Skip to main content

Franly Aprilano Oley: Pejuang Hutan Pelestari Alam

Pejuang Hutan, Pelestari Alam


Ada kalanya seseorang menghidupkan impian yang pernah kita gantungkan tinggi-tinggi. Di tengah hiruk-pikuk kota, aku menemukan cerita tentang Franly Aprilano Oley—seorang penjaga hutan di Berau yang berjuang tanpa henti untuk melindungi alam. Sosok ini, bagiku, adalah cerminan dari mimpi-mimpi masa remajaku yang pernah kuanggap tak terwujudkan. Franly membuktikan bahwa dedikasi dan cinta pada alam mampu menggerakkan perubahan, sebuah kisah yang membangkitkan inspirasi dan harapan.

Franly lahir di Manado, Sulawesi Utara. Sejak kecil, alam sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Ketika ia pindah ke Kampung Merabu, Berau, Kalimantan Timur, pada 2012, alam liar Berau menjadi rumah barunya. Di tahun 2015, ia memutuskan menjadi penjaga hutan, meninggalkan pekerjaannya sebagai pemandu wisata dan memilih jalan yang lebih sulit, namun penuh makna. Hutan-hutan Berau yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan ancaman perambahan ilegal menjadi ladang perjuangannya.

Mimpi yang Hidup di Tengah Hutan

Saat aku merenungkan kembali kisah hidupku, mimpi-mimpi masa SMA-ku untuk bekerja di hutan Kalimantan serasa seperti alunan lagu yang tak terselesaikan. Ketika kuliah, aku sempat berpikir untuk terjun ke dunia konservasi, bahkan sempat mempertimbangkan Institut Pertanian Bogor untuk mendalami kehutanan. Namun, takdir berkata lain. Jalan hidup membawaku ke Universitas Brawijaya, mempelajari biologi, dan meskipun aku tak terjun langsung ke hutan, peranku di bidang lingkungan terus tumbuh.

Dan saat aku bertemu kisah Franly, aku tersadar. Franly tengah mewujudkan impian yang dulu kupikir hanya mimpi. Ia menjaga hutan Berau, sebuah bentang alam yang kaya akan flora dan fauna, namun terus terancam oleh penebangan liar dan perambahan ilegal. Di tengah ancaman itu, Franly menjadi pahlawan tak kenal lelah yang berjuang demi kelestarian alam.

Kolaborasi dengan Masyarakat untuk Kelestarian

Pejuang Hutan, Pelestari Alam

Franly tak berjuang sendirian. Di Kampung Merabu, ia berhasil mengajak masyarakat setempat untuk terlibat dalam upaya pelestarian hutan. Melalui program desa wisata, masyarakat dilibatkan untuk melindungi alam. Ini bukan sekadar proyek, melainkan sebuah gerakan bersama. Franly meyakini bahwa kelestarian alam tak bisa dicapai sendirian. Masyarakat perlu menjadi bagian dari solusi, dan itulah yang coba diwujudkan Franly.

Namun, perjuangannya tak selalu mudah. Minimnya dukungan dari pemerintah serta adanya ancaman dari pihak-pihak yang ingin merusak hutan menjadi tantangan besar. Tapi Franly tak pernah menyerah. Ia menggunakan pendekatan persuasif, merangkul masyarakat yang tadinya menjadi perusak hutan, mengajak mereka untuk berubah. Di sini, ia tak hanya menjadi penjaga hutan, tetapi juga penjaga hati dan pikiran orang-orang di sekitarnya.

Dengan langkah-langkah kecil tapi penuh keyakinan, ia mulai mengubah cara pandang masyarakat terhadap hutan. Kampanye penanaman pohon, penyuluhan kesadaran lingkungan, dan ajakan untuk ikut berperan dalam program pelestarian adalah beberapa cara yang Franly tempuh untuk memastikan bahwa hutan Berau tetap terjaga.

Pahlawan Lokal dengan Dampak Global

Pejuang Hutan, Pelestari Alam

Tidak hanya dikenal di Berau, nama Franly juga mendapat pengakuan di tingkat nasional dan bahkan internasional. Pada tahun 2018, Lonely Planet menyoroti kiprahnya dalam menjaga hutan Berau, dan di tahun 2019, ia menjadi finalis di SATU Indonesia Awards sebagai "Si Penjaga Hutan." Penghargaan-penghargaan ini bukanlah akhir dari perjuangannya, melainkan pengakuan atas kerja keras yang telah dilakukannya bersama masyarakat.

Franly adalah inspirasi nyata bagi generasi muda yang peduli pada lingkungan. Ia mengingatkan kita bahwa menjaga hutan bukan hanya tugas para ahli atau pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Setiap pohon yang ia tanam, setiap sosialisasi yang ia lakukan, semuanya adalah bagian dari upayanya untuk memastikan bahwa alam ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Harapan di Tengah Krisis Lingkungan

Pejuang Hutan, Pelestari Alam

Kisah Franly Aprilano Oley adalah bukti nyata bahwa cinta dan dedikasi dapat mengubah dunia, satu langkah kecil demi satu langkah besar. Di tengah kondisi alam Indonesia yang semakin memprihatinkan—hutan-hutan yang ditebangi, satwa yang terancam punah, dan lahan-lahan yang gersang—Franly hadir sebagai pahlawan lokal yang menolak menyerah. Di Kampung Merabu, ia membangun mimpi bersama masyarakat untuk masa depan yang lebih baik, di mana manusia dan alam bisa hidup berdampingan dalam harmoni.

Meski tantangan terus datang, masih ada harapan untuk mengembalikan kelestarian lingkungan di negeri ini. Seperti langkah Franly yang gigih menjaga hutan Berau, kita semua memiliki peran dalam merawat bumi. Setiap tindakan kecil, seperti menanam pohon atau mengurangi sampah plastik, bisa menjadi bagian dari perubahan besar. Harapan itu masih ada, selama kita tak pernah berhenti peduli dan bergerak. Alam bisa pulih, asalkan kita memberinya kesempatan.

Comments

Paling banyak dibaca

Mengilhami Dinding Sel Supermini

Pohon mangga ( Mangifera indica ) setinggi 4 m berdiri kokoh di halaman kantor saya. Daunnya rimbun membentuk payung hidup. Saat berdiri di bawah naungannya, angin sejuk dapat saya rasakan. Tentu saja, oksigen sebagai hasil metabolisme tanaman anggota family Anacardiaceae itu membersihkan karbondioksioda di udara dan digantikan oleh unsur yang bersifat oksidator. Pantas jika setiap orang yang ternaungi, tak hanya terlindung dari terik matahari, tetapi juga merasa segar. Pohon mangga (kredit: irwantoshut.net )        Tanaman itu sangat kokoh dan konsisten berdiri bertahun-tahun bahkan kian tinggi. Meski tidak memiliki rangka seperti hewan dan manusia, tanaman (tak hanya mangga) memiliki rangka-rangka dalam berukuran mikroskopis. Rangka-rangka itu dapat disebut dinding sel. Sebenarnya tidak tepat jika saya mengatakan bahwa dinding sel adalah rangka dalam (endoskeleton) tanaman, tetapi fungsinya mirip dengan sistem rangka pada tubuh hewan. Itu terbukti pada fungsinya yang memberi be

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr

Menggali Rasa dan Inovasi Kopi Lokal di Setiap Seruput

Dibuat menggunakan Canva Setiap seruput kopi menyimpan cerita yang tak terduga, mulai dari ladang petani hingga ke cangkir kita. Apa jadinya jika kita bisa merasakan perjalanan rasa itu dengan lebih mendalam, dari setiap proses pengolahan biji hingga teknik penyeduhan yang memikat? Sebuah Warisan yang Harus Dilestarikan Gambar pribadi (@uwansart) Indonesia memang istimewa, terutama dalam hal kopi. Di sini, dari Sabang sampai Merauke, kita punya beragam jenis kopi dengan cita rasa yang kaya dan unik. Setiap daerah, dari Aceh sampai Papua, menawarkan sensasi kopi yang berbeda-beda, masing-masing menyimpan cerita dan karakteristik yang khas. Keberagaman inilah yang membuat kopi Indonesia begitu istimewa dan kian diakui dunia internasional. Saat ini, Indonesia bahkan tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia—sebuah pencapaian yang tentunya patut dibanggakan. Dalam acara Eco Blogger Squad yang berlangsung dengan penuh semangat, meskipun aku hanya menyaksikan secara online melal

Golda Coffee dan Kopi ABC Botol, Kopi Kekinian, Kopi Murah Cuma 3000an

Kamu suka kopi hitam pekat, kopi susu, kopi kekinian, atau yang penting kopi enak di kedai kopi? Mungkin kita sering sekali nongkrong bersama teman di kedai kopi mencoba berbagai aneka ragam kopi, mahal pun tak masalah, tapi yang jadi persoalan jika sedang miskin, apakah akan tetap nongkrong? Pilihannya ya minuman murah, misalnya kopi murah dan kopi enak yang cuma 3000an ini.   Aku, Uwan Urwan, memang bukan penikmat kopi banget, tapi suka minum kopi, kadang sengaja mampir ke kedai kopi punya teman, paling sering membeli kopi Golda Coffee dan/atau Kopi ABC Botol, yang harganya hanya 3000an. Aku akan mencoba mereview empat rasa dari dua merek yang kusebut sebelumnya. Golda Coffee kutemukan di minimarket punya dua rasa, yaitu Golda Coffee Dolce Latte dan Golda Coffee Cappucino. Sementara Kopi ABC botol juga kutemukan dua rasa, chocho malt coffee dan kopi susu.   Keempat rasa kopi kekinian kemasan itu aku pikir sama karena biasanya hanya membeli, disimpan di kulkas, dan langsung ku

Bunga Telang Ungu (Clitoria ternatea) Jadi Alternatif Pengganti Indikator PP Sintetis

Makin ke sini, ketenaran bunga telang (Clitoria ternatea L.) kian meluas. Banyak riset terbit di internet, juga tak ketinggalan pecinta herbal dan tanaman obat ikut berkontribusi memperluas infromasi itu.  Bunga telang ungu, tanaman yang juga dikenal dengan nama butterfly pea itu termasuk endemik karena berasal dari Ternate, Maluku, Indonesia. Meski begitu, banyak sumber juga mengatakan bahwa bunga telang berasal dari Afrika, India, Amerika Selatan, dan Asia tropis. Banyak info simpang siur karena sumber-sumber yang aku baca pun berasal dari riset-riset orang. Nanti jika ada waktu lebih aku akan melakukan riset lebih dalam mengenai asal usulnya. Antosianin bunga telang merupakan penangkal radikal bebas Kredit : researchgate.net Bunga telang kaya akan antosianin. Antosianin adalah golongan senyawa kimia organik berupa pigmen yang larut dalam air, menghasilkan warna oranye, merah, ungu, biru, sampai hitam. Tak hanya pada bunga Clitoria ternatea, antosianin juga ada di banyak buah dan say

Batik Mangrove, Qorry’s Journey in Conservation & Heritage

I feel like when I wear batik, I look more elegant and even more handsome. Haha! I have to admit, there was a time when I considered batik to be old-fashioned. The designs didn't appeal to me, and I saw it as something my parents or grandparents would wear on formal occasions. But everything changed for me on October 2, 2009, when UNESCO officially recognized batik as an Intangible Cultural Heritage. Suddenly, batik wasn’t just a piece of cloth anymore; it was a symbol of identity, culture, and pride for the Indonesian people. Designers started experimenting with patterns, and batik garments became more fashionable. I found myself buying batik shirts to support our cultural heritage, and my love for batik grew deeper as I discovered the beautiful artistry behind it. Batik, with its intricate techniques, symbols, and cultural significance, has been a part of Indonesia's identity for centuries. It wasn’t long before batik from various regions, including my hometown of Situbondo,

Energi Alternatif: Antara Ketergantungan Listrik dan Kerusakan Lingkungan

Dalam dunia yang semakin modern ini, melalui sorotan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, aku mengembara melihat perubahan perilaku rumah tangga secara menyeluruh di Indonesia. Televisi menjadi kawan setia dengan kehadiran mencapai 97,36%, diikuti oleh kulkas, mesin cuci, dan kipas angin yang melibas sekitar 96,72%, 86,62%, dan 96,13% dari rumah tangga. Di sisi lain, perabotan modern seperti kompor listrik dan setrika listrik menyentuh kehidupan 82,11% dan 93,22% rumah tangga. Ketergantungan Indonesia pada Listrik dan Dampak Negatif Lingkungan pada Perubahan Iklim Tak hanya itu, alat elektronik memainkan peran sentral dalam kehidupan sehari-hari. Laptop menjadi penguasa dengan persentase 67,45%, sementara handphone mendominasi dengan keterpaparan mencapai 99,13%. Meski komputer, tablet, kamera digital, dan perangkat lain memiliki penetrasi yang beragam, kesimpulannya tetap jelas: masyarakat Indonesia telah menggenggam era listrik dengan tangan terbuka. Persentase tinggi ini men

Bagaimana menu isi piringku yang benar?

Sering mendengar frase Isi Piringku? Hem, sebagian orang pasti tahu karena kampanye yang dimulai dari Kementerian Kesehatan ini sudah digaungkan di mana-mana, mulai dari media sosial, workshop-workshop kesehatan di daerah-daerah, dan sosialisasi ke ibu-ibu begitu ke Posyandu.  Slogan Isi Piringku menggantikan 4 Sehat 5 Sempurna Isi Piringku adalah acuan sajian sekali makan. Kampanye ini sudah diramaikan sejak tahun 2019 menggantikan kampanye 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat lima sempurna terngiang-ngiang sekali sejak kecil. Terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu adalah kombinasi sehat yang gizinya dibutuhkan tubuh, sebab mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, susu adalah penyempurnanya. Kenapa harus berganti slogan?  Slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang aku tangkap maknanya, dalam setiap makan harus ada empat komposisi dan susu. Mengenai jumlahnya, aku bisa ambil nasi lebih banyak dengan sedikit sayur atau sebaliknya, atau sebebas-bebasnya kita saja.

Alun-alun Situbondo Dulu dan Sekarang

Alun-alun ibarat pusat sebuah kota, semua orang bisa berkumpul di tempat itu untuk berbagai kegiatan, sebagai ruang publik, ruang sosial, dan ruang budaya. Alun-alun sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Umumnya alun-alun dikelilingi oleh masjid, pendopo, penjara, dan area perkantoran dan dibatasi oleh jalan. Dulunya area ini dipagari Begitu pun Alun-alun Situbondo, batas selatan adalah pendopo, batas barat adalah Masjid Agung Al-Abror, batas timur adalah penjara, dan area perkantoran ada di bagian utara. Dulu, ada pohon beringin besar di tengah-tengah alun-alun Situbondo. Aku tidak ingat betul seberapa besar tapi yang aku tahu dulu ada di tengah-tengah. Masjid Al-Abror juga sudah jauh lebih bagus sekarang Alun-alun Situbondo pernah punya pohon beringin besar Gerakan protes pada akhir masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, tahun 2001, memicu gerakan besar yang menumbangkan sekitar seratus pohon, termasuk pohon beringin di alun-alun karena dianggap sebagai simbol partai Golka

A Call to Embrace Eco-Friendly Fashion

Kredit: Instagram @nurmanfarieka On a bright morning, as I wandered in search of eco-friendly local leather shoes, I stumbled upon a trail of hope—leading to an extraordinary story of Hirka, a brand of chicken foot leather shoes crafted by Nurman Farieka Ramdhany in Bandung. This journey became my connection to a future where fashion and sustainability walk hand in hand. The Hidden Treasure: Chicken Foot Leather as a Sustainable Fashion Material In today's world, luxury items are often flaunted as a must-have for the elite. Yet, many may not realize that a significant portion of these products comes from the wild, using animal skins that are not sourced through ethical breeding but through capture and exploitation. This raises the question: How can we, as part of a global community, rethink the way we approach fashion? In 2015, Nurman Farieka Ramdhany embarked on an inspiring journey of environmental care and innovation. Guided by his father, a leather research expert with over two