Perjalanan menuju Pantai Cemara, salah satu pantai Situbondo yang letaknya di Kota Beda, Peleyan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, akan jadi jejak baru bagiku. Dengan motor yang sebenarnya milik bapak, aku hanya perlu 10 menit melalui Jalan Raya Pantura, kemudian berbelok ke utara tepat di Monumen 1000 km Anyer Panarukan. Google Maps menjadi panduanku dan aku tiba di sebuah jalan tanpa aspal yang ditutup palang bambu. Di kanan kiri adalah tambak bertembok, artinya tambak Situbondo itu milik perusahaan. Memang banyak sekali tambak Situbondo yang dimiliki perusahaan. Aku belum menelusuri apakah itu perusahaan asing atau lokal.
Lihat Pantai Cemara Situbondo bikin emoh
Untuk tiba ke Pantai Cemara, kakiku diminta berjalan melewati jalan setapak dengan pemandangan tambak tanpa tembok. Aku menduga tambak tanpa tembok itu adalah milik warga sekitar. Tambak Situbondo tersebar di sepanjang garis pantai di Kabupaten Situbondo.
Sinar mentari sore menggoda di antara semak dan rumput yang saling terkibar-kibar angin. Pantulan cahaya di tambak pun menjadi aksesoris senja. Beberapa kali aku berhenti untuk memotret kemolekan itu. Tak lama, ada seekor kepiting yang berlari mendengar derap langkah. Aku meyakinkannya bahwa aku bukan orang jahat yang akan menyakiti, ia pun berhenti seraya awas dengan dua capit siaga. Saat aku berhenti dan memotretnya, ia tak banyak bergerak. Tampaknya ia mengerti bahwa aku hanya mengagumi kecantikannya.
Aku melanjutkan perjalanan dan bertemulah aku dengan sekumpulan pohon cemara. Aku pun sadar kenapa pantai Situbondo ini bernama Pantai Cemara. Pohon-pohon cemara yang cukup rapat menyapa dan aku mempercepat langkah karena begidik. Setiba di dua gazebo kayu, aku menyadari bahwa di situlah letak Pantai Cemara. Gazebo yang masih kokoh dan layak dipakai terasa seperti ditinggalkan begitu saja. Tak ada seorang pun di situ.
Kesedihanku berlanjut saat tahu bahwa pantai yang seharusnya cantik dipenuhi sampah. Iya, sampah yang benar-benar sampah. Sampah-sampah plastik, kemasan, dan sampah organik seolah memang menjadi permadani dan menggunung di beberapa titik. Areanya pun tak begitu luas sebab dibatasi oleh dua hutan bakau. Akar-akar bakau pun jadi sarang sampah. Pantai Situbondo ini benar-benar ditinggal begitu saja, tanpa dirawat.
Aku sempat berpikir bahwa pantai Situbondo itu akan jadi salah satu tempat indah karena tidak banyak yang berkunjung, tapi nyatanya sebaliknya. Kemungkinan tidak ada yang datang karena tak terawat dan kotor. Air pantainya dangkal dan keruh, aku yakin tidak ada yang mau menceburkan diri ke dalam air laut jika kondisinya begini. Menyentuhkan kaki pun seolah tak mau.
Sewaktu aku lihat review di Google Maps, tahun 2020 salah satu pantai Situbondo itu masih cukup terawat dan minim sampah. Bahkan ada area spot foto, ayunan, dan area camping. Tiga tahun berlalu ternyata mengubah segalanya.
Tambak Situbondo sekitar pantai aduhai badai
Aku kira memang sedang sendiri di tempat itu. Tak ingin berlama-lama sebenarnya. Kemudian muncul dua orang pria dari balik semak-semak. Tampaknya mereka sedang memancing di tambak yang sebenarnya tidak boleh dipancing. Pemilik tambak meletakkan tulisan larangan memancing di beberapa titik.
Kedua pria itu kemudian masuk ke area dalam. Semula aku takut melewatinya, tapi jadi berani. Sejak masuk ke area tambak aku sudah takjub, begitu indah pemandangannya, ditambah langit sedang biru. Membuntuti kedua pria tak dikenal membuatku melihat pemandangan yang sama menakjubkannya. Tak butuh waktu lama untuk memotretnya karena setiap momen memang untuk diabadikan.
Aku bersyukur datang ke salah satu pantai Situbondo itu, tentu saja dibantu Google Maps. Meski aku sedih dengan kondisi pantainya, keindahan pemandangan tambak Situbondo yang mengobati kesedihan itu. Aku ingin masuk lebih jauh sebenarnya untuk sampai di pantainya, tapi setelah dilihat-lihat sekeliling dan mengecek di Google Maps, jalan menuju ke sisi pantai lain akan jauh atau harus melewati hutan bakau yang cukup lebat.
Membayangkannya saja sudah begidik, apalagi aku seorang diri. Tak benar-benar sendiri juga karena ternyata di setiap gubuk ada penjaganya. Meski begitu, aku masih takut mengalami hal yang buruk. jadi kuputuskan untuk pulang dan sepertinya tidak akan kembali lagi ke Pantai Cemara, jika kondisinya tetap seperti itu atau semakin parah..
Comments