yang tak terlalu banyak kegiatan dan jarang berolahraga, terasa jauh dan melelahkan. Ditambah lagi aku berjalan seorang diri tanpa ada kawan yang bisa diajak berdiskusi juga bersenda gurau.
Sekitar 10-15 menit dari tempat motor diparkir, aku tiba di Air Terjun Banyu Urip. Aku agak terkejut karena di dalam bayanganku air terjun adalah sekumpulan air sungai yang jatuh dari atas tebing tinggi. ternyata Air Terjun Banyu Urip tidak seperti itu, maksudnya tidak setinggi yang ada di bayanganku. Karena tidak sesuai ekspektasi, aku sampai harus memastikan apakah ada jalan lain lagi menuju ke tempat air terjun yang benar-benar dari tebing tinggi. Nyatanya tidak ada.
Sebenarnya yang bikin aku terkejut bukan hanya ekspektasi, tapi begitu
masuk ke lokasi, kanopi pepohonan besar membentuk payung, seolah matahari tidak
diperkenankan untuk tembus sampai ke dasar. Antara takjub tetapi begidik karena
aku merasakan aura-aura mistis seperti sedang makan donat kismis yang nyangkut
di kumis tipisku. Aha.
Ya, sebenarnya aku takut berlama-lama di tempat itu seorang diri, hanya berteman dengan bau napas sendiri. Aku hanya mengambil beberapa gambar dan video. Bahkan aku tak berani menyentuh airnya. Padahal aku sangat ingin membasahi tubuhku dengan air sejernih itu, tapi tak berani. Takut kesurupan, takut ada ular, takut ada binatang lain yang mengerikan, takut tidak bisa kembali pulang dengan nyawa.
Baca juga: Foto-foto di hutan lindung Kendit
Waktu sudah menunjukkan bahwa malam akan segera tiba. Kuputuskan untuk kembali dari salah satu tempat Wisata Situbondo itu dan berjanji pada diri sendiri bahwa “tidak akan ke sini kalau sendirian. Harus bersama setidaknya seorang teman (kalau ada) untuk menemani.”
Perjalanan pulang, seperti biasa terasa lebih cepat dibandingkan saat perjalanan datang ke Air Terjun Banyu Urip. Tempat wisata mana lagi yang menyenangkan untuk kudatangi seorang diri di Situbondo?
Comments