Di suatu sudut kecil Kota Situbondo, tersembunyi sebuah kuliner Situbondo yang telah menjadi legenda seiring berjalannya waktu. Aku mengajakmu mengenal kedai penuh pesona ini, yang bernama "Mbah Rujak Manis" di Tepian Sungai Gangga, Paraaman, Situbondo. Di sini, kamu akan merasakan kelezatan rujak buah yang sering disebut "rujak manis" oleh penduduk setempat, dan rasanya memang manis sekaligus nikmat.
Meskipun rasanya manis, rujak buah segar ini masih bisa ditoleransi oleh lidah orang Madura meski cenderung suka makanan asin. Situbondo memang perpaduan budaya Jawa dan Situbondo, dan banyak yang jatuh cinta pada rujak buah-buahan ini.
Mbah Rujak Manis, Tepian Sungai Gangga, telah berdiri kokoh selama bertahun-tahun, menjadi saksi bisu bagi setiap cerita yang mengalir di kota ini. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai budaya makan rujak buah di Situbondo.
Rujak Buah-buahan: Simbol Kebersamaan dalam Budaya Situbondo
Dalam budaya makan Situbondo, rujak buah-buahan adalah simbol kebersamaan. Tak peduli gender atau usia, setiap kali orang berkumpul, akan selalu ada yang mengusulkan, "Bagaimana kalau kita makan rujak buah segar?" Begitu juga saat pertemuan di rumah teman.
Tradisi makan rujak buah bersama semakin meriah saat musim panen mangga tiba. Situbondo terkenal sebagai salah satu penghasil buah mangga terbaik, hampir setiap rumah memiliki pohon mangga. Inilah mengapa pedagang rujak buah-buahan memiliki pasokan tak pernah habis. Dan saat musim mangga, kita bisa menemukan banyak orang makan rujak, entah di perkampungan, di sekolah, atau di kantor.
Saat membuat rujak buah-buahan sendiri, rasanya biasanya cenderung asin. Namun, pedagang salah satu kuliner Situbondo ini selalu menghadirkan cita rasa manis yang tak terlupakan. Tak heran jika namanya menjadi "rujak manis."
Menikmati Rujak Mbah Rujak Manis dengan Pemandangan Menakjubkan
Rujak Mbah Rujak Manis, Tepian Sungai Gangga, Paraaman, Situbondo, tidak hanya memanjakan lidah saat siang atau sore hari, tapi juga menawarkan pemandangan yang memesona. Sambil menikmati hidangan ini, kami dapat melihat pengendara motor yang lalu lalang dan aliran sungai yang berwarna cokelat. Meskipun keruh, air sungai tak berbau. Jika beruntung, kita bahkan bisa melihat bapak-bapak atau kakek-kakek yang sedang mandi.
Meskipun harganya standar dan terjangkau, sekitar Rp10.000, bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau dengan penghasilan terbatas, harga salah satu kuliner Situbondo ini mungkin terasa lebih mahal. Sebab jika membuat sendiri cuma mengeluarkan uang kurang dari 5ribu rupiah, apalagi jika musim mangga. Namun, apa yang membuatnya berharga adalah pengalaman itu sendiri.
Rujak buah segar makin terasa sehat karena berisi irisan mangga, pepaya, bengkoang, dan timun, ditambah tahu goreng, menciptakan kombinasi rasa yang tak terlupakan. Terlebih lagi, bumbu rujak yang kadang jatuh ke dasar piring menjadi rebutan para pecinta rujak yang ingin menambahkan sentuhan ekstra pada hidangannya.
Jadi, jika kamu sedang mengunjungi Situbondo, jangan lewatkan untuk mencicipi salah satu kuliner Situbondo ini. Dengan harga yang terjangkau, kamu akan dibawa dalam perjalanan manis di tengah kota Situbondo, dan mungkin saja, ini akan menjadi salah satu kenangan terindah dari perjalananmu, terutama jika kamu menikmati rujak bersamaku yang manis ini, sambil berbagi canda dan cubit-cubitan manja. Tempatnya pun mudah dijangkau, baik dengan berjalan kaki maupun kendaraan. Selamat menikmati!
Comments