Skip to main content

Imron, Penggerak Literasi dari Desa Trebungan, Situbondo

Imron Penggerak literasi Situbondo
Moh. Imron adalah bukti nyata bahwa semangat, kerja keras, dan cinta pada ilmu bisa membawa perubahan nyata bagi komunitas. (Kredit foto: Moh. Imron)


Di sebuah sudut kecil Situbondo, ada seorang pria yang menjalani hidupnya dengan kesederhanaan, namun penuh mimpi besar. Namanya Moh. Imron, sosok yang kini dikenal sebagai direktur takanta, sebuah komunitas literasi yang menjadi rumah bagi banyak penulis terutama di Situbondo. Meski begitu, Imron bukanlah seseorang yang langsung dilahirkan sebagai penggerak. Masa kecil hingga remajanya lebih sering diwarnai rasa minder daripada percaya diri.

Dari Anak Pemalu Menjadi Sosok Berani

Imron Penggerak literasi Situbondo
Ilustrasi dibuat menggunakan Canva

Dulu, Imron adalah remaja yang merasa tertinggal. Saat teman-temannya sibuk dengan ponsel dan berbagai aktivitas, ia bahkan tidak memiliki telepon genggam. Pelajaran TIK di sekolah menjadi momok karena ia tak pernah menyentuh komputer sebelumnya. Tapi rasa minder itu justru menjadi titik awal perjalanan perubahan.

Imron memutuskan untuk mengambil kursus komputer di Jalan Madura. Di sana, ia belajar Microsoft Word. Ia juga bergabung dalam ekstrakurikuler Pramuka di sekolah, bukan karena ingin menonjol, tetapi untuk belajar bicara di depan umum dan mengatasi rasa takutnya terhadap interaksi sosial. Perlahan, ia mulai mengenal dunia luar, sedikit demi sedikit menumbuhkan keberanian yang sebelumnya tak pernah ia miliki.

Namun, saat kuliah, rasa percaya diri itu belum sepenuhnya tumbuh. Ia masih menjalani hari-harinya tanpa hobi yang benar-benar ia tekuni. Hingga suatu hari, saat semester tiga, Imron mulai bekerja sebagai operator warnet. Dari tempat itulah dunia barunya mulai terbuka.

Di depan layar komputer warnet, Imron belajar Photoshop secara otodidak. Ia juga membaca cerita-cerita di internet, menonton film, mendengarkan musik, dan bahkan mencoba belajar breakdance lewat video YouTube. Awalnya ia malu, tetapi rasa penasaran membawanya untuk terus mencoba. Tak lama kemudian, ia berhasil menari dengan percaya diri di alun-alun Situbondo.

Tahun 2014, Imron bergabung dengan komunitas Backpacker Situbondo. Keputusan ini bukan hanya karena ingin jalan-jalan, tetapi juga untuk mengenal kotanya lebih dalam. Bersama komunitas itu, ia menjelajahi sudut-sudut Situbondo, mulai dari lokasi sejarah hingga destinasi wisata tersembunyi. Di setiap perjalanan, ia menemukan cerita, sejarah, dan keindahan yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.

Warnet juga menjadi tempat yang mempertemukannya dengan dunia fotografi. Kamera sederhana di ponselnya menjadi alat untuk merekam keindahan dunia dari sudut pandangnya sendiri.

Imron mungkin tidak langsung tahu apa yang ia inginkan, tapi ia selalu punya keberanian untuk mencoba hal baru. Dan dari setiap percobaan itulah, ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan tangguh.

Menemukan Dunia Literasi di KPMS

Imron Penggerak literasi Situbondo
Website KPMS masih bisa diakses bebas lho

Perjalanan Imron menuju dunia literasi dimulai dari sebuah layar komputer di warnet kecil. Awalnya, ia hanya membaca cerpen-cerpen sederhana yang ia temukan di berbagai situs. Tapi dari setiap kalimat yang ia baca, muncul rasa ingin tahu yang perlahan berubah menjadi hasrat untuk menulis. “Kenapa tidak mencoba menuliskannya sendiri?” pikir Imron.

Dari situ, ia mulai mencoba. Tentu, hasil awalnya jauh dari sempurna. Namun, Imron menyadari bahwa menulis bukan hanya tentang merangkai kata, melainkan juga proses untuk memahami diri sendiri dan menyampaikan cerita yang ia rasakan. Untuk mengasah kemampuannya, ia mencari lingkungan yang bisa mendukung keinginannya. Hingga akhirnya, ia menemukan Komunitas Penulis Muda Situbondo (KPMS).

KPMS adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh Famelia pada November 2013. Waktu itu, komunitas ini baru mengadakan satu kali pertemuan, dan anggotanya masih sedikit. Imron bergabung di bulan Januari 2014, ketika KPMS baru saja mengalami pergantian kepemimpinan ke Ardi Prasetyo.

Di komunitas inilah, Imron mulai serius belajar menulis. Ia terlibat aktif dalam berbagai kegiatan komunitas, mulai dari diskusi literasi hingga menyusun buletin untuk acara Festival Kampung Langai pertama. Keterlibatan ini membuat Imron semakin percaya diri, hingga pada akhir tahun 2014, ia dipercaya untuk menjadi ketua KPMS.

Menciptakan Ruang untuk Berkarya

Imron Penggerak literasi Situbondo
Kredit foto: KPMS

Sebagai ketua KPMS, Imron memiliki visi besar: ia ingin menjadikan komunitas ini sebagai rumah bagi para penulis muda Situbondo. Langkah pertama yang ia ambil adalah membuat buletin karena dipercaya untuk membuat Buletin ini diterbitkan untuk acara Festival Kampung Langai pertama, sebagai wujud nyata karya kolektif KPMS. Tidak berhenti di situ, pada tahun 2014, Imron bersama anggota KPMS menerbitkan buku pertama mereka, Satu Pena Untukmu. Buku ini adalah kumpulan puisi yang dibuat secara mandiri—dari layout hingga cetak.

Tahun berikutnya, KPMS kembali membuat gebrakan dengan menerbitkan Dermaga Patah Hati, kumpulan cerpen yang melibatkan para penulis lokal seperti Ahmad Sufiatur Rahman, Sungging Raga, Raisa, dan lain-lain. Proses ini memperluas jejaring literasi KPMS, sekaligus membuka ruang kolaborasi dengan banyak penulis baru di Situbondo.

Lesehan Baca dan Warisan Literasi

Di bawah kepemimpinan Imron, KPMS tidak hanya berhenti pada penerbitan buku. Pada tahun 2016, komunitas ini menginisiasi program Lesehan Baca, sebuah ruang literasi terbuka di alun-alun Situbondo. Awalnya, program ini hanya memiliki enam buku. Namun, berkat sumbangan dari berbagai pihak, jumlah koleksinya bertambah hingga lebih dari 200 buku.

Program Lesehan Baca berhasil menarik perhatian banyak orang, terutama anak-anak. Sayangnya, karena kekurangan koleksi buku anak, program ini akhirnya diambil alih oleh Perpustakaan Daerah pada tahun 2017. Meski begitu, semangat yang dibawa Lesehan Baca masih terasa hingga kini.

takanta.id adalah Wujud Mimpi Siang Bolong

Imron Penggerak literasi Situbondo
Kita bisa mengakses website takanta.id kapan saja

Mimpi itu kadang hadir begitu saja, mengendap di dalam kepala, menunggu keberanian untuk diwujudkan. Begitu pula yang dirasakan Imron ketika awal 2017, ia dan teman-temannya mulai berbicara tentang sebuah website yang bisa menjadi wadah bagi para penulis di Situbondo. Awalnya sederhana: menciptakan ruang untuk menulis, belajar, dan berbagi cerita. Namun, seperti halnya mimpi, ada perjuangan panjang untuk mewujudkannya.

Merumuskan Nama

Imron Penggerak literasi Situbondo

Nama selalu menjadi hal yang penting, terlebih untuk sebuah platform yang diharapkan hidup lama. Awalnya, Imron menginginkan nama yang kental dengan nuansa lokal, seperti situbende.co atau situbondo.com. Namun, berbagai kendala muncul. Nama-nama itu sudah digunakan atau sulit diakses. Hingga akhirnya, sebuah pertemuan dengan almarhum Cak Rusdi menjadi titik terang. Cak Rusdi menyarankan nama yang sederhana dan mudah diingat, dua suku kata yang lekat di kepala. Dari diskusi itulah, tercetus nama takanta.id—singkat, unik, dan menyimpan makna canda atau kehangatan dalam bahasa Madura.

Nama sudah dipilih, tapi perjuangan baru saja dimulai. Imron bersama teman-teman berinisiatif patungan untuk membeli domain. Kebetulan, waktu itu ada promo yang membuat biaya sedikit lebih ringan. Meski demikian, tak ada yang mudah. Dari mencari template gratis hingga mengelola konten secara mandiri, Imron menjadi tulang punggung bagi takanta.id. Ia mendesain, mengunggah tulisan, hingga mempublikasikan semuanya sendiri.

“Dulu modal nekat saja,” katanya mengenang. Namun, kenekatan itu berbuah manis. Takanta.id perlahan menjadi tempat belajar dan berbagi.

takanta Menjadi Tempat Bertumbuh dan Mengenal Situbondo

Imron Penggerak literasi Situbondo

Awalnya, takanta.id hanya diisi oleh tulisan-tulisan anggota komunitas. Fokusnya sederhana: belajar bersama lewat karya. Namun, di tahun 2018, salah satu anggota mengusulkan agar platform ini terbuka untuk penulis dari luar komunitas. Ide itu disambut hangat. Sejak saat itu, siapa saja bisa mengirimkan tulisan ke takanta.id.

Dengan visi yang terus berkembang, takanta.id mulai memfokuskan diri untuk mengenalkan Situbondo. Tulisan-tulisan tentang kota kecil ini menjadi ciri khasnya, memberikan keseimbangan di tengah media lokal yang sering kali hanya menyoroti berita kriminal. “Kami ingin menciptakan konten yang bisa dibaca kapan saja, bahkan lima tahun ke depan tetap relevan,” ujar Imron.


Fokus Takanta tidak hanya pada fiksi, tapi juga nonfiksi. Tujuannya besar: membangun literasi di Situbondo dan memberikan ruang eksplorasi bagi warganya. Dalam perjalanannya, Takanta juga melibatkan komunitas melalui berbagai kegiatan, seperti bedah buku, workshop, hingga acara sastra di Kayumas. Salah satu pencapaian besar mereka adalah menghadirkan Mas Putut EA, seorang penulis ternama, dalam sebuah workshop di tahun 2017.

Tantangan dan Harapan

Membangun Takanta tidak lepas dari berbagai tantangan. Keterbatasan sumber daya manusia dan finansial menjadi hambatan utama. Sebagai platform yang berbasis sosial, Takanta tidak mencari keuntungan. Semua dilakukan dengan semangat kebersamaan. Bahkan untuk mendanai kegiatan, mereka masih mengandalkan urunan.

Namun, Imron dan teman-temannya tidak menyerah. Mereka mulai membangun legalitas melalui pendirian CV dan media online. Dengan ini, Takanta bisa menjalin kerja sama dengan pemerintah dan pihak lain secara resmi. Ia juga berharap, Takanta mampu memberikan apresiasi kepada para penulis, sehingga karya yang diterbitkan tidak hanya menjadi ‘gratisan’.

Menatap Masa Depan

Imron Penggerak literasi Situbondo
Salah satu buku karya takanta

Kini, dengan segala tantangan yang ada, Takanta tetap berdiri tegak. Lebih dari 30 buku telah diterbitkan, meski distribusinya masih terbatas di Jawa Timur. Bagi Imron, karya-karya Takanta tidak hanya tentang penerbitan, tapi juga bagaimana karya tersebut bisa menarik pembaca, minimal secara lokal.

“Proses setelah menerbitkan itu yang berat,” katanya. Namun, ia yakin dengan semangat kolektif, Takanta bisa menjadi komunitas literasi yang mandiri, menginspirasi, dan memberikan makna bagi masyarakat Situbondo. Mimpi itu masih terus hidup, menunggu untuk terus diceritakan.

Perjalanan Cinta yang Tak Terduga

Imron Penggerak literasi Situbondo
Di balik sosok inspiratif Mas Imron, ada keluarga yang selalu menjadi kekuatan dan pelengkap perjuangannya.

Ada yang bilang, cinta datang dengan cara paling tak terduga. Itulah yang dialami Imron, seorang pemuda yang berpetualang dalam dunia literasi, hingga takanta mempertemukannya dengan belahan jiwanya. Semua bermula dari sebuah buku yang, ironisnya, lahir dari kekecewaan.

Pada 2018, setelah berjuang selama bertahun-tahun dengan karya-karya yang ia tulis menggunakan ponsel Samsung Young usang, Imron memutuskan mencetak bukunya secara indie. Dengan modal hasil pinjaman, ia mencetak 150 eksemplar. Namun, buku itu membawa masalah: halaman kosong, cerita yang terputus, dan keluhan pembeli. Meski kecewa, ia menarik buku-bukunya dan mengurus penggantian di percetakan di Jogja, sebuah proses panjang yang memakan waktu lima bulan.

Saat buku-buku yang diretur telah kembali ke tangan pembeli, tersisa satu buku yang belum sampai kepada pemiliknya: seorang perempuan, seorang guru di SDN 1 Arjasa. Perempuan itu membutuhkan buku Imron untuk menambah literatur dan mengikuti lomba. Mereka bertemu di alun-alun, sebuah tempat yang menjadi saksi banyak cerita. Obrolan pertama mereka ringan, tentang sekolah, anak-anak, dan kehidupan. Namun, percakapan yang awalnya sederhana itu menjelma menjadi hubungan yang mendalam. Mereka terus berkomunikasi, berbagi cerita, dan saling memahami.

Imron merasa nyaman dengan perempuan itu. Hingga pada 2019, ia memutuskan untuk melamarnya. Segala persiapan telah dilakukan: seserahan, rencana tunangan, hingga cincin yang tinggal dibeli. Namun, satu minggu sebelum acara, ia menghadapi kendala. Imron tidak punya uang untuk membeli cincin.

Keajaiban datang melalui kontes desain yang ia ikuti di platform 99designs. Dengan bantuan temannya, Anwar, yang menyelesaikan file desain menggunakan software yang berbeda, Imron berhasil menjadi pemenang. Hadiahnya, $130 atau sekitar 1,7 juta rupiah, cukup untuk membeli cincin. Hanya lima hari sebelum hari tunangan, ia mendapatkan apa yang dibutuhkan.

Pernikahan mereka menjadi bukti bahwa literasi tidak hanya membangun jiwa, tetapi juga bisa menyatukan hati. Kini, kehidupan rumah tangga Imron penuh warna. Ia menjalani perannya sebagai suami dan ayah sambil tetap aktif di komunitas literasi.

Inspirasi dari Seorang Imron

Kisah Imron adalah tentang perjalanan yang tidak biasa. Dari anak pemalu yang berkawan dengan kata, hingga menjadi sosok yang menggerakkan literasi di Situbondo. Perjalanan hidupnya mengajarkan bahwa mimpi, meski sederhana, bisa membawa seseorang ke tempat-tempat luar biasa. Takanta adalah bukti kecil dari tekad besar seorang Imron, sebuah tempat yang menyimpan harapan untuk masa depan literasi. Bagi siapa pun yang membaca kisah ini, ingatlah: tak ada yang mustahil bagi mereka yang berani bermimpi dan terus belajar.




Comments

Paling banyak dibaca

10 Hal Yang Bikin Malas Jadi blogger

Sebenarnya fenomena blogger sudah ada sejak zaman website pertama kali diciptakan. Mungkin kalau dulu lebih ke perusahaan ya. Perusahaan harus punya website. Belakangan, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang juga ingin punya website, mulai banyak yang berlomba-lomba punya juga. Apalagi akhir-akhir ini yang punya website pribadi adalah keharusan. Tidak harus sih, cuma kalau punya website itu akan ada lebih banyak orang yang bisa tahu tentang kita dan apa yang sedang dipikirkan.  Apa bedanya website dan blog? Menurut saya sih sama saja. Gak ada bedanya. Mungkin bedanya dalam penggunaannya ya. Itu website digunakan untuk pribadi atau kelompok/instansi. Saya mulai sotoy .  Okeh, saya akan sebut website itu blog saja ya daripada salah ngomong . Blog sekarang sudah mulai banyak yang berbayar, misalnya www.uwanurwan.com ( halah narsis ). Yang gratisan bagaimana? Loh tetap lanjutkan perjuangannya. Menulis itu bukan perkara pakai rumah mahal atau rumah bambu. Sebelumnya...

Jamur blotong Nama Ilmiahnya Ternyata Coprinus sp.

Saya menduga jamur yang selama ini saya beri nama jamur blotong nama ilmiahnya Coprinus sp. Setiap usai musim giling, biasanya musim hujan, saya dan tetangga berburu jamur ini di tumpukan limbah blotong di dekat Pabrik Gula Wringin Anom, Situbondo. Jamur Coprinus sp . tumbuh di blotong Asli, kalau sudah tua, payungnya akan berwarna hitam seperti tinta dan meluruh sedikit demi sedikit Sudah sekian lama mencari tahu, berkat tulisan saya sendiri akhirnya saya tahu namanya, meski belum sampai ke tahap spesies . Jamur yang bisa dimakan ini tergolong dalam ordo dari Agaricales dan masuk dalam keluarga Psathyrellaceae. Selain itu, jamur ini juga suka disebut common ink cap atau inky cap (kalau benar nama ilmiahnya Coprinus atramentarius ) atau Coprinus sterquilinus (midden inkcap ) . Disebut begitu karena payungnya saat tua akan berwarna hitam dan mencair seperti tinta. Nama yang saya kemukakan juga berupa dugaan kuat, bukan berarti benar, tapi saya yakin kalau nama genusnya Copr...

Kenapa Punya Skin Hero Bisa Bikin Main Lebih Seru?

Siapa sih yang tidak kenal Mobile Legends? Game MOBA ini sudah menjadi favorit banyak orang, termasuk aku. Tapi tahukah kamu, ada cara mudah untuk mempercantik tampilan hero favoritmu tanpa ribet? Yuk, simak pengalaman saya bermain Mobile Legends sekaligus tips mendapatkan skin hero dengan harga terjangkau. Awal Perjalanan di Dunia Mobile Legends Main bareng robot udah kayak robot mainan wk Dulu, aku adalah pemain game MOBA lokal. Temanku sering mempromosikan game itu, mengatakan bahwa ini adalah game buatan Indonesia yang layak dicoba. Awalnya aku tertarik, tapi karena masih baru, jumlah pemainnya sedikit. Akibatnya, aku lebih sering bermain melawan robot. Memang sih, rasanya puas selalu menang, tapi di sisi lain, tidak ada tantangan sama sekali. Setiap match terasa seperti mengulang pola yang sama: pilih hero, hancurkan turret, dan menang dengan mudah. Lama-lama, kebosanan mulai menghantui. Sampai akhirnya, aku iseng mendownload Mobile Legends. Temanku bilang, "Cobain aja, lebih...

Jangan Ikut List Blogwalking Kalau Sekadar Tugas

Fenomena blogwalking sudah terjadi sejak dahulu kala, mulanya menyenangkan. Tidak ada kewajiban untuk mengunjungi balik, berkomentar pun sekehendak hati, juga menambah wawasan karena ada ada tambahan sudut pandang orang lain. Antarbloger sudah sewajarnya saling dukung. Bahagia ngeliat temen bahagia. Fenomena blogwalking masa kini Aku gak mau bilang blogwalking tidak bermanfaat ya. Manfaatnya besar sekali dan aku sendiri bisa tahu apa saja hanya dengan mengetikkan kata kunci yang diinginkan. Masih banyak kok yang benar-benar saling baca tulisan teman-teman blogger. Memang gak semuanya membaca tuntas dan berkomentar. Paling bahagia kalau ada yang komentarnya mengoreksi dan mengapresiasi. Dua-duanya penting, pujian sebagai bentuk apresiasi dan kritik sebagai bahan refleksi.  Nah, dari kesekian kebahagiaan saling menjelajahi tulisan teman-teman bloger, gak sedikit juga sekarang yang cuma blogwalking agar diblogwalking balik oleh sesamanya. Pada akhirnya oknu...

Pengalaman Pakai Pasir Pantai sebagai Pengganti Pasir Kucing

Sudah punya kucing sejak kecil. Biasa atas keberadaan kucing membuatku tak pernah berhenti untuk punya kucing. Kucing liar yang sering mampir ke rumah biasanya aku juga beri makan dan yang mau mendekat aku pelihara. Punya kucing sebelumnya dibiarkan pup di luar. Repot kalau anak-anak kucing sudah mulai makan selain air susu induknya, pasti akan kencing dan pup di kasur karena induknya pasti lebih nyaman meletakkan anak-anaknya di kasurku. Dulu harus melatih mereka terlebih dahulu selama beberapa waktu sebelum bisa pup di luar   Setiap hari harus mencuci sprei dan menjemur kasur. Begitu tahu bahwa kasur bukanlah tempat pup dan pipis, mereka akan buang hajat di luar. Tentu saja akan mencari pasir atau tanah yang cukup gembur sebagai tempat merahasiakan hasil buangan. Kadang tanah tetangga jadi sasaran dan harus menerima omelan mereka.   Sejak awal tahun 2022, kembali dari ibukota, kucing melahirkan, dan sudah mulai makan selain air susu induknya, aku siapkan pasir buat mer...

Fried Chicken Enak di Situbondo, Kamu Wajib Tahu!

Tidak ada KFC atau pun McD di Situbondo, ya setidaknya hingga kini dan beberapa waktu ke depan. Dulu sempat ada CFC, belum sempat berkunjung, eh sudah tutup. Jika aku ingin makan ayam goreng krispi di Situbondo beli di mana? Beberapa warung makan di Situbondo juga menjual ayam goreng tepung. Memang tak khusus ayam goreng. Berbeda dengan di kota besar, di mana gerai olahan ayam tepung bisa ditemui di mana pun. Hisana Fried Chicken Situbondo punya rasa khas, jadi salah satu favoritku Bila kamu sedang travelling ke Situbondo dan sangat ingin menikmati ayam goreng krispi, aku cukup merekomendasikan makan di Hisana Fried Chicken. Sesuai namanya, Hisana adalah gerai ayam goreng tepung yang cukup terkenal dan banyak digemari. Hisana Fried Chicken tidak hanya ada di Situbondo, tapi juga di Jakarta, Bandung, dan kota-kota lain. Sudah ada ratusan outlet yang tersebar di banyak titik di Indonesia. Hanya saja aku baru tahu ada brand ayam goreng krispi lokal ini begitu pulang ke Situbondo. Meski ad...

Pilih mana, Elu-gue atau Aku-kamu ?

Jakarta itu kota plural. Semua orang dari berbagai suku, daerah, bahkan negara tinggal di sana. Jakarta ya ibukota negara saya, Indonesia. Isi di dalamnya penuh sesak dengan manusia, kendaraan, rumah, gedung perkantoran, pedagang kaki lima, dan macam-macam. Macet selalu menjadi keluhan utama jika tinggal di sana. Waktu pun seolah hanya mainan. Tak ada yang bisa mengendalikan apa yang terjadi di sana. Untunglah pada saat menulis ini, saya tidak sedang di Jakarta dalam jangka waktu cukup lama. Saya sedang menikmati indahnya kampung halaman, menjadi anak hits di kampung (setelah sekian lama berkiprah jadi artis ibukota. Hahaha...) Entah apa magnet utama yang membuat Jakarta selalu dirindukan. Yang jelas siapapun yang pernah ke sana kebanyakan ingin kembali lagi. Tidak peduli Jakarta akan semakin sesak dan macet dengan pertambahan penduduk yang tak terkendali. Segala macam bisnis bersaing, baik sehat atau tidak. Eh, tapi saya tidak akan membahas Jakarta lo ya.  Budaya b...

Tips Liburan Seru Bareng Temen-Temen Tanpa Ribet

Liburan bareng teman-teman selalu punya cerita seru yang nggak terlupakan, kan? Mulai dari momen heboh saat diskusi destinasi, sampai kejadian lucu selama perjalanan. Tapi nggak bisa dipungkiri, ada aja hal-hal yang kadang bikin ribet. Mulai dari beda pendapat soal tempat tujuan, bingung cari tiket yang murah, sampai sibuk ngatur itinerary yang cocok buat semua orang. Kalau nggak diatur dengan baik, keseruan liburan malah bisa berubah jadi drama. Tapi tenang, semua masalah itu bisa diatasi kalau kamu tahu caranya. Kali ini aku mau share beberapa tips praktis yang bakal bikin liburan bareng teman-teman jadi lebih mudah dan asyik. Mulai dari pemilihan destinasi yang tepat, cara pesan tiket yang simpel, sampai trik hemat biaya dengan memanfaatkan promo. Yuk, simak tipsnya biar liburanmu bebas drama dan penuh kebahagiaan! Pilih Destinasi yang Cocok untuk Semua Pertama, tentukan dulu destinasi yang cocok untuk semua. Ajak teman-teman buat diskusi di grup, dan cari tempat yang bisa memenuhi ...

Imawan Anshari : Bloger Evergreen, Tak Pernah Sepi Job

Kegemaran Imawan Anshari membaca di portal berita detik.com di sela-sela jam istirahat kantor membawanya masuk ke dunia bloger yang cukup diperhitungkan kini. Tahun 2009 ia hanyalah seorang karyawan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang riset dan konsumen di Jakarta Selatan. Ia kerap mencerna artikel bloger karena acap terangkat di headline. Ingin seperti mereka, kemudian bergabung dalam layanan pemberi fasilitas ngeblog gratis yang merupakan sub-usaha portal detik.com, blogdetik. Kredit : Imawan Anshari Sering menang lomba blog Begitu tergabung dalam blogdetik, Pria yang ada kalanya disapa Awan itu pun mengisinya dengan curahan hati. Uji coba keberuntungan, ia juga berpartisipasi dalam lomba blog yang diadakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tak disangka ia meraih juara tiga tulisan terbaik.  Saking seringnya ikut lomba blog, ia kerap menang dan mendapatkan uang tunai, hadiah jalan-jalan, serta barang-barang yang bila dibeli dengan uang sendiri perlu dipertimbangkan d...

Bunga Telang Ungu (Clitoria ternatea) Jadi Alternatif Pengganti Indikator PP Sintetis

Makin ke sini, ketenaran bunga telang (Clitoria ternatea L.) kian meluas. Banyak riset terbit di internet, juga tak ketinggalan pecinta herbal dan tanaman obat ikut berkontribusi memperluas infromasi itu.  Bunga telang ungu, tanaman yang juga dikenal dengan nama butterfly pea itu termasuk endemik karena berasal dari Ternate, Maluku, Indonesia. Meski begitu, banyak sumber juga mengatakan bahwa bunga telang berasal dari Afrika, India, Amerika Selatan, dan Asia tropis. Banyak info simpang siur karena sumber-sumber yang aku baca pun berasal dari riset-riset orang. Nanti jika ada waktu lebih aku akan melakukan riset lebih dalam mengenai asal usulnya. Antosianin bunga telang merupakan penangkal radikal bebas Kredit : researchgate.net Bunga telang kaya akan antosianin. Antosianin adalah golongan senyawa kimia organik berupa pigmen yang larut dalam air, menghasilkan warna oranye, merah, ungu, biru, sampai hitam. Tak hanya pada bunga Clitoria ternatea, antosianin juga ada di banyak buah dan...