" Arowa bessa la (Itu busnya)," kata seorang perempuan berusia 45 tahun waktu itu. Keriput tertoreh di wajahnya, tatapannya tampak berat. Tangannya melambaikan tangan. Beberapa detik lagi alat transportasi kotak yang menampung puluhan orang akan tepat berhenti di tempatku berdiri. Saranku sih, merantaulah agar kita tahu seberapa besar cinta kita pada ibu Seperti biasa, aku mencium tangan lalu kedua pipinya. Bus sudah berhenti. Tas hitam besar kutenteng, " Engkok ajelena ye, Bok (Aku jalan, Bu). Assalamualaikum." "Waalaikum salam. Je' loppae abejeng (Jangan lupa salat)!" ujarnya kemudian. Tanpa pikir panjang lagi aku masuk ke dalam bus. Meninggalkan perempuan itu seorang diri. Perempuan yang tak pernah berhenti untuk tangguh, padahal di dalamnya gelisah. Iya, dia gelisah jika setiap kali anak laki-lakinya pergi jauh. Empat tahun setengah kuliah di kota dingin, kota pendidikan, Malang, sudah dijalani. Perjalanan kakiku akan dimulai di sebu...