Banyak sekali wisata alam gratis di Situbondo yang wajib kueksplorasi dan kutulis di sini. Dalam banyak hal, Kabupaten Situbondo memang lebih terbelakang jika dibandingkan dengan Kabupaten Banyuwangi atau Kabupaten Bondowoso, tapi untuk urusan keindahan alamnya, banyak banget yang bisa dinikmati tanpa harus dijadikan tempat wisata berbayar, salah satunya Watu Kodok yang kutemukan di Google Maps.
Watu Kodok, salah satu hidden gem Situbondo
Watu Kodok adalah sebuah bukit yang di puncaknya terdapat sebuah batu dengan diameter sekitar satu meter (tidak tahu tepatnya). Bukit zamrud Kabupaten Situbondo yang kusebut itu karena seluruh permukaannya dilapisi oleh rumput, hijau sepanjang mata melihat. Selayaknya batu zamrud, keindahan wisata alam gratis itu seolah setara dengan batu mulia hijau mengilau.
Tak banyak vegetasi yang tumbuh, selain rumput, beberapa jenis semak, dan beberapa pohon. Tak jauh dari posisi batu, ada tiang Saluran Udara Tegangan Estra Tinggi (sutet) yang berdiri di antara satu bukit dengan bukit di sebelahnya. Seperti halnya bukit pada umumnya, wisata alam gratis itu pun memiliki lembah, di mana vegetasinya lebih beragam dan di antara lembah ada bukit yang lain, yang masih menjadi bagian dari bukit zamrud Kabupaten Situbondo itu.
Salah satu hidden gem Situbondo itu tampaknya tak banyak orang datang, apalagi untuk keperluan rekreasi dan refreshing. Kalau pun ada, aku menduga tak banyak menganggap bukit itu sebagai salah satu wisata alam gratis.
Di puncak bukit zamrud Kabupaten Situbondo bisa melihat pemukiman
Tak heran jika aku masukkan Watu Kodok sebagai hidden gem Situbondo, sebab memang sesepi itu. Begitu tiba di atas, angin-angin yang cukup kencang. Aku rasa tak cocok jika kamu ingin piknik cantik, menghamparkan kain di atas rumput dan makanan-makanan ringan yang mudah terbawa angin.
Datang saat pagi atau sore hari adalah waktu terbaik untuk menikmati hangatnya sinar matahari, menambah vitamin D untuk tubuh, dan pemandangan elok yang tak setiap orang bisa rasakan. Selain bisa melihat hijau-hijau yang menenangkan, juga bisa memandang pemukiman warga Situbondo sampai ke batas laut. Tak perlu risau karena tak banyak orang di situ, kalau pun ada, hanya bapak-bapak yang mencari rumput atau hal lain.
Aku menduga bahwa bagian dalam bukit itu sebagian besar adalah batu karena sepanjang mendaki lewat jalur yang bisa dilalui sepeda motor, adalah bebatuan yang tidak terpisah. Beberapa bagian permukaannya berbentuk alur sejajar. Mungkin itu juga jadi sebab mengapa di bagian puncak bukit zamrud Kabupaten Situbondo itu tak banyak ditumbuhi pohon.
Perlukah Watu Kodok dikembangkan?
Namanya juga hidden gem Situbondo ya, aku seolah menemukan mutiara tersebunyi di tempat tak terjamah. Sayangnya Watu Kodok bukan yang benar-benar tak terjamah. Bukit zamrud Kabupaten Situbondo itu masih dikunjungi orang-orang sekitar yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada, seperti rumput untuk ternak, juga area lembahnya dipakai untuk menjemur bulu ayam.
Tempat wisata alam gratis itu memang sebaiknya tidak banyak dilirik orang apalagi terendus pemerintah daerah kemudian dikembangkan jadi salah satu objek wisata. Yang aku khawatirkan hanyalah kemungkinan tempatnya tidak akan seindah sekarang lagi. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang menjaga alam, tidak mengotori tempat wisata dengan sampah, dan hal-hal lain.
Meskipun kontras, aku tidak ingin banyak orang tahu, tapi menulis di blog ini, orang-orang akan lebih banyak tahu atau bisa saja terendus oleh pemerintah kemudian dikembangkan. Sama seperti kekhawatiranku di Kampung Blekok waktu itu. Sebelum benar-benar dikembangkan, ya memang lokasinya tidak sebagus sekarang, tapi beberapa kali ke Kampung Blekok, jumlah burung yang seliweran saat menjelang magrib tidak sebanyak dulu. aku juga melihat ada banyak tumpukan sampah di beberapa titik.
Semoga saja dengan menyampaikan kekhawatiranku, pihak yang mengelola lebih memperhatikan tentang masalah-masalah itu. Dan masyarakat juga tidak merusak tempat wisata, entah itu yang belum dikembangkan atau pun tidak. Jadi, menurut kamu, perlukah bukit cantik ini dikembangkan atau tetap jadi hidden gem Situbondo?
Comments