Semanggi, makanan khas Surabaya. Keningku mengernyit begitu menggeser-geser layar gawai dan terhenti pada kata kunci itu. Lantas aku mencari tahu, makanan apa itu. Setahuku semanggi adalah tanaman biasa ditemui di sawah. Kalau makanan khas Surabaya, yang aku tahu pun hanya lontong balap sama lontong kupang. Iya gak sih?
Ternyata makanan semanggi yang dimaksud adalah pecel semanggi. Sayurnya memang dari tanaman semanggi ditambah kecambah. Biasanya disajikan tanpa nasi sebab sumber karbohidratnya sudah ada di dalam bumbunya. Bumbunya memang agak berbeda dibandingkan pecel biasa, ada tambahan kentang dan ubinya. Semanggi dan kecambah yang direndam dalam air panas sampai layu kemudian dihidangkan ke dalam daun yang sudah dipincuk kemudian disiram bumbu dan ditambah kerupuk puli atau gendar.
Semanggi, kuliner khas Surabaya nyaris terancam punah
Meskipun khas Surabaya, pecel semanggi sulit ditemukan, sebab penjualnya sedikit. Zaman dulu, pecel semanggi sering dijajakan oleh pedagang keliling, menjadi makanan yang selalu dinantikan untuk disantap. Seiring perkembangan zaman, ragan makanan kian banyak. Kian variatif sehingga makanan lama tersingkir.
Tak hanya itu, sulitnya menemukan tanaman semanggi juga jadi salah satu penyebabnya. Masyarakat sudah menganggap tanaman semanggi sebagai gulma. Wajar jika tak ada yang membudidayakan. Namun untuk mempertahankan makanan legendaris itu, Athanasius Suparmo, membudidayakan semanggi di lahan kosong.
Pemanfaatan lahan kosong di lingkungannya menjadi punya banyak manfaat, yaitu melestarikan kekayaan alam, melestarikan budaya, memberi nilai lahan kosong menjadi berdaya, menginspirasi, masyarakat sejahtera, sekaligus menjadi pemicu datangnya dukungan dari Astra dan dari banyak pihak. Kemudian kampung itu diberi nama Kampung Berseri Astra Semanggi atau Kampung Semanggi Surabaya.
Athanasius yang kini menjadi kepala di Kampung Semanggi Surabaya tak hanya senang. Bersama dengan warga sekitar, ia membuat kampung lebih kian berdaya. Hal itu sesuai dengan empat pilar Astra, yaitu untuk Indonesia hijau, cerdas, kreatif, dan hijau. Dengan mengangkat tema makanan semanggi sebagai potensi terbaik Surabaya, peningkatan pendapatan masyarakat di kampung Athanius cukup signifikan, juga karena ada pembinaan UMKM untuk mengeksplorasi lebih dalam potensi Kampung Semanggi Surabaya.
Kampung Bersemi Astra Semanggi dipilih langsung oleh Astra untuk diberdayakan
Kampung Semanggi Surabaya berbeda dengan KBA di tempat lain yang harus mendaftarkan diri. Kampung Bersemi Astra Semanggi sengaja dipilih oleh Astra Group sebab semanggi sudah menjadi ikon kota Surabaya dan prihatin dengan keberadaannya sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Tak hanya didukung oleh Astra, Kampung Bersemi Astra Semanggi, Athanius juga didukung oleh Universitas Wijaya Putra. Selain karena dekat, juga karena punya visi misi sejalan. Universitas Wijaya Putra memberikan dukunga literasi agar masyarakat bisa lebih memahami dan bisa membuat aneka olahan dari tanaman semanggi.
Berkat adanya Kampung Berseri Astra Semanggi di Surabaya, tanaman semanggi lestari, pedagangnya pun bertambah. Berkat Athanasius dan dukungan banya pihak, kini ada sekitar 300 penjual semanggi. Tak semuanya jadi pedagang semanggi, sebagian warganya menjadi petaninya, menanam, merawat, sampai memanen semanggi.
Tak hanya Athanasius yang menanam semanggi, tapi warga lain juga. Rata-rata petani menggarap lahan seluas 450 m2. Meski tak semuanya punya lahan sendiri, menyewa adalah jalan lain untuk mengembangkan semanggi. Panen semanggi biasa dilakukan setiap bulan, di mana yang dipanen adalah yang masih muda. Daun semanggi yang sudah tua lebih keras teksturnya sehingga kurang disukai. Daun semanggi yang dipanen sebagian dikeringkan agar bisa disimpan dalam jangka waktu lebih lama.
Kini semanggi tak hanya bisa dinikmati dalam bentuk pecel, tapi juga dalam bentuk semanggi siap saji, stik semanggi, bolu semanggi, pasta semanggi, dan lain-lain. Semoga di daerah lain juga mengembangkan potensi di daerahnya.
Comments