Jalan-jalan ke Situbondo rasanya tidak lengkap jika tidak mencoba salah satu kuliner ini, rujak cingur. Meski rujak cingur berasal dari Surabaya, Situbondo masih menjadi bagian dari Jawa Timur, apalagi kudapan itu termasuk salah satu favorit banyak orang, termasuk aku. Sebenarnya tak benar-benar berasal dari Surabaya, tapi dari Timur Tengah. Menurut informasi yang kubaca dari unimmafn.com, pembuatnya bernama Abdul Rozak, dan bernama Rozak Cingur. Cingurnya pun menggunakan cingur onta.
Rujak cingur Bu Nur bikin kenyang maksimal
Rujak cingur terbuat dari irisan timun, kecambah rebus, dan kangkung rebus, juga irisan buah-buahan, seperti mangga, nanas, dan kedongdong. Namanya juga rujak cingur, tak lengkap jika tak ditambahi cingur (daging di sekitar mulut sapi). Setelah tersaji di atas piring, buah, sayur, dan cingur itu disiram dan diaduk dengan bumbu kacang yang menggunakan petis udang sebagai penambah cita rasa.
Rujak Cingur Bu Nur pun demikian. Jalan-jalan ke Situbondo lalu ingin makan rujak cingur, tinggal cek Google Maps. Tak sulit menemukan warung Rujak cingur Bu Nur. Lokasinya ada di Jalan Mawar, tepat berada di sebelah kiri kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindagin) Kabupaten Situbondo. Berupa warung gubuk yang bersih, meski lembab. Dulu rujak cingur Situbondo itu berdiri sendiri, tapi terakhir jalan-jalan ke Situbondo dan beli sudah berdampingan dengan warung lain.
Penampilan rujak cingur Bu Nur tak begitu berbeda dengan rujak cingur pada umumnya, sama-sama menggodanya. Buat aku porsinya menggunung. Bisa menjadi menu makan siang yang cukup mengenyangkan. Rasanya? Ah mantap.
Dari dua rujak cingur yang aku beli di warung yang berbeda, bagiku rujak cingur Bu Nur ini jauh lebih nikmat. Tekstur lontongnya pas, bumbunya melimpah, cingurnya juga lebih banyak daripada ekspektasiku, harganya pun lebih murah, hanya 13ribu.
Jika dibandingkan dengan di warung yang pernah kubeli, seporsi harganya 15ribu tapi lontongnya lebih keras, cingurnya lebih sedikit, bumbunya kurang medok. Memang untuk urusan selera sukit dipaksa ya, apalagi untuk rujak cingur Situbondo yang sulit kalau dicari, tapi jika tidak dicari ada di mana-mana. Wkwk
Meski begitu, jika makan di tempat, menurutku yang cukup bikin gelisah adalah kelembaban di dalam warungnya. Beralaskan tanah, kondisi di dalam warung rujak cingur Situbondo itu jadi cukup sejuk, tapi aku sering melihat ke arah kaki karena takut tiba-tiba ada serangga atau binatang lain, seperti ular, kalajengking, atau apa saja yang membuat geli. Padahal ya memang tidak ada binatang yang terlihat. Hanya parno saja. Untuk menghindari keparnoan, lain kali aku akan memilih makan di luar sambil menikmati pemandangan pengendara motor, atau dibungkus. Hehe...
Dan sebenarnya aku sudah berencana menulis panjang lebar tentang rujak cingur Situbondo itu, tapi setelah dipikir-pikir, tidak jadi karena informasi yang penting sudah ditulis di atas. Hehe... Paragraf ini saja aku tulis karena bingung cara menutupnya. Wkwk. Ya sudah kalau begitu, aku tutup tulisan ini dengan bacaan Alhamdulillah. Next jalan-jalan ke Situbondo makan apa dan ke mana ya?
Comments