Perubahan lahan gambut menjadi kebun sawit menyebabkan emisi total potensial antara 11 sampai 21 ton kg CO2 per hektar per tahun dan kerusakan lingkungan yang hanya dapat dikembalikan normal seperti semula dalam 200 sampai 560 tahun ke depan. Perubahan iklim sudah menjadi momok krisis iklim akibat efek rumah kaca. Salah satunya disebabkan oleh kebakaran lahan gambut. Sebenarnya apa fungsi dari tanah gambut?
Alih fungsi lahan gambut memperparah krisis iklim
Sebagian besar lahan dan hutan gambut di Indonesia kini mengalami kerusakan sangat parah sebagai akibat kegiatan manusia yang kurang berwawasan lingkungan, seperti pembukaan dan pembakaran lahan gambut dalam rangka persiapan lahan untuk pertanian maupun perkebunan, penebangan hutan gambut yang tidak terkendali untuk diambi kayunya, pembangunan saluran/parit untuk tujuan drainase dan irigasi pertanian maupun sebagai sarana trasportasi, serta pembukaan/konversi lahan gambut untuk pertanian, perkebunan industri, pemukiman, dan sebagainya. Itu aku kutip dalam riset yang dilaukan oleh Soni Sisbudi Harsono, dari Faculty of Agriculture and Holticulture, Humboldt-Universitat zu Berlin, Jerman dan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember.
Kredit: pantaugambut.id |
Lewat website pantaugambut.id aku juga mengutip bahwa lahan gambut di Indonesia menyimpan sekitar 57 gigaton karbon atau 20 kali lipat karbon daripada tanah mineral biasa. Harap mahfum, lahan gambut di Indonesia merupakan yang terbesar ke-4 di dunia setelah Kanada, Rusia, dan Amerika Serikat. Data itu juga aku dapatkan dari webinar gathering online bersama Eco Blogger Squad bersama Ola Abas, Koordinator Nasional Pantau Gambut, yang membicarakan tentang apa fungsi dari tanah gambut dan apa penyebab krisis iklim. Dan aku, Uwan Urwan, adalah salah satu anggota komunitas Eco Blogger Squad yang rutin setiap bulan mendapat pengetahuan soal lingkungan.
Apa fungsi dari tanah gambut? Cadangan karbon yang tersimpan di dalam wilayah gambut akan terlepas ke udara jika dikeringkan atau dialihfungsikan, sebab gambut menyimpan sekitar 30% karbon dunia. Di Indonesia luas area gambut mencapai 13,43 hektar dan diperkirakan bisa menyimpan sampai 57,4 Gigaton karbon. Sayang sekali alih fungsi lahan masih terus terjadi di Indonesia dan kebanyakan menggunakan teknik pengeringan, pembakaran, dan deforestasi sehingga melepaskan cadangan karbon ke atmosfer. Diperkirakan, proses pembakaran area gambut melepas 477,2 ton karbon per hektar, juga melepaskan gas rumah kaca, seperti metana (CG4), gas rumah kaca yang 21 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida.
Baca juga: Kebakaran hutan di Indonesia sengaja dilakukan
Alih fungsi hutan gambut biasanya dilakukan secara masif dengan mengubahnya menjadi lahan yang ditanam bibit kelapa sawit. Kemudian lahan-lahan itu menjadi kebun sawit Kalimantan, kebun sawit Sumatra, kebun kelapa sawit Bogor, kebun kelapa sawit Riau, dll. Sebenarnya tidak masalah jika Indonesia mau membuat kebun sawit Kalimantan dan di mana pun, tapi kebanyakan teknik yang dilakukan untuk mengubah hutan alami biasanya merusak lingkungan dan berdampak besar pada efek rumah kaca secara global.
Saat ini Indonesia menjadi produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia menurut data dari United State of Departement Agriculture (USDA). Setelah Indonesia, ada negara Malaysia, Thailand, Kolombia, Nigeria, Guatemala, dan Papua Nugini. Tak heran penanaman bibit kelapa sawit kebun sawit Kalimantan, kebun sawit Sumatra, kebun kelapa sawit Bogor, kebun kelapa sawit Riau, dan di tempat lain cukup masif. Ditambah lagi permintaan minyak kelapa sawit dunia terus meningkat.
Apa fungsi dari tanah gambut?
Mayoritas wilayah gambut di Asia Tenggara ditemukan di Indonesia seluas 21 juta hektar menurut data Westland International tahun 2005 dan sebagian besar terletak di Pulau Sumatra, Riau, Kalimantan, dan sebagian kecil di Sulawesi. Area gambut terbentuk dari material organik, seperti serasah, ranting pohon, akar pohon, dan kayu yang tidak terdekomposisi atau tidak membusuk sempurna dan lambat. Itu menyebabkan penumpukan dan membentuk lapisan gambut.
Proses pembentukannya pun berlangsung selama ratusan sampai ribuan tahun, sejak adanya cekungan di daratan yang sangat luas, kemudian mengalami pendangkalan akibat adanya tumbuh-tumbuhan yang terus tumbuh, kemudian mati, dan menumpuk di dasar. Gambut sedalam empat meter membutuhkan waktu sekitar 2000 tahun untuk pembentukannya.
Selain sebagai penyimpan karbon, area gambut merupakan habitat alami berbagai makhluk hidup, mulai dari mikroorganisme sampai organisme yang berukuran sedang sampai besar. bisa dibilang biodoversitas di hutan gambut cukup tinggi dan menjadi sumber pangan dan pendapatan masyarakat sekitar.
Baca juga: Warga Tebet Timur bangun PAL Komunal untuk dapat air bersih
Area gambut yang dimanfaatkan dengan bijak mampu menahan laju perubahan iklim. Karbon dan gas rumah kaca tidak terlepas bebas ke atmosfer; ekosistem terjaga; spesies-spesies endemik tidak hilang; kebutuhan pangan, air, dan udara bersih tidak rusak; masyarakat sekitar tidak perlu risau ada banyak hewan liar lari ke pemukiman karena habitatnya terjaga; dan lain-lain.
Jika yang terjadi sebaliknya, selain karbon dan gas rumah kaca lepas; tanah tercemar karena kandungan mineral tanah yang beracun seperti FeS2 akan teroksidasi jika bertemu dengan udara (oksigen); aktivitas dan kesehatan masyarakat terganggu karena ada bencana asap, banjir, dan berefek terganggunya ke sektor lain (seperti transportasi, ekonomi, pertanian, perkebunan, pendidikan, dan lain-lain); juga kehilangan kekayaan hayati, seperti rusaknya ekosistem, mempersempit kehidupan satwa liar, punah flora fauna endemik, dan tentu berimbas ke kehidupan masyarakat juga.
Kenyataannya, oknum-oknum yang hanya memikirkan keuntungan secara ekonomi saja, dengan sengaja merusak habitat organisme. Kebakaran area gambut menyebabkan kabut asap yang bisa bertahan berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Itu meningkatkan efek rumah kaca sekaligus mengganggu masyarakat sekitar di berbagai sektor. Tak sedikit masyarakat meninggal karena infeksi saluran pernapasan. Juga hewan-hewan terperangkap kobaran api dan mati.
Apa yang harus kita lakukan?
Sebenarnya tidak sulit untuk menghentikan alih fungsi area gambut di Indonesia. Hanya saja kita perlu lebih banya orang lagi yang peduli dan bersama-sama melakukan gerakan ini, seperti
- Terus menyebarkan informasi bahwa hutan gambut itu penting untuk dijaga dan dilestarikan
- Ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemulihan area gambut. Jika tidak bisa berpartisipasi langsung, bisa dengan bantuan dana, bantu menyebarkan informasi komunitas yang peduli terhadap wilayah gambut di media sosial
- Tetap konsisten menyuarakan tentang isu apa fungsi dari tanah gambut, perlindungan lahan gambut dan membatasi dan mengurangi penggunaan produk yang dihasilkan dari perkebunan sawit, seperti minyak kelapa sawit, kosmetik, dan lain-lain. Juga tidak menyediakan bibit kelapa sawit.
- Mensubtitusi produk-produk dari perkebunan sawit dan turunannya dengan produk lain yang ramah lingkungan. Misalnya mulai mengganti minyak kelapa sawit dengan minyak kelapa atau lebih banyak merebus makanan. Dengan begitu permintaan pasar berkurang, permintaan bibit kelapa sawit berkurang, hutan yang kemungkinan akan direncanakan dialihfungsikan tidak jadi.
- Ikut mendorong pemerintah untuk bijak dan peduli terhadap keberlangsungan hutan gambut di Indonesia dan berhenti mengubah hutan jadi kebun sawit Kalimantan, kebun sawit Sumatra, kebun kelapa sawit Bogor, kebun kelapa sawit Riau.
Yuk kita bergerak bersama untuk bumi yang lebih baik. Untuk kita juga.
Comments