Zaman sekarang sudah cukup jarang orang menderita kusta, apalagi bila kita sangat menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan, tapi bukan berarti kita semua akan bebas dari penyakit, termasuk kusta. Di Indonesia, menurut data WHO Tahun 2020, jumlah ksus kusta ada di peringkat ketiga terbesar di dunia, sebanyak 8%.
Kusta atau lepra merupakan penyakit yan disebabkan oleh infeksi bakteri Micobacterium leprae, di mana memang bisa menular lewat percikan cairan dari saluran pernapasan (ludah, dahak) yang keluar saat batuk dan bersin. Kita baru akan tertular bila terpapar terus selama 24 jam dalam jangka waktu lama. Untuk itulah, keluarga yang satu rumah sangat rentan terkena penyakit kusta.
Aku, Uwan Urwan, kebetulan melihat live streaming di Youtube Ruang Publik KBR, bertema “Makna Kemerdekaan Bagi OYPMK Seperti Apa?”. Sebagai tambahan informasi, OYPMK adalah kepanjangan dari orang yang pernah menderita kusta, para penyintasnya. Narasumbernya adalah Dr. Mimi Mariani Lusli, Direktur Mimi Institute dan Marsinah Dhede, orang yang pernah menderita kusta dan aktivis difabel dan perempuan. Aku rangkum bahasan mereka lewat tulisan ini.
Penderita kusta bisa cacat
Bakteri penyebab kusta (kredit: microbenotes.com) |
Inilah perlunya edukasi mengenai kusta ke masyarakat. Seringkali kita sendiri abai terhadap gejala-gejala aneh yang terjadi dalam tubuh. Selama dianggap masih bisa makan, tertawa, dan melakukan aktivitas lain, kita selalu menganggap tidak apa-apa sampai gejalanya parah dan kita cacat. Cacat kusta terjadi karena gangguan pada fungsi saraf pada mata, tangan, atau kaki. Jika parah, kerusakan akut juga bisa berpengaruh pada organ lain ahirnya cacat permanen. Cacat-cacat yang biasa terjadi pada penderita kusta, yaitu tangan dan jari bengkok, kerusakan pada kornea mata, atau kelopak mata tidak bisa menutup dengan sempurna.
Pengobatan kusta gratis
Pemerintah sudah menyediakan pengobatan untuk kusta, gratis. Biasanya lewat Puskesmas terdekat. Kusta bisa disembuhkan tapi memang harus tepat dan tuntas. Untuk penderita kusta kering, obat perlu diminum selama enam bulan, sementara kusta basah harus meminum obat selama satu tahun. Pemerintah dan organisasi terkait selalu melakukan kampanye untuk edukasi masyarakat tentang kusta, juga menginfokan bahwa pengobatannya gratis, seperti webinar yang diselenggarakan oleh KBR bulan ini dan awal tahun 2022 yang aku ikuti.
Baca juga: Pengobatan kusta gratis
Jangan diskriminasi penderita kusta
Siapa sih yang tidak takut tertular penyakit dari orang terdekat? Semua takut, tapi semua penyakit pasti bisa disembuhkan. Diskriminasi penderita kusta sebenarnya sudah dari dulu dilakukan masyarakat. Diskriminasi ini juga tida hanya terjadi pada penderita kusta, tapi kepada orang yang pernag menderita kusta. Stigma masyarakat masih melekat dan membuat penyintas harus menarik diri dari masyarakat. Yang harus kita lakukan adalah tidak melakukan itu. Jika semua orang sakit, mendapat dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar, insyaAllah jadi semangat berobat dan cepat sembuh.
Edukasi penderita, keluarga, dan tetangga bahwa kusta itu bisa sembuh
Saking sudah melekatnya stigma masyarakat tentang kusta dan hal itu terus berkembang dari generasi ke generasi, orang sudah tida berpikir bahwa penyakit itu bisa sembuh atau tidak. yang mereka yang penting tidak perlu mendekat.
Kusta menyebabkan mati rasa pada kulit, termasuk tidak bisa merasakan panas, sentuhan, tekanan, dan nyeri. Kulit juga tida berkeringat, terasa kaku dan kering, terdapat bercak pucat, dan lain-lain. Gejala yang dialami penderita bisa berbeda tergantung tingkat keparahannya. Intinya, bakteri Micobacterium leprae menyerang sistem saraf yang menyebabkan kehilangan sensasi rasa, termasuk nyeri.
Baca juga : Hilmiyyah melewati fase yang berat selama bertahun-tahun karena anakanya Sindrom Down
Meski begitu, penyait kusta bisa sembuh dengan penanganan yang tepat. Jika merasakan gejalanya, lebih baik periksakan ke dokter. Atau jika sudah tahu kalau sait kusta tapi tida mau berobat, berikah edukasi kepada penderita dan keluarga agar segera memeriksakan diri dan keluarga.
Edukasi keluarga bahwa kusta tidak sembarangan menular
Armadillo adalah salah satu hewan pembawa penyakit kusta (kredit: National Geographic) |
Seperti yang sudah kuberi tahu di atas, kusta menular lewat percikan cairan dari saluran pernapasan (ludah dan dahak). Proses penularannya tidak terjadi langsung seperti Covid 19 atau penyakit lain, tapi biasanya menular kepada orang lain karena terus-menerus bersama dalam jangka waktu lama. Perlu waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubu penderita. Kusta tidak akan menular hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau berhubungan seksual dengan penderita. Juga tidak menular dari ibu ke bayinya. Namun risiko tertular akan meningkat jika kita berkunjung atau tinggal di kwasan endemik kusta atau daya tahan tubuhnya terganggu.
Mengeduksi masyarakat lewat blog atau platform medsos
Tiap orang punya kemampuan masing-masing. Sementara ini, aku punya platform blog dan media sosial yang bisa dimanfaatkan. Untuk edukasi masyarakat yang bisa menjangkau lebih banya orang lagi, platform-platform yang beriringan di dalam teknologi saat ini memang bagus untuk dimanfaatkan. Aku berharap semua tulisan-tulisanku di blog ini membantu banyak orang, menyadarkan, menginspirasi, memberi pengetahuan, dan lain-lain. Yuk, pakai cara kamu sendiri!
Comments