Ini mungkin konyol jika saya selalu mengekspos kampung kelahiran saya. Iya, saya memang kembali lagi menguak satu titik di kota Situbondo. Bukan masalah besar sih, hanya saja saya pikir bodoh kalau banyak orang yang lahir di kota Situbondo memilih untuk menutup mata. Mungkin orang-orang juga tertawa jika membaca tulisan ini dan akan berkata, “Halah, lebay.” Atau “Apa sih yang bisa dibanggakan di Situbondo?” Buktinya pemuda-pemudanya malas untuk memgembangkan potensi di sana (termasuk saya dan teman-teman saya sendiri, hehe). Memang sih, sampai saat ini saya merasa (ini belum disurvey lo, jadi jangan terhasut) tidak ada sesuatu yang ‘wah’ di sana. Lapangan pekerjaan begitu sempit untuk memberikan peluang hobi saya bisa berkembang. Dan banyak orang (lagi-lagi anggapan subjektif penulis) yang cukup bertahan dengan menjadi pegawai sukwan (kepanjangan dari sukarelawan) dengan gaji seadanya hingga bertahun-tahun. Banyak sih alasannya dan tidak bisa jauh dari orang tua yang menjadi...