Aku selalu terpesona dengan dunia fashion yang begitu dinamis dan berkembang pesat. Namun, semakin dalam aku terjun, semakin jelas aku melihat dampak negatifnya terhadap lingkungan. Setiap tahun, industri fashion menghasilkan sekitar 92 juta ton limbah tekstil, yang sebagian besar sulit terurai dan mencemari bumi yang kita cintai. Tetapi, aku menemukan sebuah rahasia sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengubah segalanya: beli baju bekas!
Mengapa Harus Beli Baju Bekas?
Dalam perjalananku melawan sampah fashion, aku menemukan beberapa alasan yang sangat kuat mengapa memilih baju bekas adalah langkah bijak yang tak hanya ekonomis, tapi juga menyelamatkan bumi kita tercinta.
Sebenarnya sejak pandemi kira-kira tahun 2019 aku sudah tidak berbelanja fashion karena lucu atau karena ingin. Dalam kurun waktu lima tahun itu aku bisa terbilang bisa dihitung jari membeli celana pendek dan topi, sisanya aku biasanya dapat dari bekerja sama dengan brand-brand dan dapat endorse.
Dan sejauh in, aku selalu berpikir bagaimana kalau mau beli baju aku lebih baik belanja baju bekas aja daripada beli baju baru. Selain karena kegiatanku itu lebih banyak di rumah tentu saja aku akan amat sangat jarang menggunakan baju baru. Jadi sepertinya aku akan lebih sering melirik toko baju bekas. Sini aku coba uraikan alasannya.
Mengurangi Limbah Textil
Dengan memilih baju bekas, kita langsung turut mengurangi jumlah limbah tekstil yang dihasilkan setiap tahun. Baju bekas yang masih layak pakai mendapat kesempatan kedua daripada menjadi limbah yang menumpuk.
Mengurangi Konsumsi Energi dan Air
Produksi baju baru membutuhkan banyak energi dan air. Dengan memilih baju bekas, kita ikut mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam yang semakin terbatas.
Mendukung Ekonomi Berkelanjutan
Pasar baju bekas juga menjadi peluang bagi pengusaha lokal dan komunitas untuk mendapatkan penghasilan tambahan, mendukung ekonomi berkelanjutan di tingkat lokal.
Menyelamatkan Bumi dari Polusi Plastik
Pakaian baru seringkali mengandung serat plastik yang dilepaskan saat dicuci. Dengan menggunakan baju bekas, kita mengurangi kontribusi terhadap polusi plastik di lingkungan.
Ancaman dan Dampak Sampah Fashion
Di balik gemerlapnya dunia fashion, terdapat sisi kelam yang tak jarang luput dari perhatian: sampah fashion. Sisa potongan kain, pakaian bekas, dan serat mikroplastik dari pakaian sintetis berbondong-bondong mencemari lingkungan, meninggalkan jejak buruk bagi alam dan manusia.
Sampah fashion tak hanya mencemari tanah dan air, tetapi juga berkontribusi terhadap perubahan iklim. Industri fashion merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar, dengan proses produksi tekstil yang membutuhkan banyak energi dan sumber daya alam. Dampaknya tak hanya terasa di lingkungan, tetapi juga dalam bentuk masalah kesehatan akibat bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam proses produksi dan pewarnaan.
Di Indonesia, sampah fashion menjadi masalah serius. Sungai dan laut tercemar mikroplastik, TPA dipenuhi pakaian bekas yang tak terurai, dan eksploitasi pekerja di industri tekstil marak terjadi.
Solusi untuk Membendung Sampah Fashion
Tak ada yang tidak bisa kita lakukan. Dengan memilih pakaian yang ramah lingkungan, merawat pakaian dengan baik, mendaur ulang, dan mendukung kebijakan yang berkelanjutan, kita dapat berperan aktif dalam memerangi sampah fashion.
Menjadi Bagian dari Perubahan
Kita sudah melihat betapa besar dampak negatif sampah fashion terhadap lingkungan dan bumi yang kita cintai. Namun, kita juga memiliki kekuatan untuk mengubah arahnya. Dengan mengambil langkah-langkah kecil seperti membeli baju bekas, mendukung kebijakan yang berkelanjutan, dan menjadi konsumen yang lebih sadar akan dampak lingkungan, kita bisa menjadi bagian dari solusi.
Ayo, mari kita bersama-sama menjadi pahlawan lingkungan dengan tindakan-tindakan sehari-hari yang ramah lingkungan. Satu langkah kecil dari kita dapat menjadi lompatan besar untuk menyelamatkan bumi ini dari ancaman sampah fashion. Jadilah bagian dari perubahan, karena setiap tindakanmu memiliki dampak yang nyata dalam melindungi rumah kita bersama.
Comments