Cita-cita besarku yang tidak tercapai adalah kuliah di Jurusan Kehutanan di Institut Pertanian Bogor, kemudian lulus kerja di Hutan Kalimantan, meneliti hewan dan tumbuhan sekaligus bekerja dalam pelestarian dan konservasi.
Dokumen pribadi |
Meski sudah tidak mungkin, tapi aku masih mau terlibat dalam kegiatan konservasi dan pelestarian alam. Sering miris banget dengan berita soal penebangan pohon liar, satwa-satwa liar yang masuk ke pemukiman, sampai ke kebakaran hutan dan lahan.
Dampak kebakaran hutan dan lahan bagi lingkungan sekitar
Ada berbagai macam flora fauna yang hidup di hutan gambut, yang sangat berguna bagi masyarakat dan menjaga keseimbangan ekosistem, bahkan ada yang endemik. Tahu kan, semakin beragam jenis flora fauna, makin bagus hutan tersebut. Itulah mengapa hutan punya peran penting sebagai paru-paru dunia.
Ada banyak jenis tumbuhan yang bisa kita temui di hutan gambut di Indonesia, seperti pulai, jeluntung, durian, getah sundi, jambuan, geronggang, kayu hitam Sulawesi, dan pala. Di hutan gambut Kalimantan, tumbuhan yang paling banyak ditemui adalah ramin, tanaman berkayu di mana bisa dibilang kayunya cukup mewah untuk dijadikan furnitur.
Sementara itu, sudah banyak jenis hewan yang tinggal di hutan gambut yang berstatus terancam punah, seperti orangutan (Pongo spp., lutung merah (Prebytis rubicunda), macan dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneoneensis), bangau hutan rawa (Ciconia stormi), dan angsa sayap putih (Asarcornis scutulata). Selain hewan-hewan yang kusebutin, ada hewan lain juga yang cukup sering ditemui di lahan gambut, seperti macan sumatra, buaya sinyulong, tapir, dan beruang madu.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla), menyebabkan tumbuhan di hutan gambut terbakar habis dan mati karena mereka tidak bisa bergerak, sementara itu hewan-hewan yang tidak mampu menyelamatkan diri terbakar. Yang selamat kemungkinan akan pindah ke area lain atau masuk ke area pemukiman. Sudah jelas, keseimbangan ekosistem rusak, udara tercemar, dan hutan habis. Tak hanya itu, rantai makanan juga ikut rusak dan fungsi ekologis yang secara tidak sadar dirasakan masyarakat sekitar juga sudah rusak. Bagaimana dengan keanekaragaman hayati? Asli berakibat pada penurunan biodiversitas hingga kepunahan hewan dan tumbuhan. Penurunan biodiversitas menunjukkan tingkat kesehatan lingkungan berkurang.
Yang bikin sakit hati lagi adalah satwa-satwa liar yang akhirnya terpaksa kehilangan rumah dan makanan mereka dan berlari ke pemukiman warga. Diam-diam memakan ternak dan mengganggu kehidupan masyarakat. Warga panik dan satwa-satwa itu dianggap hama sehingga ada yang dibunuh.
Untuk masyarakat yang mengalami ini, ada baiknya untuk menelpon pihak yang berwenang, misalnya dinas kehutanan atau pemadam kebakaran agar hewan-hewan tersebut ditangkap dan direhabilitasi. Jika tidak, tentu akan berakibat pada penurunan biodiversitas hingga kepunahan hewan dan tumbuhan.
Secara tidak sadar, karhutla adalah bencana jangka waktu panjang dan secara sadar kebakaran hutan adalah bencana bagi masyarakat sekitar. Jarang ada yang menyuarakan karena manusia merasa tidak berdampak langsung. Padahal penurunan biodiversitas hingga kepunahan hewan dan tumbuhan sangat merugikan kita.
Masih banyak orang yang belum teredukasi mengenai itu, kalau pun informasi mengenai karhutla dan penyebabnya, pemanasan global (global warming), krisis iklim, dan penurunan biodiversitas hingga kepunahan hewan dan tumbuhan, rusaknya ekosistem, dan lain-lain, ada, itu bukan topik yang menarik untuk dicari tahu. Hanya sebagian kecil saja yang peduli. Itu pun juga berbenturan dengan kepentingan oknum-oknum yang mudah membungkam kita. Huh.
Dampak karhutla pada kesehatan
Karhutla bukan hanya berdampak pada penurunan biodiversitas hingga kepunahan hewan dan tumbuhan, tapi kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan biasanya berlangsung selama berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu berisiko langsung pada kesehatan tubuh masyarakat. Tak jarang membaca berita bahwa kabut asap sampai ke negara tetangga dan viral.
Tahu tidak kalau menghirup asap secara terus-menerus itu sangat berbahaya pada kesehatan. Membakar sampah di pemukiman padat penduduk saja dilarang karena asapnya akan mengganggu tetangga dan menyebabkan gangguan pernapasan, apa kabar kabut asap karena karhutla?
Kabut asap karhutla mengandung zat-zat yang berbahaya. Jika terhirup, pernapasan akan terganggu. World Health Organization (WHO) saja mencatat bahwa ada delapan kematian di dunia yang disebabkan oleh pencemaran udara. Bagi penderita alergi dan inflamasi pernapasan, kondisi mereka akan lebih buruk jika menghirup asap secara konsisten.
Kabut asap juga menyebabkan iritasi pada mata, mulai dari ringan sampai parah tergantung sistem imun tubuh tiap orang. Tak hanya itu, asap kebakaran bisa menyebabkan kanker paru-paru, memengaruhi kehamilan dan janin, memicu penyakit jantung, dan penyakit lain yang berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan (ISPA).
Secara luas aktivitas perekonomian di daerah terdampak kabut asap juga terhambat. Orang-orang lebih memilih berada di rumah daripada bekerja, selain itu toko-toko tutup karena akses transportasi terhambat dan jadi berbahaya. Pengendara mobil mungkin akan aman karena bisa menutup kaca jendela, tapi bagaimana dengan pengendara motor dan kendaraan umum? Sekolah juga libur lho. Bisa bayangkan jika kabut asap parah terjadi selama berminggu-minggu?
Dampak karhutla bagi kehidupan masyarakat sekitar
Hutan biasanya dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai sumber hidup mereka. Di dalam hutan ada banyak sekali sumber daya flora fauna yang bisa dimanfaatkan masyarakat, misalnya madu hutan. Sebagian masyarakat mengambil madu hutan, buah-buah hutan, herbal, kayu bakar, jamur, dan lain-lain. ada juga yang memanfaatkan lantai hutan untuk ditanami rempah-rempah dan bertani.
Hutan juga menjaga pasokan air bersih bagi masyarakat sekitar, menjaga ekosistem ikan, berbagai jenis burung, serangga, dan lain-lain yang bisa ditangkap untuk dijadikan makan malam, seperti belalang, ulat sagu, ikan, dan lain-lain. Intinya, hutan adalah sumber kehidupan masyarakat sekitar hutan. Jika hutan gambut sengaja dibakar untuk dialihfungsikan menjadi lahan produktif (kebun sawit, misalnya), yang paling kasihan adalah masyarakat sekitar.
Akibatnya, mereka tidak punya penghasilan lagi. Biasanya, tidak punya penghasilan pun mereka masih bisa makan dengan memanfaatkan lahan dan sumber daya hutan di dalamnya. Akhirnya ada yang menjadi buruh, bekerja kepada perusahaan yang menggunakan lahan tersebut. Sebagian yang lain akan merantau ke kota besar, terutama para pria.
Dampak karhutla bagi lingkungan secara global
Dokumen pribadi |
Dari tahun ke tahun sudah banyak lahan hutan di dunia yang habis karena sengaja dibakar, termasuk di Indonesia. Memang sih, masyarakat pun mendapatkan manfaat dari perubahan lahan itu jadi lahan sawit atau lahan lain. Ketersediaan minyak goreng murah cukup melimpah di pasaran karena makin luasnya lahan sawit yang dibuka. Ditambah munculnya produsen-produsen baru yang artinya, ke depannya akan ada terus pembukaan hutan gambut untuk itu.
Di industri kertas, kita juga sangat terbantu karena ada banyak jenis kertas yang ditawarkan oleh banyak perusahaan dengan fungsi yang berbeda-beda. Lagi-lagi, merek-merek baru terus bermunculan, yang artinya ada perusahaan baru. Di kemudian hari bukan tidak mungkin peningkatan produksi tidak ada karena perusahaan pasti menginginkan kenaikan profit dan jumlah produksi. Belum lagi di industri pertambangan, perumahan, dan lain-lain.
Sayangnya, dari kesekian banyak manfaat yang kita rasakan, ada banyak hal yang harus kita korbankan juga. Ya, tahu sendiri jika makin ke sini anomali cuaca semakin tidak bisa diprediksi. Jika zamanku kecil, antara musim kemarau dan musim hujan batasnya jelas, sekarang sudah banyak mengalami pergeseran rentang waktu. paling terasa sih di kota besar. yang seharusnya kemarau, masih bisa turun hujan setiap hari.
Dampak lain dari kebakaran hutan dan lahan adalah gagal panen dan inflasi pangan. Lho, kok bisa? Setelah karhutla, pasokan air tentu jadi menipis, terdapat peningkatan suhu bumi yang berefek pada pemanasan global (global warming), krisis iklim. Hutan yang berfungsi sebagai penyimpan air sudah tidak ada. Lahan-lahan pertanian kekurangan air apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif menyebabkan musim kemarau tahun ini bisa jadi lebih kering dan curah hujan rendah sampai sangat rendah. Nah, pemanasan global (global warming) dan krisis iklim ini memperparah bencana-bencana yang ada di bumi. Tentu ini akan berdampak pada ketahanan pangan nasional.
Gagal panen tak hanya disebabkan krisis iklim dan global warming, tapi juga karena ketidak suburan tanah. Ya, pembakaran hutan membuat lahan sudah tidak produktif dan tidak subur lagi. Agar panen tidak gagal, petani harus mengeluarkan tenaga, waktu, dan uang lebih. Tentunya berakibat pada naiknya harga pangan. Bagi yang tidak punya dana lebih, petani akhirnya membiarkan lahannya tidak tergarap dengan baik dan berujung gagal panen.
Gagal panen juga disebabkan karena adanya ledakan populasi spesies tertentu. Kondisi iklim yang sudah rusak menyebabkan, ledakan populasi memeprparah gagal panen, seperti yang dialami di Indonesia wilayah timur dengan ledakan populasi belalangnya. Gagal panen artinya kerugian yang cukup besar di sektor pertanian.
Hal yang cukup menghawatirkan adalah jika pemanasan global (global warming), dan krisis iklim terus berlangsung dan menyebabkan es di kutub mencair, takutnya virus dan sumber penyakit purba akan muncul kembali. Kemungkinan kita akan mengalami wabah kembali seperti pandemi Covid-19. Dan tentu saja dengan mencairnya es di kutub, pesisir kita akan hilang dan banyak kota-kota di dunia akan tenggelam.
Terasa mustahil? Iya, bagi kita yang tidak mengalami dampaknya secara langsung. Namun bagi orang-orang yang sudah di ambang batas, mereka cukup khawatir. Seperti di pesisir Jakarta Utara yang permukaan air lautnya lebih tinggi daripada di daratan. Berulang kali aku membaca berita, pesisir Jakarta mengalami banjir rob yang cukup tinggi. Tak juga di Jakarta, tapi di daerah pesisir lain juga. Begitu banyak dampak dari pemanasan global (global warming), krisis iklim yang sudah terjadi di banyak daerah, sementara kita yang belum merasakan dampaknya masih menganggap dunia akan baik-baik saja.
Sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan untuk mencegah pemanasan global (global warming) dan krisis iklim makin parah yang menyebabkan kerugian secara masif termasuk gagal panen, penurunan biodiversitas, dan kepunahan flora fauna, tapi melihat kondisi saat ini, di mana masih banyak sekali orang yang tidak paham karena tidak teredukasi, masih banyak orang egois yang mementingkan keuntungan pribadi, dan banyaknya orang yang abai, ya sebenarnya tinggal menunggu waktu saja sih. Kecuali kita mulai sadar dan bergerak. Heuh.. pesimis sih tapi harus optimis huhu.
Aku juga mau mengajak kamu, yang baca tulisan ini untuk ikut challenge dari Team For Impact, di mana ada enam kategori, challengenya setiap hari bisa diikuti. Sederhana kok. Jika challenge ini dilakukan oleh banyak orang, tentu dampaknya lebih besar untuk bumi, setidaknya dampak global warming dan krisis iklim melambat. Kamu bisa klik tautan ini ya https://teamupforimpact.org/team-up-everyday/play untuk ikuti challengenya, demi selamatkan bumi.
Materi dan foto pelengkap dalam tulisan ini, aku dapatkan dari webinar bersama Eco Blogger Squad dan Blogger Perempuan dengan tema #BersamaBergerakBerdaya Indonesia Merdeka dari Kebakaran hutan dan Lahan (Jumat, 11 Agustus 2023) dan beberapa sumber dari media online.
Comments