Sebuah ketidaksengajaan sebenarnya menemukan plang bertuliskan Benteng Portugis di sebuah gang di Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Aku memang terbiasa setiap beberapa hari sekali ke Panarukan beli ikan, entah di Pasar Panarukan atau di tempat jual ikan saat sore. Menuju jalan pulang lewat jalan yang tak pernah dilewati sekalian melihat-lihat sekitar.
Begitu melihat plang Benteng Portugis kuberanikan untuk masuk ke gang tersebut. Celingak-celinguk, tak kutemukan sebuah benteng, hanya Kuburan Kilensari, di utara ada persawahan dan banguan kayu yang tinggi, entah untuk apa itu. Putus asa, aku memutuskan pulang. Lain kali saja mencari benteng peninggalan Belanda itu. Lagipula aku mungkin akan lama tinggal di Kabupaten Situbondo.
Benteng Portugis ada di dalam Kuburan Kilensari, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo
Masih penasaran tapi tidak mau terjebak kedua kalinya, beberapa bulan kemudian (pertengahan Januari 2023) kubukalah aplikasi Maps. Berniat mengunjungi dua lokasi, Savana Mini Panarukan dan Benteng Panaroekan yang tak lain dan tak bukan adalah Benteng Portugis. Cerita tentang Savana Mini Panarukan akan aku posting di tulisan lain ya.
Aku masuk gang di tepian Sungai Sampean di Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Tujuan utama sebenarnya ke Savana Mini Panarukan, tapi karena lokasi terdekat adalah benteng peninggalan Belanda itu, aku memanfaatkan Maps untuk mengarahkanku. Ternyata, benteng peninggalan Belanda itu ada di dalam Kuburan Kilensari. Betapa bodohnya aku waktu itu tidak menyadari ada tulisan di tembok Kuburan Kilensari.
Pantas saja sih aku tidak menyadari keberadaan Benteng Panaroekan karena memang sudah tidak berbentuk benteng. Berupa tembok tak berkulit, batu bata terlihat dan tak tampak menjulang. Berbeda dengan bayanganku, namanya benteng, harusnya tinggi, minimal dua atau tiga meter-lah.
Aku coba jelajahi, Benteng Panaroekan kira-kira setebal 60 cm, tingginya variatif, di dekat pintu masuk kuburan, tingginya sekitar setengah meter, makin ke utara makin tinggi dan posisi tanah semakin rendah. Tinggi benteng peninggalan Belanda itu berbeda karena ada perbedaan ketinggian tanah. Aku juga tidak tahu apakah sebenarnya dulu Benteng Panaroekan ini tinggi kemudian tertimbun tanah selama berpuluh-puluh tahun. Sehingga menyebabkan benteng itu sebagian tertutup tanah.
Benteng Portugis atau Benteng Panaroekan ini adalah benteng peninggalan Belanda
Begitu aku coba cari tahu via Google, oleh masyarakat setempat dijuluki Benteng Loji Belanda selain itu juga disebut De Fortes Van Pannaroekan. De Fortes Van Pannaroekan adalah situs sejarah yang diduga peninggalan penjajah Belanda.
Bingung gak? Iya, aku bingung. Namanya Benteng Portugis tapi peninggalan Belanda. Aku awalnya mengira benteng itu peningalan Portugis. Bentengnya juga berbentuk segitiga termasuk di ujungnya, tapi aku merasa tidak ada bentuk segitiga-segitiganya. Begitu aku cek foto-foto kiriman orang di Google Maps, oh yang dimaksud ujungnya berbentuk segitiga seperti itu (lihat gambar).
Akun Google yuli na memberi ilustrasi bentuk dan posisi Benteng Loji Belanda tampak atas. Mungkin awalnya benteng tersebut memang berbentuk segitiga. Tersebab perang, bencana alam, dan lain-lain, ada bagian-bagian yang rusak, hilang, atau tertimbun tanah. Akun yuli na juga memosting foto lukisan yang diperkirakan merupakan gambaran De Fortes Van Pannaroekan. Tampak bangunan tinggi, memanjang yang berpagar. Di depan bangunan tersebut adalah tanah luas yang dipenuhi rumput/padi dan dibelah oleh jalan besar. Aku membayangkan Benteng Loji Belanda jika direstorasi akan jadi bangunan yang mengagumkan dan menarik banyak wisatawan.
Sebagai peninggalan sejarah, De Fortes Van Pannaroekan atau Benteng Loji Belanda itu ya kini seperti tembok tua biasa yang kulitnya terkelupas. Tembok itu juga terletak di kuburan dan tidak terawat. Bagi orang yang tak terlalu peduli dengan kisah di balik Benteng Panaroekan, ya tentu saja bukan sesuatu yang menarik untuk didatangi. Kabupaten Situbondo akan kembali berjaya seperti dulu.
Meskipun layak untuk diperbaiki, aku rasa akan jadi PR sekali kalau mau dijadikan tempat wisata. Selain karena lokasi Benteng Loji Belanda yang ada di dekat pemukiman warga, di tengah kuburan Kilensari, di tepi sawah, sekaligus di tepi Sungai Sampean, De Fortes Van Pannaroekan, harus diperhitungkan dengan baik agar tidak asal diperbaiki, seperti Monumen Anyer-Panarukan 1000 KM yang menurutku gagal. Ya bagus, tapi gagal. Estetika monumen yang jadi minus karena di belakang monumen ada rumah warga.
Comments