Dalam not balok hidupku, Franly adalah melodi yang menggambarkan impian masa kecilku. Sejak SMA, aku memang cukup tertarik dengan hal-hal berbau alam dan lingkungan. Aku punya mimpi suatu saat punya lahan luas yang penuh tanaman-tanaman langka, tanaman obat, dan buah-buahan untuk menjadi simfoni konservasi alam. Impian itu terus terekam dan terulang-ulang di kepalaku.
Menjelang kelulusan SMA waktu itu, pilihan masa depan membawaku ke pertimbangan antara mimpi dan kenyataan. Belajar di Institut Pertanian Bogor, Jurusan Kehutanan, kemudian hijrah ke Kalimantan untuk bekerja dalam konservasi alam dan melakukan penelitian tentang berbagai tanaman dan hewan liar, bagi kedua orang tuaku terasa jauh dari pulau tempat tinggalku. Impianku sirna seketika karena tak mendapatkan restu.
Tak terduga, aku menemukan jalan ke biologi di Universitas Brawijaya, menjadi langkah awal menuju lingkungan konsep dan konservasi alam. Pilihanku terasa masuk akal, meski tanpa peta arah yang pasti.
Meski impian untuk bekerja di hutan Kalimantan menjadi mustahil sekarang, tapi impian-impian lain dalam mendukung orang-orang termasuk organisasi yang berkecimpung di bidang konservasi alam dan lingkungan sudah membuatku sangat bahagia. Dengan harapan juga suatu saat aku bisa melakukan gerakan-gerakan yang bisa mengubah dunia jadi lebih baik.
Kemudian aku menemukan kisah Franly, seorang penjaga hutan, yang ternyata ia mewujudkan impianku sekarang. Kalimantan Timur, dengan kekayaan alam melimpah, terancam oleh perambahan hutan ilegal dan penebangan liar. Di tengah tantangan ini, Franly Aprilano Oley muncul sebagai pahlawan yang berdiri teguh untuk melindungi hutan Berau.
Franly, lahir di Manado, Sulawesi Utara, membawa cinta mendalam pada alam. Pindah ke Berau pada tahun 2012, ia bekerja sebagai pemandu wisata sebelum memutuskan menjadi penjaga hutan di Kampung Merabu pada tahun 2015. Melalui organisasi lingkungan, Franly memulai perjuangannya untuk mencegah perambahan hutan ilegal dan melindungi flora dan fauna yang terancam.
Bertanggung jawab menjaga kelestarian hutan, Franly sebagai penjaga hutan, melibatkan masyarakat setempat dalam desa wisata di Kampung Merabu untuk mencegah perambahan hutan ilegal dan melindungi flora dan fauna. Namun, minimnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat menjadi tantangan yang nyata. Ia menghadapi ancaman dari mereka yang ingin merusak hutan demi kepentingan pribadi.
Namun, Franly tak kenal mundur. Dengan pendekatan persuasif, ia berusaha mengubah perilaku para pelaku perusakan hutan. Kisahnya menjadi panggilan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ia mengajak masyarakat juga menjadi penjaga hutan dan menumbuhkan kecintaannya pada alam. Mengubah individu menjadi sebuah organisasi lingkungan yang berpengaruh.
Franly membahas peran penting masyarakat dalam menjaga hutan, mengajak mereka pada program penanaman pohon dan kampanye kesadaran lingkungan. Kolaborasinya dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah menjadikan Franly sosok yang dihormati di Berau.
Sebagai sosok vokal yang menyuarakan perlindungan hutan, Franly memberikan pengarahan dan sosialisasi kepada masyarakat setempat. Dedikasinya tak luput dari perhatian dunia, tercatat dalam berbagai penghargaan dan liputan media, termasuk penampilannya di Lonely Planet pada tahun 2018 dan sebagai finalis "Si Penjaga Hutan" di SATU Indonesia Awards pada tahun 2019.
Franly, pria dari Berau, adalah pelukis mimpi bagi generasi muda. Melalui perjuangannya, ia membuktikan bahwa setiap not dalam melodi hutan memiliki peran penting dalam menyuarakan cinta dan perlindungan hutan, agar alam tetap lestari. Kita butuh lebih banyak Franly-franly lain untuk mencegah perambahan hutan ilegal dan melindungi flora dan fauna dari kepunahan.
Comments