Skip to main content

Imron, Penggerak Literasi dari Desa Trebungan, Situbondo


Imron Penggerak literasi Situbondo
Moh. Imron adalah bukti nyata bahwa semangat, kerja keras, dan cinta pada ilmu bisa membawa perubahan nyata bagi komunitas. (Kredit foto: Moh. Imron)

Di sebuah sudut kecil Situbondo, ada seorang pria yang menjalani hidupnya dengan kesederhanaan, namun penuh mimpi besar. Namanya Moh. Imron, sosok yang kini dikenal sebagai direktur takanta, sebuah komunitas literasi yang menjadi rumah bagi banyak penulis terutama di Situbondo. Meski begitu, Imron bukanlah seseorang yang langsung dilahirkan sebagai penggerak. Masa kecil hingga remajanya lebih sering diwarnai rasa minder daripada percaya diri.

Dari Anak Pemalu Menjadi Sosok Berani

Imron Penggerak literasi Situbondo
Ilustrasi dibuat menggunakan Canva

Dulu, Imron adalah remaja yang merasa tertinggal. Saat teman-temannya sibuk dengan ponsel dan berbagai aktivitas, ia bahkan tidak memiliki telepon genggam. Pelajaran TIK di sekolah menjadi momok karena ia tak pernah menyentuh komputer sebelumnya. Tapi rasa minder itu justru menjadi titik awal perjalanan perubahan.

Imron memutuskan untuk mengambil kursus komputer di Jalan Madura. Di sana, ia belajar Microsoft Word. Ia juga bergabung dalam ekstrakurikuler Pramuka di sekolah, bukan karena ingin menonjol, tetapi untuk belajar bicara di depan umum dan mengatasi rasa takutnya terhadap interaksi sosial. Perlahan, ia mulai mengenal dunia luar, sedikit demi sedikit menumbuhkan keberanian yang sebelumnya tak pernah ia miliki.

Namun, saat kuliah, rasa percaya diri itu belum sepenuhnya tumbuh. Ia masih menjalani hari-harinya tanpa hobi yang benar-benar ia tekuni. Hingga suatu hari, saat semester tiga, Imron mulai bekerja sebagai operator warnet. Dari tempat itulah dunia barunya mulai terbuka.

Di depan layar komputer warnet, Imron belajar Photoshop secara otodidak. Ia juga membaca cerita-cerita di internet, menonton film, mendengarkan musik, dan bahkan mencoba belajar breakdance lewat video YouTube. Awalnya ia malu, tetapi rasa penasaran membawanya untuk terus mencoba. Tak lama kemudian, ia berhasil menari dengan percaya diri di alun-alun Situbondo.

Tahun 2014, Imron bergabung dengan komunitas Backpacker Situbondo. Keputusan ini bukan hanya karena ingin jalan-jalan, tetapi juga untuk mengenal kotanya lebih dalam. Bersama komunitas itu, ia menjelajahi sudut-sudut Situbondo, mulai dari lokasi sejarah hingga destinasi wisata tersembunyi. Di setiap perjalanan, ia menemukan cerita, sejarah, dan keindahan yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.

Warnet juga menjadi tempat yang mempertemukannya dengan dunia fotografi. Kamera sederhana di ponselnya menjadi alat untuk merekam keindahan dunia dari sudut pandangnya sendiri.

Imron mungkin tidak langsung tahu apa yang ia inginkan, tapi ia selalu punya keberanian untuk mencoba hal baru. Dan dari setiap percobaan itulah, ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan tangguh.

Menemukan Dunia Literasi di KPMS

Imron Penggerak literasi Situbondo
Website KPMS masih bisa diakses bebas lho

Perjalanan Imron menuju dunia literasi dimulai dari sebuah layar komputer di warnet kecil. Awalnya, ia hanya membaca cerpen-cerpen sederhana yang ia temukan di berbagai situs. Tapi dari setiap kalimat yang ia baca, muncul rasa ingin tahu yang perlahan berubah menjadi hasrat untuk menulis. “Kenapa tidak mencoba menuliskannya sendiri?” pikir Imron.

Dari situ, ia mulai mencoba. Tentu, hasil awalnya jauh dari sempurna. Namun, Imron menyadari bahwa menulis bukan hanya tentang merangkai kata, melainkan juga proses untuk memahami diri sendiri dan menyampaikan cerita yang ia rasakan. Untuk mengasah kemampuannya, ia mencari lingkungan yang bisa mendukung keinginannya. Hingga akhirnya, ia menemukan Komunitas Penulis Muda Situbondo (KPMS).

KPMS adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh Famelia pada November 2013. Waktu itu, komunitas ini baru mengadakan satu kali pertemuan, dan anggotanya masih sedikit. Imron bergabung di bulan Januari 2014, ketika KPMS baru saja mengalami pergantian kepemimpinan ke Ardi Prasetyo.

Di komunitas inilah, Imron mulai serius belajar menulis. Ia terlibat aktif dalam berbagai kegiatan komunitas, mulai dari diskusi literasi hingga menyusun buletin untuk acara Festival Kampung Langai pertama. Keterlibatan ini membuat Imron semakin percaya diri, hingga pada akhir tahun 2014, ia dipercaya untuk menjadi ketua KPMS.

Menciptakan Ruang untuk Berkarya

Imron Penggerak literasi Situbondo
Kredit foto: KPMS

Sebagai ketua KPMS, Imron memiliki visi besar: ia ingin menjadikan komunitas ini sebagai rumah bagi para penulis muda Situbondo. Langkah pertama yang ia ambil adalah membuat buletin karena dipercaya untuk membuat Buletin ini diterbitkan untuk acara Festival Kampung Langai pertama, sebagai wujud nyata karya kolektif KPMS. Tidak berhenti di situ, pada tahun 2014, Imron bersama anggota KPMS menerbitkan buku pertama mereka, Satu Pena Untukmu. Buku ini adalah kumpulan puisi yang dibuat secara mandiri—dari layout hingga cetak.

Tahun berikutnya, KPMS kembali membuat gebrakan dengan menerbitkan Dermaga Patah Hati, kumpulan cerpen yang melibatkan para penulis lokal seperti Ahmad Sufiatur Rahman, Sungging Raga, Raisa, dan lain-lain. Proses ini memperluas jejaring literasi KPMS, sekaligus membuka ruang kolaborasi dengan banyak penulis baru di Situbondo.

Lesehan Baca dan Warisan Literasi

Di bawah kepemimpinan Imron, KPMS tidak hanya berhenti pada penerbitan buku. Pada tahun 2016, komunitas ini menginisiasi program Lesehan Baca, sebuah ruang literasi terbuka di alun-alun Situbondo. Awalnya, program ini hanya memiliki enam buku. Namun, berkat sumbangan dari berbagai pihak, jumlah koleksinya bertambah hingga lebih dari 200 buku.

Program Lesehan Baca berhasil menarik perhatian banyak orang, terutama anak-anak. Sayangnya, karena kekurangan koleksi buku anak, program ini akhirnya diambil alih oleh Perpustakaan Daerah pada tahun 2017. Meski begitu, semangat yang dibawa Lesehan Baca masih terasa hingga kini.

takanta.id adalah Wujud Mimpi Siang Bolong

Imron Penggerak literasi Situbondo
Kita bisa mengakses website takanta.id kapan saja

Mimpi itu kadang hadir begitu saja, mengendap di dalam kepala, menunggu keberanian untuk diwujudkan. Begitu pula yang dirasakan Imron ketika awal 2017, ia dan teman-temannya mulai berbicara tentang sebuah website yang bisa menjadi wadah bagi para penulis di Situbondo. Awalnya sederhana: menciptakan ruang untuk menulis, belajar, dan berbagi cerita. Namun, seperti halnya mimpi, ada perjuangan panjang untuk mewujudkannya.

Merumuskan Nama

Imron Penggerak literasi Situbondo

Nama selalu menjadi hal yang penting, terlebih untuk sebuah platform yang diharapkan hidup lama. Awalnya, Imron menginginkan nama yang kental dengan nuansa lokal, seperti situbende.co atau situbondo.com. Namun, berbagai kendala muncul. Nama-nama itu sudah digunakan atau sulit diakses. Hingga akhirnya, sebuah pertemuan dengan almarhum Cak Rusdi menjadi titik terang. Cak Rusdi menyarankan nama yang sederhana dan mudah diingat, dua suku kata yang lekat di kepala. Dari diskusi itulah, tercetus nama takanta.id—singkat, unik, dan menyimpan makna canda atau kehangatan dalam bahasa Madura.

Nama sudah dipilih, tapi perjuangan baru saja dimulai. Imron bersama teman-teman berinisiatif patungan untuk membeli domain. Kebetulan, waktu itu ada promo yang membuat biaya sedikit lebih ringan. Meski demikian, tak ada yang mudah. Dari mencari template gratis hingga mengelola konten secara mandiri, Imron menjadi tulang punggung bagi takanta.id. Ia mendesain, mengunggah tulisan, hingga mempublikasikan semuanya sendiri.

“Dulu modal nekat saja,” katanya mengenang. Namun, kenekatan itu berbuah manis. Takanta.id perlahan menjadi tempat belajar dan berbagi.

takanta Menjadi Tempat Bertumbuh dan Mengenal Situbondo

Imron Penggerak literasi Situbondo

Awalnya, takanta.id hanya diisi oleh tulisan-tulisan anggota komunitas. Fokusnya sederhana: belajar bersama lewat karya. Namun, di tahun 2018, salah satu anggota mengusulkan agar platform ini terbuka untuk penulis dari luar komunitas. Ide itu disambut hangat. Sejak saat itu, siapa saja bisa mengirimkan tulisan ke takanta.id.

Dengan visi yang terus berkembang, takanta.id mulai memfokuskan diri untuk mengenalkan Situbondo. Tulisan-tulisan tentang kota kecil ini menjadi ciri khasnya, memberikan keseimbangan di tengah media lokal yang sering kali hanya menyoroti berita kriminal. “Kami ingin menciptakan konten yang bisa dibaca kapan saja, bahkan lima tahun ke depan tetap relevan,” ujar Imron.


Fokus Takanta tidak hanya pada fiksi, tapi juga nonfiksi. Tujuannya besar: membangun literasi di Situbondo dan memberikan ruang eksplorasi bagi warganya. Dalam perjalanannya, Takanta juga melibatkan komunitas melalui berbagai kegiatan, seperti bedah buku, workshop, hingga acara sastra di Kayumas. Salah satu pencapaian besar mereka adalah menghadirkan Mas Putut EA, seorang penulis ternama, dalam sebuah workshop di tahun 2017.

Tantangan dan Harapan

Membangun Takanta tidak lepas dari berbagai tantangan. Keterbatasan sumber daya manusia dan finansial menjadi hambatan utama. Sebagai platform yang berbasis sosial, Takanta tidak mencari keuntungan. Semua dilakukan dengan semangat kebersamaan. Bahkan untuk mendanai kegiatan, mereka masih mengandalkan urunan.

Namun, Imron dan teman-temannya tidak menyerah. Mereka mulai membangun legalitas melalui pendirian CV dan media online. Dengan ini, Takanta bisa menjalin kerja sama dengan pemerintah dan pihak lain secara resmi. Ia juga berharap, Takanta mampu memberikan apresiasi kepada para penulis, sehingga karya yang diterbitkan tidak hanya menjadi ‘gratisan’.

Menatap Masa Depan

Imron Penggerak literasi Situbondo
Salah satu buku karya takanta

Kini, dengan segala tantangan yang ada, Takanta tetap berdiri tegak. Lebih dari 30 buku telah diterbitkan, meski distribusinya masih terbatas di Jawa Timur. Bagi Imron, karya-karya Takanta tidak hanya tentang penerbitan, tapi juga bagaimana karya tersebut bisa menarik pembaca, minimal secara lokal.

“Proses setelah menerbitkan itu yang berat,” katanya. Namun, ia yakin dengan semangat kolektif, Takanta bisa menjadi komunitas literasi yang mandiri, menginspirasi, dan memberikan makna bagi masyarakat Situbondo. Mimpi itu masih terus hidup, menunggu untuk terus diceritakan.

Perjalanan Cinta yang Tak Terduga

Imron Penggerak literasi Situbondo
Di balik sosok inspiratif Mas Imron, ada keluarga yang selalu menjadi kekuatan dan pelengkap perjuangannya.

Ada yang bilang, cinta datang dengan cara paling tak terduga. Itulah yang dialami Imron, seorang pemuda yang berpetualang dalam dunia literasi, hingga takanta mempertemukannya dengan belahan jiwanya. Semua bermula dari sebuah buku yang, ironisnya, lahir dari kekecewaan.

Pada 2018, setelah berjuang selama bertahun-tahun dengan karya-karya yang ia tulis menggunakan ponsel Samsung Young usang, Imron memutuskan mencetak bukunya secara indie. Dengan modal hasil pinjaman, ia mencetak 150 eksemplar. Namun, buku itu membawa masalah: halaman kosong, cerita yang terputus, dan keluhan pembeli. Meski kecewa, ia menarik buku-bukunya dan mengurus penggantian di percetakan di Jogja, sebuah proses panjang yang memakan waktu lima bulan.

Saat buku-buku yang diretur telah kembali ke tangan pembeli, tersisa satu buku yang belum sampai kepada pemiliknya: seorang perempuan, seorang guru di SDN 1 Arjasa. Perempuan itu membutuhkan buku Imron untuk menambah literatur dan mengikuti lomba. Mereka bertemu di alun-alun, sebuah tempat yang menjadi saksi banyak cerita. Obrolan pertama mereka ringan, tentang sekolah, anak-anak, dan kehidupan. Namun, percakapan yang awalnya sederhana itu menjelma menjadi hubungan yang mendalam. Mereka terus berkomunikasi, berbagi cerita, dan saling memahami.

Imron merasa nyaman dengan perempuan itu. Hingga pada 2019, ia memutuskan untuk melamarnya. Segala persiapan telah dilakukan: seserahan, rencana tunangan, hingga cincin yang tinggal dibeli. Namun, satu minggu sebelum acara, ia menghadapi kendala. Imron tidak punya uang untuk membeli cincin.

Keajaiban datang melalui kontes desain yang ia ikuti di platform 99designs. Dengan bantuan temannya, Anwar, yang menyelesaikan file desain menggunakan software yang berbeda, Imron berhasil menjadi pemenang. Hadiahnya, $130 atau sekitar 1,7 juta rupiah, cukup untuk membeli cincin. Hanya lima hari sebelum hari tunangan, ia mendapatkan apa yang dibutuhkan.

Pernikahan mereka menjadi bukti bahwa literasi tidak hanya membangun jiwa, tetapi juga bisa menyatukan hati. Kini, kehidupan rumah tangga Imron penuh warna. Ia menjalani perannya sebagai suami dan ayah sambil tetap aktif di komunitas literasi.

Inspirasi dari Seorang Imron

Kisah Imron adalah tentang perjalanan yang tidak biasa. Dari anak pemalu yang berkawan dengan kata, hingga menjadi sosok yang menggerakkan literasi di Situbondo. Perjalanan hidupnya mengajarkan bahwa mimpi, meski sederhana, bisa membawa seseorang ke tempat-tempat luar biasa. Takanta adalah bukti kecil dari tekad besar seorang Imron, sebuah tempat yang menyimpan harapan untuk masa depan literasi. Bagi siapa pun yang membaca kisah ini, ingatlah: tak ada yang mustahil bagi mereka yang berani bermimpi dan terus belajar.




Comments

Paling banyak dibaca

Bunga Telang Ungu (Clitoria ternatea) Jadi Alternatif Pengganti Indikator PP Sintetis

Makin ke sini, ketenaran bunga telang (Clitoria ternatea L.) kian meluas. Banyak riset terbit di internet, juga tak ketinggalan pecinta herbal dan tanaman obat ikut berkontribusi memperluas infromasi itu.  Bunga telang ungu, tanaman yang juga dikenal dengan nama butterfly pea itu termasuk endemik karena berasal dari Ternate, Maluku, Indonesia. Meski begitu, banyak sumber juga mengatakan bahwa bunga telang berasal dari Afrika, India, Amerika Selatan, dan Asia tropis. Banyak info simpang siur karena sumber-sumber yang aku baca pun berasal dari riset-riset orang. Nanti jika ada waktu lebih aku akan melakukan riset lebih dalam mengenai asal usulnya. Antosianin bunga telang merupakan penangkal radikal bebas Kredit : researchgate.net Bunga telang kaya akan antosianin. Antosianin adalah golongan senyawa kimia organik berupa pigmen yang larut dalam air, menghasilkan warna oranye, merah, ungu, biru, sampai hitam. Tak hanya pada bunga Clitoria ternatea, antosianin juga ada di banyak buah dan...

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr...

Blogger Situbondo dan Peranannya dalam Mempromosikan Kota Santri

Situbondo, sebuah kabupaten di pesisir utara Jawa Timur, menyimpan pesona yang belum banyak terungkap. Dibandingkan dengan Banyuwangi yang sibuk dengan wisata kelas dunia dan Jember yang dikenal dengan festival budayanya, Situbondo seolah masih berada dalam bayang-bayang. Padahal, kabupaten ini memiliki daya tarik luar biasa, dari wisata alam, budaya, hingga kuliner khas yang unik. Tantangan utamanya adalah bagaimana cerita tentang Situbondo bisa menjangkau lebih banyak orang. Di sinilah peran blogger menjadi sangat penting—merekalah yang bisa membawa nama Situbondo ke dunia digital, menyebarkan pengalaman, opini, serta keindahan daerah ini dalam bentuk narasi yang menarik dan inspiratif. Blogger Situbondo Menjadi Wajah Baru Jurnalisme Digital Dulu, informasi tentang suatu daerah hanya bisa ditemukan melalui media cetak atau berita resmi. Namun, di era digital seperti sekarang, blog menjadi salah satu sumber informasi yang lebih fleksibel, dekat dengan masyarakat, dan mudah diakses. Bl...

Empat Alasan Tidak Memakai Pasir Pantai untuk Kucing

  Gara-gara pasir kucing habis dan uang pas-pasan, akhirnya aku putar otak, bagaimana cara kucing bisa pup. Ketemu jawabannya, “pasir pantai”. Kebetulan rumahku bisa dibilang tida terlalu jauh dengan pantai, naik motor setengah jam, sampai.   Itu juga karena aku mendapat inspirasi dari video Tiktok yang rutin mengambil pasir pantai sebagai penganti pasir kucing. Dan setelah mencoba pakai selama dua hari, hasilnya, aku atas nama pribadi, Uwan Urwan, TIDAK DIREKOMENDASIKAN . Kenapa? Pasir pantai lebih berat dibandingkan pasir khusus kucing Pasir pantai tidak jauh berbeda dengan pasir yang dipakai untuk bahan bangunan, berat. Warna pasir pantai beragam, mulai dari hitam seperti batu sampai krem. Ukuran pun beragam, mulai dari yang sangat halus sampai ke pasir ukuran normal. Yan paling au soroti adalah warnanya, ternyata setelah diletakkan di dalam bak, jadi tidak bagus. apalagi kalau sudah ada gundukan pup dan kencing yang seperti menyebar. Berbeda dengan pasir khusus ...

Bagaimana menu isi piringku yang benar?

Sering mendengar frase Isi Piringku? Hem, sebagian orang pasti tahu karena kampanye yang dimulai dari Kementerian Kesehatan ini sudah digaungkan di mana-mana, mulai dari media sosial, workshop-workshop kesehatan di daerah-daerah, dan sosialisasi ke ibu-ibu begitu ke Posyandu.  Slogan Isi Piringku menggantikan 4 Sehat 5 Sempurna Isi Piringku adalah acuan sajian sekali makan. Kampanye ini sudah diramaikan sejak tahun 2019 menggantikan kampanye 4 sehat 5 sempurna. Empat sehat lima sempurna terngiang-ngiang sekali sejak kecil. Terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu adalah kombinasi sehat yang gizinya dibutuhkan tubuh, sebab mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, susu adalah penyempurnanya. Kenapa harus berganti slogan?  Slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang aku tangkap maknanya, dalam setiap makan harus ada empat komposisi dan susu. Mengenai jumlahnya, aku bisa ambil nasi lebih banyak dengan sedikit sayur atau sebaliknya, atau sebebas-bebasnya ki...

Perjalanan Lukisan Uwan’s Art, Dari Kanvas ke Tiga Komunitas

Di sudut meja yang mulai berdebu, aku menarik laci yang hampir terlupakan. Tube-tube kecil cat akrilik berbaris di dalamnya, beberapa masih tertutup rapat, sementara yang lain sudah mulai mengering di tepinya. Ada rasa rindu yang tiba-tiba menyeruak. Sudah lama aku tidak menyentuh kuas dan kanvas. Kesempatan itu datang dari sebuah ajakan—kolaborasi dengan tiga komunitas besar di Jakarta untuk sebuah acara seni dan edukasi di bawah naungan Kompasiana, yaitu Ketapels, KOMiK, dan Ladiesiana.  Kredit: KOMiK Aku, seorang pelukis amatir dari Situbondo, ditawarkan untuk menjadi sponsor sebagai bentuk dukungan untuk acara "Tur Museum sambil Belajar Nulis Naskah Film". Tentu saja, aku tidak bisa menolak. Setelah berpikir, aku memutuskan untuk mendukung dalam bentuk lukisan kanvas. Bagiku, seni bukan hanya tentang menciptakan sesuatu yang indah, tapi juga tentang berbagi makna dan emosi dengan orang lain. Menyentuh Kembali Kanvas yang Terlupakan Aku menuangkan sedikit demi sedikit cat ...

Golda Coffee dan Kopi ABC Botol, Kopi Kekinian, Kopi Murah Cuma 3000an

Kamu suka kopi hitam pekat, kopi susu, kopi kekinian, atau yang penting kopi enak di kedai kopi? Mungkin kita sering sekali nongkrong bersama teman di kedai kopi mencoba berbagai aneka ragam kopi, mahal pun tak masalah, tapi yang jadi persoalan jika sedang miskin, apakah akan tetap nongkrong? Pilihannya ya minuman murah, misalnya kopi murah dan kopi enak yang cuma 3000an ini.   Aku, Uwan Urwan, memang bukan penikmat kopi banget, tapi suka minum kopi, kadang sengaja mampir ke kedai kopi punya teman, paling sering membeli kopi Golda Coffee dan/atau Kopi ABC Botol, yang harganya hanya 3000an. Aku akan mencoba mereview empat rasa dari dua merek yang kusebut sebelumnya. Golda Coffee kutemukan di minimarket punya dua rasa, yaitu Golda Coffee Dolce Latte dan Golda Coffee Cappucino. Sementara Kopi ABC botol juga kutemukan dua rasa, chocho malt coffee dan kopi susu.   Keempat rasa kopi kekinian kemasan itu aku pikir sama karena biasanya hanya membeli, disimpan di kulkas, dan la...

Fauzi, Sosok di Balik Gerakan Pemuda dan Musik Situbondo

Ahmad Fauzi berdiri di tengah kebunnya Aku tak menyangka akan menemukan sesuatu yang begitu luar biasa di sudut kecil Situbondo ini. Sebuah lahan hijau yang tertata rapi, penuh dengan kehidupan dan harapan. Greenhouse sederhana berdiri kokoh, dikelilingi jaring halus sebagai tempat pembibitan. Di sekitarnya, deretan tanaman sayur tumbuh subur—terong, cabai, kacang panjang, kelor, sawi, serai, pepaya, hingga okra.  Tak jauh dari situ, ada kolam ikan yang airnya berkilauan di bawah sinar matahari. Area lain dipenuhi tanaman obat, masing-masing telah diberi papan nama, seolah memberi isyarat bahwa tempat ini bukan sekadar kebun, melainkan sumber ilmu dan kehidupan. Di tengah lahan, toren biru mencolok berdiri tinggi, menjadi sumber pengairan utama. Pemandangan ini semakin kontras karena lahan ini dihimpit oleh sawah dan rumah penduduk.  Toren biru ini bukan sekadar tempat penyimpanan air, tapi sumber kehidupan bagi tanaman sayur yang tumbuh hijau di sekitarnya. Ketika aku sibuk m...

Nih 10 Cara Jadi Blogger Keren

Pernah tidak kamu iri melihat blogger-blogger senior hadir di berbagai acara, bertemu artis, menjadi pemateri pada berbagai seminar, bertemu klien di perusahaan ternama, dan punya banyak followers di media sosialnya? Lalu kamu sedih karena tergolong masih baru atau bahkan baru mau jadi blogger? Toss, kita sama. Saya pun sering sedih kalau lihat pribadi saya belum bisa sehebat mereka. "Ya kan kamu tidak tahu apa yang sudah mereka perjuangkan dan korbankan," kata seorang teman saat saya mengutarakan isi hati. Lalu saya mengiyakan. Benar juga. Bisa jadi mereka yang sibuk ke sana ke mari dan mendapatkan banyak job dari hasil pertemuannya dengan orang-orang. Kita tidak tahu kan? Beberapa dari mereka mengabaikan waktu bersantai di rumah, menonton televisi, bermain bersama hewan peliharaan, atau mengajak anak dan keluarga berlibur. "Usaha tidak menghianati hasil kok , cuma memang selalu ada yang dikorbankan," lanjutnya. Buat kamu (dan saya) yang mas...