Zaman sekarang kita semua tidak bisa ketinggalan dari yang namanya internet. Harus aku akui teknologi yang berkembang cukup pesat membawa banyak perubahan perilaku sampai ke cara orang bekerja. Aku bisa bilang bahwa pandemi memaksa orang-orang untuk memanfaatkan teknologi dengan maksimal.
Kredit: voi.id |
Dulunya, webinar dan meeting online hanya dilakukan jika amat sangat terpaksa dan tidak semua orang melakukannya. Pandemi justru memaksa semua orang menggunakan teknologi internet, mulai dari proses belajar mengajar, bekerja, meeting, webinar, belanja online, dan lain-lain. Semua orang, mulai dari anak-anak sampai orang tua terpaksa belajar dan memanfaatkan teknologi internet dan jaringan internet untuk melakukan berbagai aktivitas.
Konektivitas teknologi internet belum menjangkau banyak wilayah
Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 215,63juta orang tahun 20222023. Jumlah ini terus naik 2,67% dibandingkan periode sebelumnya dan artinya jumlah pengguna internet setara dengan 78,19% dari total populasi Indonesia (275,77juta jiwa).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 66,48% penduduk Indonesia yang berumur 5 tahun ke atas sudah pernah mengakses internet pada 2022. Meski begitu, tingkat penetrasi teknologi internet belum merata secara nasional. Sebagai contoh, tahun 2022 tingkat akses internet di DKI Jakarta sudah berada di angka 84,65%, sementara itu di Papua hanya 26,32%. Papua merupakan provinsi paling rendah proporsi penduduk berusia 5 tahun yang pernah mengakses internet, diikuti Nusa Tenggara Timur (47,39%), Maluku Utara (50,2%), Aceh (52,99%), dan Sulawesi Tengah (54,49%).
Tak hanya timpang secara spasial, tapi juga belum merata secara gender. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa laki-laki usia 5 tahun ke atas yang [ernah mengakses internet mencapai 69,39%), sementara perempuan lebih sedikit (63,53%). Wajar karena Indonesia termasuk negara kepulauan terbesar di dunia dan terpanjang di dunia. Kondisi geografis ini menjadikan jaringan internet di Indonesia belum merata.
Bentang alam yang beragam juga jadi kendala lain pemerataan jaringan internet di Indonesia. Ada gunung, bukit, lembah, sungai, sekaligus terpisah laut.
Peluncuran Satelit Terbesar di Asia adalah solusi pemerataan jaringan internet di Indonesia
Menurut Johnny G Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika, bersama-sama dengan operator seluler, Indonesia telah membangun fiber optik yang panjangnya mencapai 342.239 km baik di darat dan laut, termasuk di dalamnya serat optik Palapa Ring yang mencapai 12.200 km. Tak hanya itu, untuk mendukung teknologi internet, Indonesia sudah punya 9 satelit komersil, 5 satelit nasional, dan 4 satelit asing untuk mendukung kebutuhan jaringan internet dengan kapasitas 50 gigabyte per second (Gbps).
Selain hal di atas, satelit jadi salah satu medium untuk transmisi komunikasi karena berfungsi sebagai penerus sinyal untuk dikirim dari satu titik ke titik lain. Tujuannya, tak lain tak bukan adalah untuk memperluas jangkauan teknologi internet untuk masyarakat Indonesia, terutama di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Untuk itu, kita akan punya Satelit SATRIA 1. SATRIA adalah kependekan dari Satelit Indonesia Raya. Satelit SATRIA 1 merupakan proyek KPBU Satelit Multifungsi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan internet publik melalui pemerataan konektivitas di seluruh wilayah di Indonesia, khususnya di daerah 3T dan perbatasan.
Proyek satelit internet itu diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional seperti tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional). Satelit SATRIA 1 diluncurkan tanggal 19 Juni 2023 di Cape Zanaveral, Florida, Amerika Serikat.
Satelit Indonesia Raya diluncurkan menggunakan roket Falkon 9 milik Space X perusahaan kepunyaan Elon Musk. Satelit Indonesia Raya targetnya akan mulai beropareasi pada triwulan IV tahun 2023 selama 15 tahun. Oh ya, Satelit SATRIA 1 adalah satelit internet terbesar di Asia dengan kapasitas 150 Gbps.
Fakta-fakta Satelit Indonesia Raya (SATRIA 1)
Satelit buatan milik Indonesia ini jadi angin segar bagi konektivitas di Indonesia dan memuat beberapa fakta yang aku rangkum, yaitu
Merupakan satelit internet terbesar di Asia
Sudah disebutkan di atas bahwa satelit SATRIA 1 ini adalah satelit internet terbesar di Asia. Satelit buatan milik Indonesia itu akan terhubung dengan teknisi di Bumi. Ada 11 stasiun di Bumi, yaitu Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
Satelit buatan milik Indonesia bisa meningkatkan kinerja pelayanan publik
Satelit internet terbesar di Asia itu ditargetkan bisa menjangkau 150.000 titik layanan publik, terbanyak untuk sekolah dan pesantren (93.900) untuk mendukung pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan ujian berbasis komputer. Tak hanya itu, akses internet ke puskesmas dan rumah sakit di 3.700 titik dan 3.900 titik layanan keamanan masyarakat di wilayah 3T akan jadi napas baru. Jaringan internet satelit buatan milik Indonesia itu juga menjangkau 47.900 titik kantor desa, kelurahan, kecamatan, kantor pemerintahan daerah lain, dan 600 titik layanan publik lain.
Teknologi canggih Satelit Indonesia Raya baru digunakan di 3 negara
Satelit buatan milik Indonesia itu menggunakan teknologi Very High-Throughput Satellit (VHTS) dan frekuensi Ka-Band. Teknologi Very High-Thriughput Satellit (VHTS) dan frekuensi Ka-Band baru dipakai di tiga negara di dunia, yaitu Luksemburg, Kanada, dan Amerika Serikat.
Kredit: idirect.net |
Satelit buatan milik Indonesia dibangun tahun 2019 dan diluncurkan tahun 2023
Satelit SATRIA 1 dibangun oleh PT Satelit Nusantara III dan dikerjakan oleh Thales Alenia Space di Cannes, Perancis. Satelit senilai 7,68 triliun sebenarnya sudah digodok pemerintah sejak tahun 2015 kemudian baru dibangun tahun 2019 dan sempat tertunda karena pandemi Covid-19. Konstruksi pembanguananya dimulai sejak tahun 2020 lho.
Satelit Indonesia Raya dengan berat 4,600 kg itu akan diluncurkan dengan roket Falcon 9-5500 dan diluncurkan di Cape Canaveral Space Force Station, Orlando, Florida, pukul 18.00 waktu Florida atau pukul 5 pagi tanggal 19 Juni 2023 WIB.
Cape Canaveral Space Force Station (kredit: arstechnica.com) |
Oh ya, terdapat tiga jenis stasiun di bumi yang disiapkan Kominfo untuk satelit itu dengan fungsi masing-masing, yaitu Pengendali Satelit Primer, Network Operation Control (NOC), dan Gateway Satelitte. Pengendali Satelit Primer berfungsi sebagai stasiun pusat pengendali dan pengawas alur pergerakan satelit dan mengontrol proses penerimaan sinyal. Network Operation Control (NOC) berfungsi untuk mengawasi, mengendalikan, dan mencatat aktivitas jaringan yang sedang berlangsung untuk memastikan semuanya berjalan sesuai standar dan rencana. Sementara itu, Gateway Satelitte (teleport atau HUB) merupakan stasiun bumi yang mengirimkan data ke dan dari satelit local area network.
Aku yakin dengan adanya satelit SATRIA 1 itu jaringan internet di Indonesia akan jauh lebih baik. Ya harus lebih baik dong. Kalau tidak, percuma kita mengeluarkan banyak biaya untuk pengadaan satelit internet. Tentunya akses pendidikan, kesehatan, pertahanan dan keamanan negara, sekaligus bidang-bidang lainnya akan lebih maju. InsyaAllah. Aamiin.
Comments
terima kasih min artikelnya sangat bermanfaat....